Olympique Lyonnais bertandang ke Stade Louis II, kandang Association Sportive de Monaco Football Club, dengan bekal tujuh kemenangan beruntun di ajang Ligue 1. Namun tujuh sepertinya memang batas Lyon. Sama seperti tahun 2009 yang menjadi akhir dari impian  Lyon untuk meraih gelar juara Ligue 1 yang kedelapan secara beruntun, Lyon tidak berhasil menghiasi pekan ke-23 Ligue 1 musim ini dengan kemenangan kedelapan dalam delapa pertandingan liga terakhir mereka. Tanpa Alexandre Lacazette, Lyon tak mampu mencetak gol. Beruntung bagi mereka, Monaco juga sama tumpulnya.
Blogger Ligue 1, Matthew Spiro, berpendapat bahwa Lyon akan baik-baik saja tanpa Lacazette. Spiro berpendapat bahwa keberhasilan Lyon menjadi pimpinan klasemen adalah buah dari kolektivitas mereka sebagai kesebelasan, bukan semata karena ketajaman Lacazette saja. Pendapat Spiro agak sulit diterima. Dan karenanya, Lyon berada dalam posisi terancam. Pekan depan mereka harus berhadapan dengan Paris Saint-Germain, yang bersama dengan Olympique de Marseille, hanya berjarak dua angka dari Les Gones.
Pendapat Spiro sulit diterima karena sangat jelas bahwa Lyon sangat bergantung kepada Lacazette. Dalam 22 pertandingan Ligue 1, Lacazette telah mencetak 21 gol (sebanyak 13 gol di antaranya bahkan ia ciptakan dalam sembilan pertandingan terakhir) Dengan torehan 21 gol dan enam assist, Lacazette adalah penyumbang terbanyak terhadap 47 gol yang sudah Lyon cetak sepanjang musim ini. Persentase sumbangan Lacazette mencapai angka 55,32%. Begitu ia absen, Lyon langsung kesulitan mencetak gol.
Kami sudah mengulas peran penting Lacazette di Ligue 1 musim ini. Baca ulasannya:Â Lacazette Siap Menikam dalam Diam.
Yassine Benzia yang menggantikan Lacazette sebagai pasangan Nabil Fekir tidak mampu menghadirkan kekacauan yang cukup mengganggu Monaco. Tidak pula keduanya mampu saling memanjakan. Ketika Benzia berpasangan dengan Fekir, jarang sekali keduanya menemukan pasangan mereka di saat dan waktu yang tepat agar umpan yang dilepaskan oleh salah satu dari keduanya dapat diubah menjadi gol oleh satu lainnya. Kemampuan Lacazette untuk memanfaatkan dan menciptakan peluang berada di tingkatan yang berbeda dengan Benzia dan Fekir sehingga ketika Lacazette tidak dapat bermain, efeknya langsung nyata terasa.
Sebenarnya bisa saja kegagalan Lyon mencetak gol di pertandingan semalam dimaklumi. Sepanjang tahun 2015, gawang Monaco memang masih suci. Monaco bahkan terakhir kali kebobolan pada pekan ke-15 (29/11/2014) kala dikalahkan dua gol tanpa balas oleh Stade Rennais Football Club.
Bagaimanapun, hasil pertandingan semalam tetap membawa kekhawatiran tersendiri. Apalagi pekan depan Lyon akan berhadapan dengan PSG. Bertanding melawan pimpinan liga bukan hal yang baru bagi PSG. Musim ini, di pekan ke-13, mereka menjamu Marseille yang pada saat itu nampak sulit dikalahkan. Hasilnya, PSG menang. Bukan tak mungkin mereka mengulang keberhasilan tersebut pekan depan.
Baca juga ulasan-ulasan lainnya tentang kiprah Lyon musim ini:Lyon Bisa Jadi Juara Kejutan di Ligue 1
Terlalu jauh memang membicarakan akhir musim, namun jika Lyon gagal menjadi juara, siapa yang akan membungkam mulut-mulut sombong orang-orang Paris itu? Siapa yang akan berbahagia di atas kegagalan PSG menjadi juara?
Sejak keberhasilan mereka meraih gelar juara Ligue 1, Lyon menjadi peopleâs club baru Perancis. Dan sekarang ini Lyon adalah simbol perlawanan terhadap sepakbola modern yang mendewakan cara-cara instan untuk menuai sukses. Sudah dua musim tidak ada kesebelasan yang mampu menandingi kekuatan uang PSG. Musim ini, Lyon yang rutin menurunkan lebih dari 75% pemain binaan dalam starting line up dari pekan ke pekan, menjadi kandidat terkuat.
Namun bagaimana jika Lyon sebenarnya hanyalah Lacazette plus para pemain lainnya? Tidakkah ini hal yang mencemaskan?
Simak ulasan kami tentang kegagalan-kegagalan mereka yang terlalu mengandalkan seorang pemain: One-man Team, Alasan Kegagalan Tim Besar di Piala Dunia.
Komentar