Awalnya, Tony Pulis digadang-gadang akan melatih Newcastle United menggantikan Alan Pardew yang mencari kenyamanan di Crystal Palace. Akan tetapi, dugaan itu justru meleset ketika Pulis memilih West Bromwich Albion sebagai kesebelasan yang akan dibesutnya.
Pria bernama lengkap Anthony Richard Pulis itu, mulai dikenal kala membawa Stoke City promosi ke Premier League 2008/2009. Ia membawa kesebelasan berjuluk The Potters tersebut berada di peringkat kedua Divisi Championship.
Permainan khas Pulis berhasil membawa Stoke bertahan di Premier League yang terkenal kejam. Stoke, saat itu, berada di peringkat ke-12. Ia membawa Stoke sebagai kesebelasan yang mampu memberikan kenangan bagi lawan-lawannya. Bersama Pulis, Stoke bukanlah tim promosi yang numpang lewat saja.
Pulis, yang biasa mengenakan kacamata, dikenal sebagai pelatih yang masih menerapkan kick and rush ala Inggris yang sesungguhnya. Ia menerapkan permainan keras, umpan panjang ke depan, serangan cepat dan diakhiri dengan penyelesaian yang baik ke gawang lawan. Ia memaksimalkan peran pemain yang berpostur tinggi seperti Robert Huth, Rory Delap, Kenywene Jones, hingga Peter Crouch.
Namun, Pulis mendapati situasi yang berbeda kala melatih Crystal Palace. Kendati tetap memakai sistem permainan yang sama, ia harus memaksimalkan pemain yang ada, akibat dari kebijakan ketat keuangan Palace.
Sulit berkembang, kebersamaan Pulis bersama klub berjuluk The Eagles hanya setengah musim lebih. Padahal, Pulis sempat terpilih menjadi manajer Premier League terbaik pada musim 2013/2014, setelah membawa Mile Jedinak dkk bertengger di peringkat ke-11. Ia membawa Palace yang hampir terdegradasi ke papan tengah klasemen.
Memasuki tahun 2015, permainan khas yang diterapkan pria asal Wales itu sudah bisa dinikmati kembali. Pulis resmi membesut West Bromwich Albion, setelah Alan Irvine dipecat akhir Desember tahun lalu.
Kala dibesut Irvine, kesebelasan berjuluk The Baggies itu cenderung bermain hati-hati. Mereka mempraktikkan permainan bertahan, lalu membangun serangan balik melalui operan-operan pendek. Lalu permainan berbeda ditunjukan Chris Brunt dkk, ketika menghadapi Hull City pekan lalu, Sabtu (10/1/2014). Saat itu, West Brom sudah dipimpin oleh Pulis di pinggir lapangan.
Permainan ala Pulis pun mulai terlihat. Total, West Brom melakukan tekel sebanyak 21 kali! Walau masih beradaptasi, serangan balik dengan mengandalkan umpan panjang juga diperagakan oleh Chris Brunt dkk. Sebanyak 27 umpan panjang mereka lakukan dengan sukses, dari 61 kali percobaan.
Pulis pun memberikan kemenangan pertamanya di Premier League untuk West Brom dengan skor 1-0. Gol semata wayang West Brom dicetak oleh Saido Berahino pada menit ke-78. Tiga poin kemenangan masih menempatkan The Baggies di peringkat ke-14 klasemen sementara Premier League 2014/20015 dengan 21 poin.
Selanjutnya, Pulis tinggal mengembangkan strategi andalan kepada para anak asuhnya. Pasalnya, saat ini diperkirakan ia hanya memiliki beberapa pemain saja yang masuk dalam kriterianya. Seperti bek berkarakter kuat seperti Joleon Lescott dan Sebastien Pocognoli, diselingi pemain tengah kreatif James Morrison yang bisa melancarkan umpan matang kepada dua striker jangkungnya, yakni Victor Anichebe dan Giorgios Samaras.
Bila musim ini West Brom tidak terdegradasi, maka Pulis akan lebih diberi kesempatan jangka panjang. Akan tetapi dengan catatan, pria 56 Tahun tersebut diberi gelontoran dana untuk belanja pemain sesuai keinginannya.
Merawat Warisan Sepakbola Inggris
Pulis adalah satu dari sejumlah nama yang merawat cara bermain Inggris: kick and rush. Ia diakui karena bukan hanya konsisten, tapi hasil yang ia tuai memperlihatkan segalanya. Hal paling jelas tentu saja saat ia membesut Stoke City. Dengan bola-bola panjangnya, ia berhasil mengantarkan Stoke ke  tingkat tertinggi dalam kompetisi sepakbola di Inggris pada musim 2008/2009.
Pada awal kemunculannya, Stoke diubah Pulis menjadi kesebelasan yang menyeramkan. Stadion Britania yang menjadi kandang, ia ubah bak Colloseum di Italia. Sejumlah kesebelasan bernama besar kesulitan untuk melawan. Bersama Pulis, Stoke dibawa melenggang ke Liga Eropa pada musim 2011/2012. Keputusan untuk berhenti dari Stoke pun bukan karena ia dipecat. Dua belah pihak baik Pulis maupun manajemen Stoke, sepakat untuk menghentikan kerjasama. Pulis tak puas, pun dengan manajemen.
Setelah Pulis hengkang dari Stoke, para pemain mulai merasakan ada yang berbeda dari sosok sang pengganti, utamanya dari cara bermain. Menurutnya, mereka lebih jarang memainkan bola. Selain itu, sebagai seorang penyerang, ia jarang mendapatkan bola. Dengan tubuh jangkungnya itu, ia sering menjadi andalan Pulis lewat skema kick and rush-nya. Ini yang membuat Jones merasa begitu terhormat dihargai delapan juta pounds dari Sunderland, karena cara bermain Pulis yang sesuai dengan dirinya. Pada akhirnya, Jones pun meninggalkan Stoke Januari 2014 dan kini bergabung bersama Cardiff City.
"Kami memliki banyak pesepakbola bagus, tapi kami tidak diperkenankan memainkan sepakbola seperti rezim terdahulu (Pulis). Ini yang membuat (Mark Hughes) menyiakan bakat yang kami miliki dalam skuat," tutur Jones seperti dikutip The Independent.
Namun cara bermain yang "Inggris banget" itu tidak disukai suporter. Mereka menginginkan permainan macam Barcelona atau Bayern Munich yang lebih banyak melakukan umpan pendek. Namun, itulah Inggris yang menurut Yusuf Arifin, Pemimpin Redaksi CNN Indonesia dalam tulisannya menyebut Inggris sebagai "paradoks dalam paradoks". Kalau bukan Pulis yang terus merawat kick and rush, lantas siapa lagi? Jose Mourinho? Ah, jangan bercanda.
Oya, terimakasih dan selamat ulang tahun Pulis. Semoga tahun menjadi berkah dalam karir Anda yang selalu menjunjung tinggi ciri khas permainan asli Inggris!
Foto : BBC.co.uk
Komentar