Masih ingat dengan gol ketiga Filipina ke gawang Kurnia Meiga di ajang AFF 2014 lalu? Saat itu Indonesia dihukum tendangan bebas tidak langsung di dalam kotak penalti. Penyebabnya adalah bola yang sedang dalam penguasaan penuh bek timnas ditangkap oleh Meiga. Sehingga wasit menganggap Indonesia melakukan backpass (mengumpan ke kiper dan ditangkap) yang merupakan tindakan ilegal.
Menariknya adalah pada saat pemain Filipina melakukan eksekusi tendangan bebas tadi. Dengan cepat bola diumpan ke rekannya disaat pemain Indonesia sedang tidak dalam keadaan siap. Bisa ditebak, dengan mudah gawang timnas kebobolan karena sang kiper sedang tidak berada di bawah mistar. Padahal wasit belum meniupkan peluitnya, lalu apakah gol ini sah? Jawabannya adalah YA.
Contoh selanjutnya dan terbaru adalah gol Atep baru-baru ini saat berlaga di AFC Cup 2015 melawan New Radiant. Tantan dilanggar di dekat kotak penalti menyebabkan Persib berhak mendapat tendangan bebas langsung. Tetapi Makan Konate yang berada di dekat bola justru melakukan tindakan lain, mengumpan dengan cepat ke M. Ridwan saat para pemain Radiant sedang sibuk melakukan protes ke wasit. Setelah mengecoh kiper ia kemudian memberikan assist manis ke Atep. (cek video di bawah bagian akhir)
Lalu kenapa contoh di atas boleh dilakukan? Padahal seringkali kita juga melihat tendangan bebas yang baru boleh dilakukan saat wasit meniup peluit. Apa yang menjadi perbedaan keduanya?
Tendangan bebas membutuhkan peluit jika ada kejadian yang menyebabkan pertandingan harus dihentikan sejenak. Contohnya adalah pergantian pemain, wasit memberikan kartu, penanganan cedera, dan wasit membutuhkan waktu untuk mengontrol permainan. Selain itu wasit juga dapat bertanya kepada penendang apakah ia akan melakukan tendangan bebas cepat (quick free kick) atau tidak (ceremonial).
Permintaan tendangan bebas ceremonial dilakukan saat penendang meminta wasit mengatur pagar betis lawan yakni berjarak minimum 9,15 meter dari bola. Maka setelah berbicara kepada wasit untuk mengatur pagar lawan, pemain tidak boleh menendang bola sebelum peluit wasit dibunyikan. Jika dilakukan maka tendangan tadi harus diulang dan sang pemain mendapat peringatan dari wasit, kartu kuning hanya diberikan saat pemain tadi melakukannya kembali pasca mendapat peringatan.
Sedangkan apabila penendang memilih tendangan bebas cepat, kekurangannya adalah ia tak berhak meminta wasit mengatur pagar betis lawan. Jaraknya bisa jadi juga kurang dari 9,15 meter sebagai jarak minimum pagar. Jika bola menyentuh pemain lawan yang berjarak kurang dari 9,15m tadi, pertandingan akan tetap dilanjurkan (play on) asalkan pemain tadi tidak bergerak maju ke arah bola.
Tetapi apabila pemain bertahan lawan maju atau dengan sengaja menghambat bola untuk delay permainan, tendangan bebas akan diulang. Serta pemain tadi dapat diberi peringatan oleh wasit bahkan kartu kuning jika tindakannya dianggap bentuk kecurangan.
Jika sedang menonton pertandingan sepakbola dan terjadi tendangan bebas, maka anda akan sering melihat ada pemain lawan yang berdiri di depan bola. Langkah ini adalah salah satu cara sah mencegah lawan melakukan tendangan bebas cepat. Karena jika ini dilakukan maka penendang terpaksa meminta wasit mengatur pagar dan tendangan bebas kemudian bersifat ceremonial.
Baca juga:
Cara Baru Membangun Pagar Betis dari OGC Nice
Apakah Tendangan Penalti Boleh Diumpan?
Taktik Konyol Membentuk Pagar Betis
[Video] Mengenal Tanda Wasit Dalam Permainan
Contoh di bawah ini adalah gol tendangan bebas Henry ke gawang Chelsea pada tahun 2005. Ia dengan cerdas meminta kepada wasit untuk melakukan tendangan bebas cepat karena melihat posisi Cech yang sedang mengatur pagar. Gudjohnsen yang bertugas menjaga bola sebenarnya menyadari hal ini dengan memberi peringatan kepada rekannya agar bersiap. Sayangnya pemain bernomor punggung 22 tersebut justru bergerak mundur sehingga memberi kesempatan Henry melakukan tendangannya.
Padahal jika ia diam di tempat seperti yang sudah disebutkan di atas hal ini masih diperbolehkan, asalkan tidak maju ke arah bola. Mungkin saja Gudjohnsen terpancing gerakan tangan wasit yang mengira untuk menyuruhnya mundur. Tindakan "cerdas" Henry ini sebenarnya mendapat banyak kritikan karena dianggap mencederai Fair Play. Wasit Graham Poll yang memimpin laga tersebut juga tak luput dari sasaran kemarahan karena membiarkan kejadian tersebut meski ia tahu Cech sedang tidak dalam posisi siap.
Sepakbola mempunyai aturan hukum yang mengikat untuk semua pertandingan resmi. Aturan ini berlaku di seluruh laga di bawah FIFA, semuanya tertuang di dalam Law of The Game. Sebagai pesepakbola wajib hukumnya untuk mengetahui peraturan tersebut. Agar kejadian-kejadian seperti di atas tidak lagi terulang. Jika lalai seperti contoh Gudjohnsen tadi sepertinya masih dapat dimaafkan karena terkait konsentrasi, ketelitian, dsb. Tetapi menjadi tidak masuk akal dan bahkan lucu apabila pemain sepakbola tidak mengerti aturan permainan yang ia mainkan bahkan dengan status profesional.
Tetapi hukum terkadang memang kejam, membinasakan mereka-mereka karena alasan tidak paham.
Rujukan: Dokumen Laws of The Game FIFA
Komentar