Setelah memecat Paul Lambert, Tim Sherwood telah ditunjuk sebagai manajer Aston Villa yang baru. Ia dikontrak selama tiga tahun yang mencerminkan keyakinan kesebelasan asal Birmingham itu bahwa dia adalah orang yang tepat untuk menghidupkan kembali serta mengamankan status mereka Liga Primer musim ini.
Penunjukan itu dilakukan kurang dari 72 jam setelah Paul Lambert dipecat oleh Aston Villa, menyusul kekalahan 2-0 terhadap Hull City. Kekalahan tersebut memperpanjang hasil menyedihkan Vila dengan hanya meraih dua kemenangan dari 21 pertandingan liga. Performa buruk ini membuat Villa berada di posisi di tiga terbawah.
Tom Fox, kepala eksekutif Villa, dan Paddy Reilly, direktur perekrutan Villa, bertekad untuk membawa seorang manajer permanen sampai akhir musim, dan Sherwood dengan cepat muncul sebagai kandidat yang paling menonjol.
Fox mengadakan pembicaraan dengan Sherwood pada hari Jumat dan pada malam harinya kedua belah pihak tertarik untuk mencapai kesepakatan, ditambah juga tidak ada nama lain yang dipertimbangkan untuk mengisi posisi manajer Villa. Sherwood diberikanan sisa 13 pertandingan untuk membalikkan keadaan.
Kontrak Sherwood dinilai mencapai 2 juta poundsterling per tahun dan ada kemungkinan untuk mendapatkan bonus besar jika ia bisa mempertahankan Villa di Liga Primer.
Target di atas dinilai merupakan sesuatu yang cukup sulit, mengingat bentuk menyedihkan tim dan kurangnya produksi gol mereka. Villa hanya berhasil mencetak 12 gol dari 25 pertandingan liga musim ini.
Pertahanan mereka juga tak kalah bobroknya. Brad Guzan dan kawan-kawan sudah kebbolan 34 kali sepanjang musim ini.
Pertandingan putaran ke lima Piala FA Hari Minggu kemarin (15/02) di kandang melawan Leicester City, memang bukan menjadi pertandingan pertamanya. Dia menonton pertandingan yang dimenangkan 2-1 oleh Villa tersebut dari tribun sambil melihatScott Marshall, yang menjadi caretaker sejak Lambert dipecat, mengambil alih bangku cadangan untuk sementara waktu.
Pertandingan pertama Sherwood sebagai manajer Villa adalah di kandang saat melawan Stoke City di Liga Premier pada Hari Sabtu pekan ini (28/02).
"Ini adalah kehormatan besar untuk mengelola salah satu kesebelasan terbesar di sepakbola Inggris," kata Sherwood dalam sebuah pernyataan di situs Villa. "Saya tidak sabar untuk memulai dan saya benar-benar melihat ke depan untuk tantangan."
Melihat bagaimana ia bekerja di Spurs
Sherwood diberi tanggung jawab atas Spurs dari Desember 2013 hingga akhir musim, ketika kesebelasan asal London tersebut, melalui Daniel Levy, memberikan Sherwood kesepakatan 18 bulan untuk mengambil alih Spurs.
Dengan lima kemenangan dan satu hasil imbang dari enam pertandingan pertamanya di liga, ia menjadi calon manajer yang meyakinkan.
Tapi selanjutnya, timnya kalah 5-1 oleh Manchester City dan 4-0 melawan Chelsea, dan Sherwood mulai tampak kebingungan. Sherwood menggambarkan dirinya sebagai "supply teacher" menjelang akhir musim dan mengklaim bahwa beberapa pemain telah meragukan dia.
Dia juga mengatakan itu adalah "situasi yang sangat sulit", sebuah komentar yang tidak akan disenangi oleh Levy. Tapi dia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan rasio menang di liga sebesar 59 persen, yang tertinggi dari setiap manajer Tottenham di Liga Primer.
Mantan rekannya, Chris Ramsey, sekarang menjadi manajer di Queens Park Rangers. Ia percaya bahwa Sherwood tidak mendapatkan pujian yang layak untuk pekerjaan yang ia lakukan di Spurs.
Sherwood sendiri sebelumnya menjabat sebagai pelatih kepala di tim akademi Spurs.
"Dia melakukan pekerjaan yang fantastis di Tottenham," kata Ramsey. "Saya pikir mereka memetik manfaat dari beberapa hal yang diberlakukan empat atau lima tahun yang lalu untuk membantu akademi. Saya pikir ia mungkin sudah diremehkan."
Manfaat yang bisa ia berikan untuk Villa
Dari sudut pandang Villa, Sherwood akan cocok dengan banyak kriteria mereka. Dia adalah nama dengan profil tinggi, memiliki pengalaman mengelola kesebelasan di Liga Primer, meskipun hanya lima setengah bulan dengan Spurs.
Krusial, mengingat arah klub di bawah Randy Lerner, Sherwood juga memiliki track record mengembangkan pemain muda. Ia terbukti siap untuk memberikan lulusan akademi kesempatan di tim utama jika mereka dinilai cukup baik.
"Randy [pemilik Villa] dan saya benar-benar senang bahwa Tim telah memutuskan untuk bergabung dengan kesebelasan," kata Fox. "Tim memiliki karir yang fantastis di Tottenham, tidak hanya dalam saat singkat sebagai manajer tim utama tetapi, sama pentingnya, dalam peran yang dimainkannya dalam mengembangkan bakat muda. Kami bertekad untuk membangun sebuah operasi sepakbola dengan visi jangka panjang dan komitmen untuk pembangunan pemain muda. Kami sangat percaya Tim memiliki kualitas untuk mendapatkan yang terbaik dari skuat kami dan membantu kami membangun dan mengembangkan kesebelasan untuk masa depan."
Segera menjadi jelas bahwa Sherwood tidak takut untuk menaruh kepercayaan pada beberapa pemain muda. Harry Kane telah menikmati musim fantastis sejauh ini, tetapi Sherwood lah yang memberi striker tersebut debut Liga Primer pertamanya.
Saat itu, Kane bermain melawan Sunderland. Tidak heran juga, ia mencetak gol dalam pertandingan itu. Sampai saat ini, Kane sudah bermain dengan sangat konsisten. Semua itu berkat Sherwood.
Gelandang Aljazair Nabil Bentaleb diberikan debutnya di bawah Sherwood, kemudian ia membuat 15 penampilan di musim 2013/14. Bek Ezekiel Fryers, Milos Velkovic, dan penyerang Alex Pritchard juga diberikan kesempatan.
Bahkan Ryan Mason sudah mulai bermain dengan tim utama Spurs sejak era Sherwood. Sekarang, Mason dan bentaleb sudah tidak asing lagi namanya kita dengar di susunan pemain inti Spurs di bawah Mauricio Pochettino..
Pemain muda Villa, seperti pemain sayap 19 tahun Jack Grealish dan juga penyerang reguler Republik Irlandia U-21 Graham Burke, adalah pemain yang mungkin mendapat manfaat dari kedatangan Sherwood.
Tantangan yang menantinya di Villa
Sherwood tiba di Villa untuk membuktikan dirinya setelah ia dipecat oleh Spurs pada akhir musim lalu. Pemecatan ini dinilai keras di mata banyak orang, setelah ia memimpin kesebelasan ke posisi enam.
Ia juga kehilangan calon-pekerjaan di West Bromwich Albion pada Bulan Desember, ketika saingan Villa tersebut beralih ke Tony Pulis sebagai gantinya. Selain itu, ia juga telah tampak mengambil posisi manajer QPR pada awal bulan ini, tetapi pembicaraan tersebut mogok, dan Chris Ramsey, mantan asistennya di Spurs, telah ditempatkan untuk bertugas di Loftus Road sampai akhir musim.
Mengingat Ramsey yang merupakan asisten andalan Sherwood, berarti membuat Sherwood perlu merekrut posisi nomor 2 yang baru, terutama karena posisi yang sama telah kosong di Villa sejak Roy Keane mengundurkan diri pada Bulan November.
Ini juga akan menjadi kejutan jika Scott Marshall (caretaker Villa saat ini) tetap di Villa di bawah Sherwood dalam jangka panjang, mengingat ia berkaitan erat dengan Lambert.
Sherwood memang tidak dianggap sebagai pelatih (coach). Dia tidak terkait dengan taktik dan kepelatihan. Jika Ramsey tersedia, dan bersedia untuk pergi ke Villa bersamanya, menunjuk Sherwood akan lebih masuk akal. Sebaliknya, menunjuk Sherwood tanpa Ramsey adalah sebuah risiko besar yang diambil oleh manajemen Aston Villa.
Tampaknya Sherwood perlu mendatangkan pelatih yang baik untuk mendampingi dirinya di sampingnya. Jika tidak, ini adalah perjudian besar untuk mengontrak Sherwood.
Sherwood akan memiliki daftar 13 pertandingan sisa yang akan menghakiminya di akhir musim nanti. Sampai April, bisa dibilang Villa tidak bermain melawan kesebelasan yang terlalu berat. Tapi setelah itu, Sherwood harus berhadapan dengan Manchester United, Spurs, QPR, dan Manchester City.
Mantan manajer Tottenham, David Pleat, berpikir "itu adalah kesempatan bagus" untuk Sherwood dan ia memiliki "pemain yang cukup untuk menghindarkannya dari degradasi".
Pleat menambahkan: "Tim adalah orang yang percaya diri dan akan menunjukkan kepemimpinan yang kuat, tetapi akan berbeda baginya daripada di Tottenham, dimana ia sudah bekerja secara mengakar di sana."
Jaket tak berlengan: Selera berpakaian yang unik dari Sherwood
Sebuah gilet. Seperti yang bisa Anda lihat pada gambar paling atas, Sherwood hampir memiliki ciri khas dengan sebuah gilet atau jaket tanpa lengan. Kebiasaan ini lah yang membuat aksesori tersebut menjadi tren di White Hart Lane. Ia memakainya di hampir setiap saat ketika ia berdiri di depan bangku cadangan.
Pada pertandingan terakhir musim 2013/14 melawan... kebetulan Aston Villa, mantan pemain internasional Inggris ini memutuskan bahwa ia muak mendengar keluhan dari seorang penggemar yang telah menghabiskan berbulan-bulan dengan berteriak ke arahnya.
Sherwood berbalik menghadap pemegang tiket musiman, Danny. Satu menit kemudian, ia menyerahkan gilet dan mempersilahkannya duduk di kursi di bangku cadangan bersama pelatih Les Ferdinand.
Cerita selengkapnya bisa Anda baca di sini.
Selera berpakaiannya yang meyakinkan, terutama jika dikombinasikan dengan cuaca dingin, membuat Aston Villa club shop siap untuk sebuah era Tim Sherwood:
Komentar