Thierry Henry memang bukan pemain terbesar yang pernah dimiliki oleh Perancis. Ia âhanyaâ pemegang rekor pencetak gol terbanyak di tim nasional. Namun ia tetap pemain penting karena pernah mengorbankan dirinya sendiri untuk Les Bleus; Henry rela mengambil resiko dimusuhi oleh seisi Republik Irlandia.
Karenanya, Henry dinilai pantas untuk mendapatkan pertandingan penghormatan â sebuah ide yang ditolak oleh pelatih kepala tim nasional Perancis, Didier Deschamps. Jalan tengah dicari, namun siapa yang bisa menjamin bahwa Henry tidak akan menjadi Michael Ballack?
Pada pertandingan play-off  Piala Dunia 2010 melawan Republik Irlandia, Henry melakukan tindakan yang tidak bisa dimaafkan oleh tim lawan dan semua pendukungnya. Henry mengontrol bola dengan tangan sebelum melepaskan umpan kepada sang pencetak gol, William Gallas. Wasit Martin Hansson menyatakan bahwa gol Gallas sah karena ia tidak melihat pelanggaran yang terjadi. Perancis lolos ke putaran final di Afrika Selatan.
Henry mengaku bahwa dirinya memang mengontrol bola dengan tangan. Ia mengatakan bahwa semuanya dapat terjadi karena tekanan pertandingan mengarahkan instingnya untuk melakukan tindakan tersebut. Dua hari selepas pertandingan, Henry mengeluarkan pernyataan mengenai kejadian tersebut.
âSewajarnya saya merasa malu terhadap cara kami memenangi pertandingan dan saya mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada orang-orang Irlandia yang jelas sekali pantas berada di Afrika Selatan. Tentu saja solusi paling adil adalah melaksanakan pertandingan ulang namun hal tersebut tidak berada di bawah kendali saya,â ujar Henry yang bergerak sendiri tanpa dukungan maupun perlindungan dari Fédération Française de Football.
Hal itulah yang disesalkan oleh Henry. Sebagaimana diwartakan oleh The Guardian, ia merasa sendirian dan sangat kesepian. Setelah pernyataan pribadi ia keluarkan, barulah Henry dihubungi oleh pihak FFF. Tindakan FFF itulah yang membuat Arsène Wenger merasa bahwa pihak federasi memiliki utang kepada Henry.
Manajer Arsenal tersebut merasa bahwa FFF, setidaknya, wajib menghadiahi Henry sebuah pertandingan istimewa sebagai salam perpisahan; walaupun Henry sendiri sudah memutuskan untuk pensiun dari tim nasional sejak pertengahan tahun 2010.
Pada bulan Maret tahun 2015, Perancis memiliki agenda pertandingan persahabatan melawan Brasil. Banyak pihak memandang bahwa laga tersebut adalah momentum yang tepat untuk perpisahan Henry. Pemain yang akrab disapa Titi ini dinilai pantas mendapatkan peran pemain kehormatan di pertandingan tersebut.
Ide tersebut ditolak oleh pelatih kepala tim nasional Perancis, Didier Deschamps. Rekan satu tim sekaligus kapten Henry saat dirinya menjadi juara Piala Dunia bersama Perancis di tahun 1998 tersebut merasa bahwa agenda persiapan menjelang Piala Eropa 2016 tidak boleh diganggu oleh hal-hal yang bersifat sentimental. âTiti memang pantas mendapatkan penghargaan namun penghormatan dapat diberikan dalam banyak bentuk,â ujar Deschamps sebagaimana diwartakan oleh LâEquipe.
Noel Le Graet, presiden FFF, berjanji untuk menemukan titik tengah dari permasalahan ini karena ia sepenuhnya mendukung pekerjaan Deschamps untuk mempersiapkan tim terbaik demi Piala Eropa di rumah sendiri. Dari apa yang diungkap oleh Le Graet kepada LâEquipe, dunia boleh berharap akan sebuah pertandingan perpisahan yang berisikan banyak legenda.
Sebuah win-win situation. Namun apakah Henry mau menerimanya? Apakah ia tidak merasa perlu menolak kebaikan hati federasi yang meninggalkan dirinya ketika ia sedang menghadapi masalah, seperti Ballack yang menolak Deutscher FuÃball-Bund?
Komentar