Final IIC 2014? Basi, Madingnya Udah Terbit!

Editorial

by Zen RS

Zen RS

Board of director | Panditfootball.com

Final IIC 2014? Basi, Madingnya Udah Terbit!

Konon kabarnya, ada tiga rahasia Tuhan: jodoh, kematian dan final Inter Island Cup 2014.

Sebagai rahasia Tuhan, jadwal terbaru final Inter Island Cup (IIC) 2014 baru saja dirilis kembali untuk kesekian kalinya. Terbaru, laga yang akan mempertemukan Persib Bandung vs Arema Cronus itu akan digelar pada 1 Februari 2014, eh... 2015. Tempatnya di Stadion Sultan Agung, Bantul.

Apakah final akan digelar sesuai rilis terakhir itu? Entahlah. Pelajaran moral dari kocaknya gelaran Inter Island Cup (IIC) 2014 adalah: jangan gampang percaya, sebab percayalah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Mari kita tengok sebentar apa yang membuat IIC 2014 ini memang luar biasa kocak. Kita bisa memulainya dengan menengok arsip editorial kami beberapa bulan lalu, editorial yang kami beri judul "Liga (di) Indonesia sebagai Indonesian Tergantung League". Kami kutipkan saja secara utuh penggalannya:

IIC 2014 ini sebenarnya sudah dimulai pada Januari 2014, sebelum ISL musim 2014 bergulir. Partai final urung digelar sesuai jadwal karena tidak mendapatkan izin keamanan dari pihak keamanan yang menjadi lokasi pertandingan final yaitu Sidoarjo.

Diundurnya IIC hingga Januari 2015 ini sebenarnya tidak memenuhi target semula. Begitu final IIC 2014 tak bisa digelar di Sidoarjo,  pada 24 Januari 2014, Joko Driyono sempat mengungkapkankemungkinan final IIC 2014 akan digelar Juni atau Agustus. Sepekan kemudian, pada 30 Januari 2014, Joko Driyono mengatakan bahwa telah ada kesepakatan bahwa final IIC digelar usai kompetisi ISL yaitu periode November atau Desember. Boleh memakai hashtag #MenolakLupa, kan?


Untuk diketahui, tanggal 1 Februari 2014 itu juga sebenarnya hasil pengunduran pula. Beberapa waktu lalu, PT LI menyebutkan bahwa final IIC 2014 akan digelar pada 27 Januari 2014. Kemudian hal itu diralat kembali. Maka keluarlah tanggal 1 Februari 2014 itu. [catatan: semua tahun 2014 di paragraf ini harus dibaca 2015, saya salah mengetikkannya, tapi sengaja tak diperbaiki, karena itu memperlihatkan kacaunya penjadwalan pra-musim 2014 malah finalnya 2015, sampai-sampai saya sendiri saja sampai salah ngetik. Hihihi....].

Pertanyaannya kemudian: masih relevankah final IIC 2014 untuk digelar?

Idealnya, sebuah turnamen pra-musim  digelar sebelum kompetisi liga bergulir. Tujuannya jelas bukan untuk mengedepankan gengsi, karena sebagaimana nilai sebuah pertandingan uji coba, turnamen pra-musim pun diikuti pesertanya untuk mengetes kekompakan pemain (gabungan pemain baru dan lama) dan taktik yang akan digunakan.

Ya, kemenangan cenderung dilupakan pada laga-laga pra-musim. Para pelatih lebih fokus terhadap performa setiap pemainnya dan bagaimana permainan tim secara menyeluruh. Maka tak heran, dalam satu pertandingan bisa terjadi lebih dari tiga pergantian pemain dan beberapa perubahan skema bermain.

Singkatnya, laga-laga pra-musim, baik itu satu pertandingan uji coba atau pun sebuah turnamen pra-musim, merupakan laga-laga yang bisa dibilang tak perlu ditanggapi terlalu serius. Hanya pelatih yang wajib menganggap laga pra-musim sebagai ajang penting untuk menemukan kelemahan-kelemahan tim yang patut dihindari ketika liga berjalan. Yang lainnya, tak perlu ambil pusing.

Karenanya, PT Liga Indonesia  (LI) pun seharusnya tak ambil pusing terkait penyelenggaraan final Inter Island Cup 2014, turnamen antar pulau sebelum Indonesia Super League (ISL) 2014 digelar. PT LI tak perlu lagi repot-repot mencari-cari tanggal penyelenggaraan laga final yang mempertemukan Arema Cronus dan Persib Bandung ini.

Seharusnya, final IIC 2014 ini tak perlu lagi digelar. Ya, meski pada akhirnya tak menghasilkan pemenang, rasanya tak diselenggarakannya final turnamen antar pulau keempat ini pun tak akan terlalu merugikan pihak klub yang berlaga, Arema dan Persib bahkan PT LI sendiri.

Seperti judulnya, Inter Island Cup 2014, sejatinya turnamen ini diselenggarakan untuk menguji kemampuan setiap kesebelasan yang turut serta guna menghadapi ISL musim 2014. Para pemain yang digunakan pada turnamen tersebut pun awalnya dihuni oleh pemain yang akan berkompetisi di ISL musim 2014.

Dan saat ini, ISL 2014 telah lewat, dengan menghasilkan Persib sebagai juaranya. Saat ini pun baik Persib maupun Arema, keduanya telah tampil dengan kekuatan baru mereka. Kekuatan yang telah berbeda. Pemain asing Arema semuanya baru. Tak ada yang tersisa dari Gustavo Lopez, Thiery Gathussi dan Beto Goncalves. Pemain asing semuanya baru, inilah kekuatan baru yang hendak mereka persiapkan untuk mengarungi tahun 2015.

Simak analisa kami terkait kekuatan baru Arema yang mulai terlihat berimbas pada berubahnya gaya permainan Arema DI SINI dan DI SINI.

Bahkan akan lebih lucu lagi jika misalnya final IIC nanti digelar, PT Liga mengumumkan pencetak gol terbanyak turnamen. Pada turnamen yang tertunda karena terkait izin keamanan ini, Lancine Kone menjadi pencetak gol terbanyak dengan raihan tujuh gol. Tujuh gol tersebut diraihnya saat masih berbaju Sriwijaya FC, sedangkan saat ini ia telah resmi memperkuat Persipura Jayapura untuk musim depan.

Belum lagi Arema Cronus pun akan mengikuti SCM Cup. Setelah SCM Cup, akan lebih bijaksana jika mereka langsung memulai evaluasi tim dengan menambal kelemahan-kelemahan tim yang terlihat pada turnamen yang diikuti oleh delapan klub ISL tersebut.

SCM Cup ini jelas turnamen pra-musim, sebagaimana turnamen Piala Walikota Padang. Arema ikut SCM Cup, Persib ikut Piala Walikota Padang. Nah di sinilah kocaknya. Turnamen pra musim digelar setelah musim berakhir saja sudah cukup kocak. Ini bertambah satu lagi: final pra-musim 2014 digelar justru setelah final pra-musim 2015. Padahal, ibarat mading (majalah dinding), ISL 2014 itu udah telanjur terbit.

Pun begitu dengan Persib. Pangeran Biru lebih baik fokus mencari penyerang asing yang hingga sekarang ini belum mereka dapatkan. Atau mungkin mematangkan/mencari skema baru untuk memaksimalkan skuatnya yang kini dihuni oleh banyak gelandang berkualitas. Persib masih harus membenahi lima hal penting guna menghadapi kompetisi musim depan.

Yang menjengkelkan dari berlarut-larutnya final IIC 2014 ini adalah tensi antara dua pendukung, Aremania dan bobotoh, yang secara sporadis saling melemparkan perang urat syaraf -- hal yang jamak dan lumrah seandainya terjadi dalam kompetisi yang sebenarnya.

Saat ada rumor final IIC akan digelar di Bandung, Aremania mencela dan mengejek. Saat final IIC batal digelar di Sidoarjo dulu, yang notabene lebih dekat dengan Malang tapi juga dekat dengan Surabaya (pusatnya para Bonek, yang notabene sekutu para bobotoh), para bobotoh yang mencela dan mengejek.

Di media sosial, perang urat syaraf itu berlanjut sejak ISL 2014 digelar. Tiap kali ada info terbaru perihal final IIC 2014, tidak jarang ejek-ejekan dan perang urat syaraf kembali muncul. Berkali-kali. Terus begitu.

Menyebalkan sekali melihat bagaimana, mau tak mau, kedua pendukung akhirnya terkondisi untuk saling perang urat syaraf. Sesuatu yang tidak perlu, membuang-buang waktu dan tenaga dan sudah pasti akan mempertegas dan mempertajam ketegangan antara dua kelompok suporter ini.

Saya tidak tahu apakah PSSI dan PT LI punya cukup kepekaan untuk memahami hal ihwal macam ini atau tidak. Tapi pembiaran atas hal ini, melalui jadwal final IIC yang terus-menerus berubah,  memang benar-benar membuat capek yang namanya menunggu.

Satu juga yang sudah pasti, jika akhirnya final IIC 2014 ini akhirnya digelar, maka peran turnamen pra-musim sebagai ajang ujicoba menjadi kurang relevansinya. Karena jika keduanya berlaga di final IIC, nilai-nilai pra-musim pun tampaknya akan mereka lupakan. Gengsi untuk memenangi pertandingan meningkat karena berstatus final, berkesempatan untuk menambah trofi.

Belum lagi efek domino setelah laga usai. Perseteruan kedua pendukung akan semakin memanas karena bertanding di tempat netral, Bantul, yang secara geografis bisa dibilang berada di tengah-tengah antara Malang dan Bandung. Kedua pendukung dipastikan hadir, sebagai efek rivalitas (baru), yang bensinnya disiramkan berkat jadwal final yang terus berubah-ubah. Dan resiko bukannya tak ada.

Sayang sekali jika muncul insiden yang tak perlu saat gelaran kompetisi belum juga dimulai.

Di tengah problem hubungan antara negara (Menpora) dan PSSI yang sedang tak harmonis, insiden yang tak perlu bisa melahirkan hal-hal yang juga tidak perlu. Untuk diketahui, tak lama lagi akan ada MoU antara Kemenpora dengan berbagai instansi pemerintah lainnya (BOPI, Kemenakertrans dan kepolisian) terkait berbagai hal, terutama perizinan gelaran olahraga profesional termasuk sepakbola.

Sekali lagi, turnamen pra-musim merupakan ajang bagi setiap kesebelasan untuk mempersiapkan tim menjelang musim yang baru. Bukan ajang adu gengsi antar kesebelasan, di mana yang menang lebih hebat atau sebaliknya. Karena yang terhebat, sebenarnya dan sesungguhnya, harus dibuktikan di kompetisi.

Masalahnya, kedua kesebelasan, kan, sudah tidak bisa mundur lagi. Sebagai buntut dari rivalitas yang mulai kencang, dan tensi rivalitas yang terus dirawat berkat pengunduran jadwal final IIC 2014 yang berkali-kali, bisa dibayangkan jika ada salah satu dari Persib atau Arema itu memutuskan mundur dan memilih fokus pada persiapan ISL 2015. Sudah pasti pendukung lawannya akan balik mengejek karena mendapatkan amunisi baru.

Repot, dan sudah pasti tak bisa balik badan. Ya, tidak bisa balik badan, walau jadwal finalnya sendiri sudah berkali dibolak-balik.

Ya, apa boleh bikin. Namanya juga rahasia Tuhan. GMZ. KZL.

foto: ligaindonesia.co.id

Komentar