Menanggapi kegagalan Arsenal untuk mempertahankan keunggulan tiga gol di pertandingan Champions League melawan Anderlecht (4/11), sebuah video yang cukup menarik muncul ke permukaan. Video pendek berdurasi 37 detik tersebut diunggah di kanal Youtube When Saturday Comes, dan diberi judul âArsenal and the art of being carelessâ atau, dalam bahasa Indonesia, berarti âArsenal dan seni kecerobohan.â
Tim Bradford, kreator video tersebut, menempatkan pertandingan antara Arsenal dan Anderlecht di tingkatan yang sama dengan dua hal ceroboh lain: secara tidak sengaja menjatuhkan telur dari genggaman dan menabrak tiang lampu saat berjalan.
Apa yang berusaha untuk disampaikan oleh Bradford tampak berlebihan pada awalnya. Tidak pernah mudah untuk melawan sebuah tim yang bermain ngotot hingga pertandingan berakhir. Kemudian datanglah hari Minggu, terpampanglah hasil akhir pertandingan Arsenal melawan Swansea City, dan pandangan Bradford terasa lebih dapat dimengerti.
Bertandang ke Liberty Stadium, Arsenal sempat unggul terlebih dahulu di menit ke-63. Kerja sama yang baik antara Alex Oxlade-Chamberlain, Danny Welbeck, dan Alexis Sánchez membuat bola bersarang di gawang kawalan ?ukasz Fabia?ski.
Namun Arsenal gagal mempertahankan keunggulan tersebut. Tendangan bebas Gylfi Sigurdsson di menit ke-75 membawa tuan rumah Swansea City berhasil menyamakan kedudukan. Swansea bahkan berhasil berbalik unggul tiga menit setelah gol Sigurdsson. Sebuah serangan balik berhasil membuahkan satu gol tambahan. Bafétimbi Gomis dengan sempurna mengakhiri pergerakan Swansea dengan melepaskan sebuah sundulan yang tidak mampu dijangkau oleh penjaga gawang Arsenal, Wojciech Szcz?sny.
Buruknya konsentrasi membuat Arsenal kembali kehilangan poin penting. Tidak lebih memalukan dari kegagalan mempertahankan keunggulan tiga gol, memang. Namun kerugiannya lebih besar. Jika saat melawan Anderlecht, Arsenal hanya kehilangan dua poin saja, kali ini mereka kehilangan tiga angka.
Manajer Arsenal, Arsène Wenger, mengakui bahwa kondisi ini bisa terjadi karena timnya membiarkan Swansea berkembang. âSaat kami unggul 1-0 saya rasa kami membiarkan Swansea kembali ke permainan lewat kegagalan-kegagalan kami memenangi perebutan bola di daerah tengah lapangan, duel-duel penting yang tidak sepatutnya gagal kami menangi,â ujarnya dalam konferensi pers pascapertandingan.
Walau Wenger merasa bahwa timnya kurang beruntung sehingga bisa kalah dengan cara seperti itu, ia juga mengakui bahwa pasukannya memang ceroboh. Terutama, ujarnya, pada 15 menit terakhir pertandingan.
âSangat tidak beruntung kalah dengan cara ini namun kami tidak cermat hingga akhir. Kami menunjukkan permainan yang cukup baik selama 75 menit, namun siapapun seharusnya menunjukkan tingkat permainan yang sama selama 90 menit,â tambah Wenger.
Dua penampilan buruk dalam dua pertandingan terakhir membuat Wenger out kembali nyaring terdengar. Dan seperti biasa, kondisi ini akan segera mereda dengan sendirinya. Tentu saja dengan satu syarat: Arsenal harus kembali meraih gelar.
Sebuah pertanyaan kemudian muncul: mampukah Arsenal melakukannya?
Komentar