Badan pengurus sepakbola Indonesia, PSSI, kini tengah sibuk-sibuknya. Pertama, mereka tengah menghadapi tantangan dari Tim Sembilan bentukan Menpora. Kedua, verifikasi yang dilakukan PT. LIGA kepada kesebelasan peserta Indonesia Super League (ISL) pun berkepanjangan dan tak kunjung usai.
Namun tahukah anda, sebenarnya ada hal yang agaknya terlupakan oleh PSSI. Sebuah hal penting yang sejatinya bisa menentukan nasib masa depan sepakbola Indonesia. Yakni, apa kabarnya timnas senior Indonesia?
Perlu diingat, sejak kegagalan Piala AFF 2014 lalu, kursi kepelatihan timnas senior kosong hingga saat ini. Ini artinya, sudah dua bulan lebih timnas senior kita tak memiliki nakhoda. Maka jika diibaratkan kapal, masa depan timnas senior Indonesia masih terombang-ambing tak keruan.
Tahun ini, Indonesia akan berlaga pada babak kualifikasi Piala Dunia 2018 Rusia. Berdasarkan keputusan terbaru Konfederasi Sepakbola Asia (AFC), Indonesia akan langsung tampil pada babak kedua kualifikasi karena hanya 12 negara Asia terbawah saja yang harus terlebih dahulu berlaga pada fase pertama.
Indonesia jelas beruntung atas keputusan terbaru AFC ini. Karena sebelumnya, peserta babak pertama kualifikasi Piala Dunia diikuti oleh peringkat 28 hingga 42 Asia, atau 17 negara. Jika masih mengacu pada regulasi ini, Indonesia harusnya berlaga pada fase pertama karena kini berada di posisi ke-31 di Asia (sebelumnya 24).
Keberuntungan ini harusnya dimanfaatkan dengan baik oleh timnas senior kita. Karena pertandingan babak kedua kualifikasi akan digelar pada Juni nanti. Di mana ini artinya, masih ada empat bulan untuk pelatih timnas untuk mempersiapkan tim.
Sebagai catatan, babak kedua kualifikasi Piala Dunia akan diikuti oleh kesebelasan-kesebelasan dari negara peringkat satu hingga peringkat 34 Asia, beserta enam kesebelasan yang lolos dari babak pertama. Nantinya, ke-40 negara ini, akan dibagi ke dalam delapan grup yang berisikan lima kesebelasan.
Melihat peringkat Indonesia saat ini, tampaknya Indonesia akan masuk ke dalam pot 4. Ini artinya, akan ada tiga kesebelasan yang peringkatnya di atas Indonesia. Tak menutup kemungkinan Indonesia akan tergabung bersama dua kesebelasan kuat dari peringkat 10 teratas: Iran, Jepang, Korea Selatan, Uzbekistan, UEA, Qatar, Oman, Jordan, China dan Australia.
Belum lagi kesebelasan lain yang tergabung dalam pot 3. Di sana terdapat kesebelasan kuat macam Arab Saudi, Bahrain, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Kuwait. Sebagai pengingat, dua nama pertama menjadi momok bagi timnas Indonesia pada babak kualifikasi Piala Dunia 2014 lalu. Bahkan Bahrain menggoreskan kekalahan paling memalukan sepanjang sejarah bagi Indonesia dengan 10 gol tanpa balas.
Jika target bermain di Piala Dunia terlalu tinggi, tak perlu muluk-muluk, bermain di Piala Asia 2019 merupakan sebuah target yang rasanya bisa dicapai. Dan bisa atau tidaknya Indonesia bermain di Piala Asia ini akan ditentukan pada babak kualifikasi Piala Dunia ini.
Berdasarkan regulasi baru AFC, peringkat pertama grup dan lima (ralat: empat) terbaik runner-up grup pada babak kedua kualifikasi Piala Dunia 2018 akan otomatis berlaga di Piala Asia. Sedangkan lima (ralat: empat) kesebelasan peringkat empat terburuk, dipastikan tak akan tampil di Piala Asia. Sehingga, akan ada 24 negara yang berebut empat tiket terakhir untuk berlaga di Piala Asia.
Maka sudah sewajarnya Indonesia harus tampil maksimal sejak pertandingan pertama yang akan berlangsung bulan Juni ini. Karena setiap pertandingan, sejatinya menentukan nasib Indonesia di Piala Dunia dan Piala Asia.
Kosongnya pelatih timnas saat ini sedikit banyak akan menghambat persiapan tim. PSSI sendiri kabarnya akan mengumumkan pelatih timnas yang baru pada akhir Februari ini. Tapi jika melihat yang sudah-sudah, jangan kaget jika akhirnya berakhir menjadi sekadar wacana. Semoga saja tidak.
Penunjukkan pelatih baru sudah seharusnya dilakukan secepat mungkin. Bagaimana bisa Direktur Teknik timnas yang baru, Pieter Huistra, menjalankan visi misinya untuk mengembangkan sepakbola Indonesia tanpa ada pelatih timnas? Bagaimana jika pelatih timnas yang baru nanti tak sejalan dengan Pieter?
Penunjukkan pelatih baru ini pun terkait perbaikan posisi Indonesia di peringkat FIFA yang terus menurun. Pertandingan-pertandingan uji coba harus mulai direncanakan sejak dini bersama pelatih anyar ini. Pertandingan uji coba yang digelar pun harus diakui FIFA agar bisa mengkatrol peringkat Indonesia di FIFA.
Sebagai informasi, otoritas tertinggi sepakbola di dunia tersebut telah merilis kalender kegiatan sejak jauh-jauh hari. Saat ini saja, FIFA sudah memiliki kalender kegiatan mereka hingga tahun 2018. Seharusnya, PSSI tak sulit menjadwalkan pertandingan uji coba resmi sesuai jadwal FIFA.
Jadwal resmi FIFA pertama sendiri akan berlangsung pada 23-31 Maret. PSSI tentunya sudah harus menyiapkan lawan uji coba bagi timnas senior pada tanggal-tanggal ini. Jika sampai melewatkannya, peringkat Indonesia bisa lebih terus terjun bebas dari sekarang.
Laga uji coba pada bulan Maret itu pun tentu saja tak boleh hanya digunakan untuk memperbaiki peringkat FIFA saja, tapi juga untuk pematangan tim jelang babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Ini terkait isu yang beredar di mana kabarnya PSSI akan menunjuk pelatih Pelita Bandung Raya, Dejan Antonic, sebagai pelatih sementara timnas senior.
Penggunaan pelatih sementara jelas bukan opsi yang tepat. Jangan lupakan kegagalan timnas Indonesia di babak kualifikasi Piala Asia 2015 lalu terjadi karena Indonesia dilatih oleh dua pelatih sementara, Rahmad Darmawan dan Jacksen F. Tiago. Kita tentunya tak mau hal seperti ini kembali terulang. Maka sudah sewajarnya, PSSI menunjuk pelatih baru timnas senior Indonesia sedini mungkin.
PSSI tak usahlah terlalu larut dalam kesibukan jelang dimulainya ISL. Sudah ada PT LI yang menjadi operator. Biar mereka yang bekerja dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang belum kelar. Boleh-boleh saja ikut terlibat dan membantu penyelesaian, tapi jangan sampai itu membuat hal penting seperti kursi pelatih timnas senior malah terabaikan dan berlarut-larut.
Komentar