Jika ada seorang atlit yang berbadan besar dengan otot-otot melingkar, gulat atau rugby tampaknya akan menjadi olahraga yang tepat baginya. Otot-otot bisepnya yang besar bisa dijadikan kekuatan dan kelebihannya dalam olahraga yang dijalaninya itu.
Namun hal itu tak dilakukan oleh Adebayo Akinfenwa. Pria Inggris-Nigeria ini tetap memilih sepakbola sebagai olahraga yang dipilihnya meski bobotnya tak normal untuk ukuran pesepakbola: mencapai 102 kg. Dan sejauh ini, tak ada masalah dengan bobotnya dalam berkarir sebagai pesepakbola.
Sebelum malang melintang di League Two, divisi tiga liga Inggris, Ade yang kini bermain untuk AFC WImbeldon ini sempat menjalani masa kelam pada awal karirnya. Saat berusia 18 tahun, ia mengikuti saran agennya untuk bermain di Liga Lithuania bersama FK Atlantas.
Di sana ia mencuri perhatian semua orang. Selain ia memang terlahir dengan berbadan besar, ia mungkin menjadi pesepakbola hitam pertama di Lithuania. Pasalnya, ia mendapat rasisme yang luar biasa dari para penonton, bahkan dari pendukungnya sendiri.
âSaya berusia 18 tahun dan badan saya sudah cukup besar kala itu. Lalu saat menjalani latihan pra-musim, terdengar chant dari pinggir lapangan, âZigga, zigga, zigga, tembak negro sialan itu!â. Bahkan ketika saya menggiring bola, mereka menirukan suara monyet. Sangat menyakitkan,â ungkap Ade seperti yang dikutip The Guardian.
Namun pemain yang berposisi penyerang ini bukanlah pribadi yang lemah. Sang kakak bertanya padanya, apakah  ia ingin kembali ke Inggris atau ingin membuktikan pada mereka yang meneriakinya? Ia memilih untuk tetap bertahan. Dan ia pun menjalani musimnya bersama olok-olokkan yang selalu terdengar di setiap stadion.
Semua berubah ketika Ade berhasil mencetak satu-satunya gol pada final Piala Lithuania. Ia dielu-elukan bak pemain bintang. Semua orang lantas mulai menerimanya lebih jauh. Bahkan ketika pemain kelahiran Islington, Inggris ini membuka sebuah toko adidas, orang-orang Lithuania ramai mendatangi tokonya seperti biasa.
Satu musim Ade bermain di Lithuania, ia tak lantas kembali ke Inggris. Sebelum memulai karir di Inggris, ia sempat bermain untuk klub Wales, Barry Town. Masuk pada pertengahan musim, ia mencetak enam gol dari sembilan penampilannya.
Saat itu pun Barry berhasil menjuarai Liga Primer Wales dan Piala Wales. Namun krisis keuangan membuat Barry harus melepas beberapa pemainnya. Dan Ade termasuk pemain yang tak mampu dipertahankan klub yang kini berlaga di divisi tiga Wales tersebut.
Ade memang tipikal pemain yang tak loyal terhadap tim. Setelah memulai berkarir di Inggris, hampir setiap musim berakhir, ia akan pindah klub. Meski berhasil menjadi top skorer tim di Torquay United (klub kelimanya semenjak hengkang dari Barry Town) dengan 14 gol, ia memutuskan untuk tak memperpanjang kontrak.
Bukan tanpa alasan ia berlaku seperti itu. Ia ingin karirnya sebagai pesepakbola terus menanjak. Maka ia membutuhkan tim yang bisa meningkatkan levelnya sebagai pesepakbola. Ia tak mau bermain untuk Torquay pun karena terdegradasi dari League Two.
Seperti misalnya ketika pada musim berikutnya ia bermain untuk Swansea City. Ia bermain untuk klub asal Wales yang berlaga di League Two tersebut selama dua musim. Ia berhasil mengantarkan Swansea promosi ke League One di musim pertama. Namun ketika merasa kurang berhasil pada musim kedua, ia memutuskan untuk hijrah ke Milwall, sempat ke Swindon Town namun gagal lolos tes medis.
Ade memang seorang yang memiliki mimpi yang tinggi. Untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, ia memiliki kesibukan lain di luar sepakbola. Ia memiliki sebuah toko pakaian dengan memproduksi barangnya sendiri. Tagline pada kaosnya yang paling dikenal banyak orang Inggris adalah âBeast Mode Onâ.
Beast Mode On adalah kalimat yang telah menjadi prinsip dalam hidupnya. Dan dengan kalimat ini, ia ingin mengajak semua orang untuk selalu menampilkan kekuatan dan kemampuan terbaiknya. Karena dengan itulah seorang manusia bisa menggapai mimpinya.
âJangan biarkan orang lain mendefinisikan batasan anda,â seloroh Ade ketika ditanya mengenai slogannya ini. âMungkin ini terdengar klise, tapi saya sangat percaya bahwa orang sering mengatakan bahwa kita tak bisa melakukan suatu hal, padahal kita bisa melakukannya. Contohnya saya, yang kini telah mencetak lebih dari seratus gol. Itulah Beast Mode On.â
Ade memang mengatakan apa yang benar-benar terjadi dalam hidupnya. Ia terus berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi yang terbaik. Total kini ia telah mencetak 142 gol selama karirnya. Ia menjalani karir terbaik bersama Northampton Town dan Gillingham, dua klub sebelum klubnya saat ini, AFC Wimbledon.
Dengan bermodalkan Beast Mode On, ia pun berhasrat untuk melawan klub Premier League. Ia ingin menghadapi bek-bek tangguh seperti John Terry atau Nemanja Vidic. Ia juga sempat mengidamkan untuk melawan Sol Campbell dan Marcel Desailly ketika masih muda.
âSejujurnya saya ingin bertemu dengan klub Premier League,â ungkap Ade pada Maret 2013 ketika diwawancarai The Guardian. âVidic, Terry, sepertinya saya lebih kuat dari mereka. Saya pun akan senang jika berhadapan dengan Sol Campbell atau Marcel Desailly.â
Dan dengan terus berpegang teguh pada Beast Mode On-nya tersebut, ia pun berhasil mewujudkannya pada Piala FA, kala menghadapi Liverpool malam tadi (5/1/2015). Meski tak menghadapi John Terry atau Vidic seperti yang dinginkannya, ia mendapat kesempatan berhadapan dengan Martin Skrtel, Mamadou Sakho dan Emre Can.
Bahkan lebih dari itu, laga melawan Liverpool tersebut menjadi laga yang spesial bagi dirinya. Pertama, ia berhasil mencetak gol ke gawang Liverpool yang dijaga Simon Mignolet. Kedua, Liverpool adalah klub idolanya sejak kecil.
âJohn Barnes adalah pahlawan saya. Saya selalu ingin menjadi dirinya, cara ia bermain di atas lapangan.â John Barnes sendiri adalah pemain kelahiran Jamaika yang bermain untuk Liverpool pada 1987 hingga 1997.
Spesialnya laga melawan Liverpool berlanjut hingga akhir pertandingan. Ketika pertandingan usai, ia mendapatkan kesempatan untuk bertukar seragam dengan pemain Liverpool. Dan ia mendapatkan kaos Steven Gerrard, yang pada pertandingan itu mencetak dua gol.
Meski kalah, laga melawan Liverpool tersebut tentu saja menjadi suatu pencapaian terbaik Ade selama karirnya. Kini di usianya yang sudah 32 tahun, karirnya sebagai pesepakbola mungkin hanya akan bertahan hingga tiga atau empat tahun lagi. Namun dengan Beast Mode On, ia akan terus menjalani hidupnya sambil berharap ia akan menorehkan prestasi lain di masa yang akan datang.
sumber foto: guardian.co.uk
Komentar