Sedikit banyak, buruknya performa Liverpool musim ini dapat terjadi karena manajer mereka, Brendan Rodgers, tidak memiliki cukup kualitas (atau pengalaman) untuk menangani klub yang tengah dilanda krisis dan memiliki jadwal yang sangat padat. Mengganti Rodgers dengan sosok yang lebih kompeten bisa menjadi jawaban, namun tidak ada sosok yang lebih baik darinya di dunia ini.
Liverpool terlempar ke Europa League karena hanya mampu menduduki posisi ketiga di belakang Real Madrid dan FC Basel di Grup B Champions League musim ini. Liverpool, klub Inggris tersukses di European Cup/Champions League, harus rela berlaga di kompetisi kelas dua Eropa karena manajer mereka merasa kesulitan menjalani jadwal kompetisi yang padat di musim pertamanya di kejuaraan tingkat Eropa.
Rodgers merasa bahwa kejuaraan Eropa adalah gangguan untuk timnya. Banyaknya pertandingan yang harus dijalani dan panjangnya perjalanan yang harus ditempuh membuat dirinya dan pasukannya menghabiskan lebih sedikit waktu di markas latihan dibanding musim lalu.
Sewajarnya, jika Rodgers merasa bahwa kejuaraan Eropa mengganggu fokus timnya dari tujuan utama, Champions League lebih baik diabaikan saja. Agar Liverpool tetap mampu bersaing ketat memperebutkan trofi Premier League yang sudah lama mereka idamkan dan nyaris mereka dapatkan. Kenyataannya tidak demikian.
Liverpool, runner-up musim lalu, sejauh ini hanya mampu mengumpulkan 21 angka dari 15 pertandingan. Di tabel klasemen sementara, Liverpool berada di peringkat ketujuh. Jauh di belakang Chelsea, pimpinan klasemen sementara yang musim lalu mengakhiri musim satu posisi di belakang mereka.
Liverpool juga berada di belakang Southampton, tim yang katanya sedang dilanda krisis karena ditinggalkan oleh enam pemain andalan â tiga diantaranya (Adam Lallana, Dejan Lovren, dan Rickie Lambert) pindah ke Liverpool. Sebagai catatan, Liverpool hanya ditinggalkan oleh Luis Suárez. Daniel Agger tidak perlu dianggap sebagai bintang yang hilang karena tidak terlalu berpengaruh karena tidak benar-benar menjadi pemain andalan di musim terakhirnya bersama Liverpool. Pepe Reina bahkan tidak menjalani musim lalu bersama Liverpool.
Jika Southampton mampu berada di papan atas setelah ditinggal banyak pemain kunci sementara Liverpool kesulitan berada di kelompok elit setelah ditinggalkan oleh Suárez, penyebabnya pasti karena seorang Suárez lebih berpengaruh ketimbang enam pemain Lallana, Lovren, Lambert, Calum Chambers, Luke Shaw, dan Pablo Osvaldo sekaligus. Itu, atau memang karena Rodgers tidak memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menangani tim yang baru kehilangan bintang dan menjalani jadwal yang lebih padat.
Alasan kedua lebih masuk akal. Lagipula, Rodgers sendiri memang tidak membantah pendapat yang menyebutkan bahwa kebobrokan sebuah tim dapat terjadi karena manajer tim yang bersangkutan tidak memiliki cukup kualitas.
Lantas apakah Liverpool membutuhkan manajer baru? Jawabannya adalah tidak, karena tidak ada sosok yang pantas menangani Liverpool ketimbang Rodgers. Setidaknya, begitulah menurut Rodgers sendiri.
âSaya rasa pesan dari saya sudah jelas: saya tidak merasa bahwa ada orang yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan ini. Tujuh bulan lalu secara tidak terduga kami nyaris meraih gelar juara. Saya memiliki waktu untuk bekerja bersama para pemain dan kami membawa klub ini ke tempat yang tidak pernah mereka kunjungi dalam jangka waktu yang lama,â ujar Rodgers sebagaimana diwartakan oleh The Guardian.
Ya, setidaknya Rodgers memiliki rasa percaya diri yang dibutuhkan untuk menuai sukses di segala bidang. Jika Anda pendukung Liverpool, berdoalah agar Rodgers juga memiliki kesadaran bahwa percaya diri saja tidak cukup.
Komentar