Setelah berjuang dengan baik selama 87 menit, ada klimaks yang membuat kita agak penasaran dari pertandingan Superliga Albania antara Flamurtari Vlorë dan KF Teuta Durrës.
Sampai menit ke-87, skor sementara adalah sama kuat, 1-1. Flamurtari, sebagai tim tuan rumah, tampak lebih berniat untuk menang.
Gempuran bertubi-tubi Falmurtari ke gawang Teuta dari menit 87 sampai 94 (dengan 4 menit injury time) memang akan terlihat wajar, tapi di sini justru terlihat aneh karena pertahanan Teuta berkali-kali seperti membiarkan hal itu terjadi.
Seolah tidak mau belajar, Flamurtari juga menyedihkan dalam hal penyelesaian. Tercatat ada 6 peluang yang mereka raih selama 7 menit terakhir pertandingan tersebut. Angka di atas memang angka yang mencengangkan. Tidak banyak tim yang bisa menciptakan 6 peluang dalam waktu 7 menit.
Maka terendus lah kecurigaan tentang pengaturan skor dari pertandingan ini. Namun, daripada terburu-buru menghakimi, mari kita bersama-sama menyimak runutan kejadian di bawah ini.
Pada menit ke-87, bek Flamurtari, Vukasin Tomic, diberi keleluasaan oleh pertahanan Teuta di kotak penalti. Sederhananya ia hanya tinggal melakukan tendangan simpel yang akan menjadi gol kemenangan.
Sayangnya untuk Tomic, tembakannya lurus ke arah kipper Bledvan Rizvani dan bola muntahan jatuh ke tempat yang aman.
Selanjutnya pada menit ke-91, ketika sudah masuk ke injury time, striker Flamurtari asal Makedonia, Nijaz Lena, meluncurkan tembakan melalui sela-sela kaki bek Teuta.
Yang membuat curiga adalah kemudian kiper seperti setengah hati untuk melakukan penyelamatan, dengan hanya menjatuhkan dirinya saja, seolah merelakan gawangnya kebobolan. Sayangnya, lagi-lagi, bola keluar melewati tiang jauh.
Kekonyolan (dan kebodohan) tak berhenti sampai di situ. Pada menit ke-92, penyerang Arber Abilaliaj berlari sampai ke belakang pertahanan Teuta. Anehnya, salah satu bek Teuta memutuskan untuk menyerah dalam mengejar Abilaliaj.
Kiper juga kembali menunjukkan keengganannya dalam menyelamatkan bola dengan memilih gerakan jatuh ke belakang. Metode menggelikan ini ternyata ampuh untuk menyelamatkan gawangnya, lagi-lagi dan lagi-lagi, hal ini terjadi karena tembakan mengarah lurus ke arahnya.
Hal mulai menjadi sedikit konyol pada saat ini. Di menit ke-93, gelandang Dejvi Bregu menyerang dari tepi area penalty. Bek Teuta, Bruno Dita (nomor 28) Julian Ahmataj (nomor 29), âmenyambutâ tembakan dengan mempersilahkannya lewat. Sopan sekali.
Kiper dengan penuh kemalasannya melakukan penyelamatan seadanya dengan kakinya yang membuat bola termuntah ke pemain lawan, Alfred Deliallisi. Deliallisi yang mendapatkan kesempatan emas kembali menyia-nyiakan peluang karena bola terpental dari kakinya keluar lapangan.
Tak berselang lama, pada menit ke-94, Abilaliaj mencoba lagi dengan mengambil keuntungan dari penjagaan pemain Teuta yang tidak becus, yang membuatnya bisa menerima bola umpan dengan sangat leluasa.
Tidak beruntung, sundulannya melenceng dan pemain-pemain Teuta pun sudah mulai menunjukkan keheranannya, alih-alih rasa lega. Ya, Teuta terlihat heran karena Flamurtari menyia-nyiakan begitu banyaknya kesempatan di akhir pertandingan.
Namun, dengan waktu yang semakin sempit, Teuta tampaknya seperti dipaksa untuk menyelesaikan masalah dengan tangan (atau kaki) mereka sendiri. Tidak, kami tidak sedang membicarakan gol bunuh diri konyol seperti yang terjadi pada pertandingan PSS Sleman melawan PSIS Semarang... tapi mungkin mirip-mirip, lah.
Setelah kejadian pada menit ke-94 di atas, kiper entah kenapa terburu-buru mengambil tendangan gawang. Kemudian juga entah kenapa berani-beraninya ia mengambil tendangan yang berisiko.
Alih-alih mengoper jauh untuk melakukan serangan balik, yang seharusnya menjawab kenapa ia ingin buru-buru menendang... karena untuk menciptakan serangan balik, atau setidaknya mengoper ke sayap yang sedang kosong, ia malah lebih memilih mengoper pendek ke depan, dimana banyak pemain, lawanmaupun kawan, yang sedang bergerombol.
Bola âpinballâ yang pantul-memantul sempat terjadi antara dua rekan tim Teuta. Kemudian bola memantul kembali ke dalam kotak penalti, dan ada bek Teuta lainnya hadir untuk membersihkan bahaya. Sayangnya ia gagal melakukannya.
Ada 30 detik tersisa, Ardit Shehaj akhirnya memiliki kesempatan untuk merebut tiga poin untuk Flamurtari dan ia âmenoyorâ bola melewati Rizvani untuk membuat kedudukan berakhir 2-1. Akhirnya!
Tapi tunggu dulu! Jika kita perhatikan secara seksama, ada kemungkinan Shehaj (si pencetak gol) terperangkap offside. Meskipun kami tidak bisa memastikannya karena kamera tidak menampilkan secara keseluruhan. Selain kedua tim yang dicurigai, jangan-jangan wasit pun ikut-ikutan terlibat pengaturan skor di atas.
Para fans tuan rumah yang seharusnya terkesan karena mereka menang, malah âmemunggungiâ tim mereka setelah peluit akhir sebagai protes atas apa yang kemudian mereka nyatakan sebagai sebuah âhadiahâ daripada sebuah âkemenanganâ.
Presiden klub Flamurtari, Sinan Idrizi, mengeluarkan pernyataan mengutuk lelucon di atas: âSebuah komedi memalukan di negara yang tidak memiliki aturan yang jelas dalam setiap bidang kehidupan. Kita berhadapan dengan liga yang memiliki banyak pertanyaan. Masalahnya adalah sistem. Tim yang bermain bersih justru lebih lemah.â
Klub telah menuntut penyelidikan oleh otoritas sepak bola Albania dan, jika tidak, mereka mengancam akan menarik diri dari liga.
Mungkin dari membaca artikel ini saja, kita tidak bisa membayangkan kejadian tersebut. Tapi jangan kecewa, kami sudah melampirkan video pertandingan tersebut di bawah ini.
Tinggal Anda yang menentukan apakah pertandingan di atas merupakan bentuk pengaturan skor atau bukan. Sambil berpikir-pikir, Anda bisa membaca beberapa panduan kami tentang pengaturan skor seperti berikut ini:
- Tanda-tanda striker dan gelandang terlibat pengaturan skor
- Ciri-ciri kiper bermain mata dan terlibat pengaturan skor
Baca juga beberapa tulisan kami berkaitan dengan pengaturan skor atau match-fixing di sini.
Sumber cerita: Telegraph
Sumber gambar:Â Panorama Sports
Komentar