Saat ini, sports science sudah mendapat tempat dan perhatian di ruang-ruang diskusi klub. Salah satunya klub Liga Amerika, Toronto FC. Mereka akan menerapkannya sepanjang musim depan.
Hal ini ditegaskan Pelatih Kepala Toronto, Greg Vanney serta General Manager Toronto, Tim Bezbatchenko. Dalam keterangan persnya Toronto FC telah memiliki rencana menyeluruh pada bidang analisis, sports science, dan pengembangan secara kognitif. Hal ini akan dilakukan pada masa libur kompetisi jelan musim baru MLS tahun depan
âKami menghabiskan waktu setiap hari untuk berpikir bagaimana caranya kami dapat tampil berbeda, bagaimana kami menjadi tim yang lebih baik di MLS juga di secara internasional,â kata Bezbatchenko.
Ia berpendapat, sebuah tim juara akan memulainya dengan visi klub. Ini yang membedakan perbedaan cara pandang tim besar dan tim kecil, dan hal tersebut yang ia temukan di Toronto FC.
Memadukan ilmu pengetahuan dengan olahraga, dimulai dengan mengumpulkan data dari masing-masing pemain, merekamnya dengan menggunakan alat perekam detak jantung yang digunakan saat latihan, dan menginterpretasi koleksi data tersebut dengan menggunakan peranti lunak. Kumpulan data tersebut akan mempermudah staf untuk menaksir kemampuan seseorang dalam latihan dan grafik mereka dalam persiapan tim.
Penggunaan alat pengukur detak jantung dapat menentukan seberat atau sebesar apa porsi latihan yang akan diterapkan. Sehingga tim pelatih dapat dengan mudah menunjuk pemain tertentu untuk latihan secara spesifik dengan porsi tertentu pula.
âKami ingin para pemain mencapai target tertentu saat berlatih untuk meningkatkan ketahanan tubuh dan tidak berlatih terlalu keras sehingga meningkatkan resiko cedera,â tutur Vanney.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Toronto pun mendatangkan bekas staf LA Galaxy, Colombus Crew, dan Chivas USA. Tujuan dari metode ini tentu untuk mengoptimalkan kemampuan pemain saat latihan dan menjadikannya berada di puncak performa saat pertandingan.
Permainan mereka di lapangan nantinya direkam lewat video dan dianalisis baik di jeda pertandingan maupun evaluasi di akhir pertandingan.
Untuk menganalisis penampilan pemain, dihadirkan pula Bret Myers. Ia menjadi konsultan analisis Toronto yang bertanggung jawab untuk mengetahui kemampuan  lawan, dan menganalisa performa pemain Toronto. Dengan penggunaan peranti lunak dan alat pengukur detak jantung, baik Myers maupun Vanney dapat mengantisipasi pemain dari cedera.
Hasil dari analisa kemampuan lawan, nantinya diberikan kepada staf pelatih. Mereka akan melihat secara spesifik area mana yang menjadi kelemahan tim lawan. Itulah yang akan menjadi titik untuk dieksploitasi.
âAnda memiliki pengukur detak jantung dan saat mendapat laporan bahwa mereka ada di zona merah atau dekat dengan detak jantung maksimal, Anda akan sangat hati-hati untuk menempatkan pemain di area tersebut,â kata Myers.
Ini juga dilakukan saat latihan. Myers menyebutnya ârunning hotâ. Pemain yang sudah mencapai fase tersebut dipisahkan dari latihan utama, dan membiarkannya berlatih terpisah. Ini dilakukan untuk menghindari sejumlah cedera seperti hamstring, cedera pangkal paha, dan cedera otot lainnya.
Apa yang dilakukan Toronto sejatinya bisa dilakukan tim lain di dunia, terutama tim di Liga Inggris yang begitu sering ditinggalkan pemain akibat cedera seperti Arsenal dan Manchester United.
Disadur dari: mlssoccer.com
Sumber gambar:Â advancedathletesperformance.com.au
Komentar