Di ajang  Ligue 1 saja, sudah enam tahun berlalu sejak terakhir kali Olympique Lyonnais menjadi juara. Musim lalu, mereka mengakhiri liga di peringkat kelima. Masuk akal, karenanya, jika kesebelasan ini tidak memiliki target menjadi juara. Dan memang seperti itu adanya. Namun pertandingan pertama di putaran kedua musim ini telah mengubah semuanya.
Kekuatan dana milik Paris Saint-Germain Football Club dan Association Sportive de Monaco Football Club terlalu sulit untuk dilawan. Di Perancis, rasanya tidak ada yang cukup kuat menggoyang keduanya kecuali Olympique de Marseille. Dengan memiliki seorang juru taktik jenius seperti Marcelo Bielsa, Marseille memiliki modal yang cukup kuat untuk melawan kekayaan PSG dan Monaco. Kesebelasan-kesebelasan lain cukup memperebutkan peringkat empat saja.
Namun kenyataan di lapangan berkata lain. Girondins de Bordeaux menjadi kuda hitam yang paling diperhitungkan. Permainan menyerang yang dimainkan pasukan Willy Sagnol membuat peta kekuatan berubah. Selama beberapa lama, Bordeaux berada di posisi yang lebih tinggi ketimbang Monaco sementara PSG dan Marseille bersaing ketat di dua besar.
Namun Bordeaux tak bertahan lama. Perlahan tapi pasti, mereka terus mengalami penurunan posisi. Saat Bordeaux perlahan mengarah ke bawah, Lyon pelan-pelan naik ke atas. Kemenangan atas Marseille di pekan ke-11 membawa Lyon naik ke posisi ketiga. Sejak saat itu, mereka terus bertahan di sana. Satu kekalahan dan satu hasil imbang tak membuat Lyon turun peringkat, karena pertandingan-pertandingan lain selalu berhasil mereka menangi.
Hingga pekan ke-18, Lyon masih bertahan di posisi ketiga. Kemenangan besar lima gol tanpa balas di kandang Bordeaux sepekan setelahnya, di pertandingan terakhir putaran pertama, membawa Lyon naik ke peringkat kedua. Lyon menatap putaran kedua di posisi yang lebih baik dari PSG; tepat di belakang Marseille.
Pada pekan ke-20, pertandingan pertama pada putaran kedua, Lyon benar-benar memanfaatkan nasib buruk kedua pesaingnya. Baik PSG yang berada di belakang Lyon maupun Marseille sang pimpinan liga sama-sama menderita kekalahan. Kepada petaka yang dialami oleh PSG dan Marseille, Lyon memberikan respon sempurna: kemenangan 3-0 di pertandingan melawan Toulouse Football Club (11/1). Puncak klasemen pun menjadi milik Les Gones.
Hubert Fournier, manajer Lyon, tak mau terlena. Walaupun ia menyatakan rasa puas yang ia miliki terhadap para pemainnya, Fournier menegaskan bahwa masih terlalu jauh untuk membicarakan gelar juara. âTerlalu jauh untuk memproyeksi seperti apa tabel klasemen di akhir musim nanti,â ujarnya selepas pertandingan melawan Toulouse.
Namun kapten Lyon, Maxime Gonalons, berani bermimpi. Ia mengaku bahwa target yang dimiliki kesebelasannya telah berubah. Jika di awal musim mereka tidak memasang target juara, kini semuanya tak lagi sama. âYa, kami boleh bermimpi,â ujar Gonalons mantap.
Optimisme Gonalons dapat sepenuhnya diterima. Bagaimanapun, sejarah memiliki kecenderungan untuk terulang. Terakhir kali Marseille menjadi juara paruh musim, Lyon menduduki posisi pertama di akhir musim. Ditambah lagi, Lyon kini sedang berada di posisi yang lebih baik ketimbang Marseille, PSG, dan Monaco.
Komentar