Tidak sulit untuk menemukan pemain yang memiliki arti paling penting bagi Olympique de Marseille dalam empat pertandingan terakhir: Dimitri Payet. Selepas jeda internasional yang mengiringi kekalahan di Le Classique (Paris Saint-Germain 2-0 Marseille, 9 November 2014), Payet menggila. Enam dari sembilan gol Marseille dalam empat pertandingan terakhir adalah karyanya.
Ditambah lagi, setiap gol atau assist yang dipersembahkan oleh Payet kepada Marseille memiliki arti penting mengingat posisi Marseille di puncak klasemen sementara tidaklah aman â PSG hanya berjarak satu poin di belakang mereka.
Rangkaian empat pertandingan penuh kegemilangan dimulai pada hari Minggu, 23 November lalu. Di pekan ke-14, Marseille menjamu Girondins de Bordeaux. Sebuah ujian yang tidak mudah untuk tuan rumah mengingat Bordeaux di bawah asuhan Willy Sagnol adalah tim yang cukup sulit untuk ditaklukkan.
Marseille bahkan sempat tertinggal terlebih dahulu ketika Thomas Touré menaklukkan Steve Mandanda pada menit ke-55. Lima menit berselang, Mario Lemina menyamakan kedudukan dengan menyundul masuk bola kiriman Payet ke gawang Bordeaux. Tak berhenti sampai di situ, Payet kembali menorehkan assist lima menit sebelum waktu normal habis; kali ini untuk André-Pierre Gignac.
Lima hari berselang, Marseille kembali bertindak sebagai tuan rumah. Kali ini untuk Nantes. Dalam sebuah kesempatan pada menit ke-24, tiga orang pemain Nantes tidak cukup untuk mencegah Payet menemukan momentum yang tepat. Umpan silang yang ia lepaskan dari sisi kiri pertahanan Nantes disambut oleh sontekan indah Florian Thauvin, sang bintang pertandingan (di pertandingan ini, Thauvin juga berhasil menorehkan sebuah assist pada menit ke-39).
Hubungan baik Thauvin dan Payet berlanjut kala Marseille berkunjung ke Lorient (2/12). Dari wilayah permainan sendiri, Thauvin melepaskan sebuah umpan panjang membelah lapangan. Bola kiriman Thauvin mendarat mulus menyentuh bagian luar kaki kanan Payet di daerah defensive third Lorient. Bergerak ke arah dalam, Payet melakukan gerak tipu sebelum melepaskan sebuah tendangan melengkung yang diarahkan ke tiang jauh. Benjamin Lecomte berhasil menjangkau bola tendangan Payet, namun ia tidak berhasil menghentikannya.
Tak ada perayaan berlebihan karena Payet langsung terkapar sembari memegangi pergelangan kaki kirinya sendiri; gerakan eksplosif sebelum menendang sepertinya telah membuat dirinya menderita gangguan kecil di kaki yang ia jadikan tumpuan saat melepaskan tendangan.
Baca juga:Amatilah Marseille dan Bordeaux, Uang Memang Bukan Segalanya!
Imbula, Keadilan dan Nikmat sebuah Permainan
Ada Kebahagiaan dan Kesedihan pada Setiap Gol Gignac Bersama Marseille
Payet baik-baik saja. Ia tidak menderita cedera parah. Pada pekan ke-17, ia kembali bermain. Gerak tipu yang ia praktekkan sepekan sebelumnya kembali ia tunjukkan di pertandingan melawan FC Metz (7/12) dan gerakan itu kembali membuahkan hasil. Umpan silang dari sisi kanan pertahanan Metz disambut oleh Gignac, yang berdiri tanpa kawalan sementara André Ayew dan Thauvin mendapatkan penjagaan. Tiga menit berselang, Metz menyamakan kedudukan lewat gol Florent Malouda.
Walaupun Marseille berhasil kembali unggul pada menit ke-59, kemenangan tetap diamankan oleh Payet. Fanni, satu dari tiga pemain belakang Marseille di pertandingan ini, menggiring bola dan menyodorkannya kepada Payet di dalam kotak penalti Metz. Berhadapan dengan Johann Carrasso yang meninggalkan gawang untuk menutup ruang, Payet menge-chip bola dengan tenang. Marseille menang 3-1 dan kembali ke puncak, yang sempat dikuasai oleh PSG (karena PSG menjalani kick-off lebih awal).
Tugas Payet tentunya tidak selesai di situ. Sebelum libur tengah musim, ia masih harus membantu timnya meraih enam angka dari dua pertandingan: kala bertandang ke AS Monaco dan menjamu bekas klubnya sendiri: Lille OSC.
Komentar