Penelitian sains olahraga terbaru mengatakan bahwa asisten wasit hampir pasti memperoleh 10% keputusan offside mereka adalah salah karena mereka tidak berdiri di tempat yang tepat. Tim peneliti juga percaya bahwa kesalahan ini "tak terelakkan" karena "keterbatasan" dari mata manusia.
Membuat keputusan offside adalah tugas utama untuk asisten wasit, atau dikenal sebagai hakim garis. Secara sederhana, offside adalah ketika seorang penyerang berada pada posisi dimana terdapat dua pemain lawan antara dirinya dengan gawang ketika bola dioper kepadanya.
Tapi tidak seperti di video game, kenyataannya kesalahan memang sering terjadi. Pemain dan fans seringkali dengan sengit membantah apa yang mereka lihat sebagai penilaian yang salah. Ini adalah perdebatan yang tidak akan ada habisnya.
Sudut Pandang
Sampai saat ini, asisten wasit yang berdiri di sisi lapangan adalah buah kekesalan kita semua jika perdebatan offside timbul.
Namun, sebuah laporan yang diterbitkan dalam sebuah jurnal Nature menunjukkan bahwa kesalahan manusia akan selalu tetap terjadi. Maka tidak ada hakim garis yang sempurna yang dapat menyaingi kecepatan permainan yang bergerak sangat cepat saat ini.
Penelitian ini dipimpin oleh Dr Raoul Oudejans di Vrije University di Belanda. Hal ini menunjukkan bahwa posisi asisten wasit dalam kaitannya untuk bermain adalah kunci untuk membuat keputusan yang tepat.
Mereka menjalankan eksperimen di permainan nyata menggunakan kamera yang dipasang di kepala dan juga menggunakan rekaman video dari 200 liga Eropa dan pertandingan Piala Dunia.
Jim Giles, yang juga bekerja di Science Museum di London, menjelaskan: âBagi asisten wasit untuk membuat keputusan yang tepat, ia harus berada sejajar dengan bek terakhirâ.
âPenelitian ini telah menunjukkan bahwa asisten wasit cenderung berdiri sekitar satu meter lebih dekat ke gawang daripada ke bek terakhir. Ini adalah alasan mengapa mereka membuat kesalahan.â
Ini berarti bahwa garis pandangan asisten wasit sangat menguntungkan si penyerang, jika penyerang berada antara bek dan asisten wasit. Begitu juga sebaliknya.
Dengan berdiri pada posisi yang benar, asisten wasit bisa meminimalisasi kesalahan mereka. Tapi pemain seperti Filippo Inszaghi dan Javier âChicharitoâ Hernandez sudah terkenal handal keluar dari jebakan offside. Beberapa pemain bertipikal âoffside trap beaterâ memang memiliki kecepatan pergerakan yang tinggi. Oleh karena itu, asisten wasit pun akan membutuhkan kemampuan atletik yang setara hanya untuk mengikuti pergerakan mereka.
Jika asisten wasit yang berada di lapangan saja bisa salah karena posisi berdiri yang tidak tepat. Lalu bagaimana dengan pemirsa di televisi? Kemungkinan salah dalam menafsirkan juga tinggi, apalagi dengan kualitas penayangan yang tidak menyediakan kamera khusus yang memang disediakan untuk menangkap pergerakan offside.
Bantuan Video
Meskipun kesalahan itu manusiawi, tapi keputusan yang salah dalam sebuah pertandingan penting bisa berakibat kerugian dalam jumlah yang besar bagi sebuah klub. Inilah kenapa setelah tayangan dan bantuan video dipakai untuk menentukan gol (goal line technology), banyak juga sekarang yang menyerukan bantuan serupa digunakan dalam membuat keputusan offside.
Teknologi sejenis ini memang sudah digunakan dalam olahraga lain, tetapi beberapa berpendapat bahwa pemakaian teknologi lebih lanjut akan membuat sepakbola tidak menarik lagi.
Setelah pada pertandingan Liverpool melawan Chelsea kemarin misalnya, tidak ada satu pemain pun yang protes terhadap gol âgoal line technologyâ Gary Cahill. Mereka semua sudah percaya penuh kepada teknologi untuk menentukan sebuah kejadian menjadi gol atau tidak. Apakah hal serupa juga bisa terjadi pada offside?
Ini bukan pertama kalinya keputusan offside telah diteliti secara ilmiah. Penelitian di Spanyol pada tahun 1998 menunjukkan bahwa kesalahan dibuat karena mata asisten wasit tidak bisa bergerak cukup cepat untuk mengambil semua keputusan.
Untuk membuat keputusan yang benar, asisten wasit harus menilai posisi pengoper, penerima, dan bek terakhir, semuanya pada waktu yang bersamaan. Padahal sang asisten wasit bisa saja berdiri sampai 40 meter jauh dari mereka semua.
Ini lah juga yang menjadi alasan banyaknya microphone diletakkan di pinggir lapangan agar sang asisten wasit bisa memanfaatkan indera pendengarannya (telinga) untuk menilai kapan bola dioper, sementara mata mereka hanya harus fokus menilai posisi pemain-pemain di atas.
Memang melelahkan menjadi asisten wasit. Bahkan sains saja sampai mewajarkan terjadinya kesalahan. Apakah teknologi menjadi jawaban selanjutnya? Atau memang perdebatan ini ditakdirkan untuk tidak akan pernah berakhir?
Tinjauan jurnal
- Oudejans, R. R. D., Verheijen, R., Bakker, F.C., Gerrits, J.C., Steinbruckner, M. & Beek, P.J. "Errors in judging 'offside' in football". Nature 404, 33.
- Di, J., Liang, F., Xu, H., Shao, X. âTechnique of Automatic Judgment of Offside Based on Soccer Videoâ.
- Henderson, A., Laia, D., Allen, T. âA Modern Approach to Determine the Offside Law in International Footballâ.
Sumber gambar: EPA
Baca juga: Melihat Offside dari Pinggir Lapangan
Komentar