Tak lama setelah sampai di Afrika Selatan pada tahun 1893, Mohandas Karamchand Gandhi (atau Mahatma Gandhi, atau Bapu) melakukan perjalanan dari Durban ke Pretoria. Perjalanan tersebut ia tempuh untuk menjadi pengacara bagi warga negara India dalam sebuah pengadilan. Dalam perjalanan ini ia sadar bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki di Afrika Selatan: ketidakadilan sosial dan diskriminasi terhadap kaum non kulit putih. Gandhi pun mencoba memperbaiki kondisi yang ada dengan cara mempolitisasi sepakbola.
Gandhi lahir di India dan menimba ilmu di Inggris, dua negara tempat olahraga kriket berkembang dengan makmur. Namun Gandhi lebih menyukai sepakbola. Sedikit banyak, karena sepakbola lebih merakyat ketimbang kriket yang hanya dimainkan para kaum elit.
Menurut catatan FIFA, Gandhi adalah salah satu pendiri Transvaal Indian Football Association di Afrika Selatan pada 1869. Pada 1903, lahirlah South African Association of Hindu Football; juga tak lepas dari campur tangan Gandhi. Sebelum meninggalkan Afrika Selatan untuk kembali ke India, memperjuangkan keadilan sosial di tanah airnya, Gandhi mendirikan tiga kesebelasan di Durban, Pretoria, dan Johannesburg. Ketiganya diberi nama yang sama: Passive Resisters Soccer Club.
âPassive Resisters tidak tergabung dalam struktur liga apapun,â ujar Rebecca Naidoo, keturunan G. R. Naidoo (rekan Gandhi) sekaligus peneliti dokumen pergerakan Gandhi di Afrika Selatan. âPada saat itu sepakbola masih berusia sangat muda dan tentunya di banyak tempat di seluruh dunia, termasuk di Afrika Selatan, tidak ada ketertarikan besar terhadap liga atau kejuaraan sepakbola. Sebagai gantinya, mereka menjalani pertandingan persahabatan di lapangan-lapangan yang berbeda.â
Masih menurut Rebecca Naidoo, Gandhi sendiri tidak langsung menyadari kekuatan besar yang tersimpan dalam sepakbola: âPada awalnya, Gandhi nampak hanya tergoda oleh esensi sepakbola itu sendiri. Barulah setelah beberapa lama ia menyadari bahwa sepakbola juga dapat digunakan untuk tujuan politiknya.â
Gandhi diketahui tidak bermain sepakbola. Ia juga tidak mengambil posisi pelatih, manajer, atau sejenisnya di Passive Resisters. Gandhi menggunakan waktu dan tempat yang ia miliki, yang disediakan sepakbola, untuk menyampaikan buah pemikirannya kepada banyak orang. Tidak jarang Gandhi berorasi di ruang ganti atau di hadapan tribun penonton.
Pernyataan Rebecca Naidoo didukung oleh Bongani Sithole, pemandu resmi di Phoenix (pemukiman yang dibangun Gandhi di Durban). âGandhi sudah mengenal sepakbola dengan baik sejak ia menghabiskan waktunya di Inggris untuk menyelesaikan studi hukum,â ujar Sithole.
âGandhi sendiri tidak pernah bermain sepakbola secara serius, namun nampak menyukai olahraga ini sepenuhnya. Bahkan mungkin Gandhi lebih menyukai sepakbola ketimbang kriket dan bersepeda. Bisa jadi karena pada saat itu sepakbola adalah olahraga favorit rakyat yang kurang makmur. Di Afrika Selatan, Gandhi cepat menyadari bahwa popularitas sepakbola di antara komunitas kurang beruntung di Afrika Selatan membuatnya menjadi efektif untuk menyampaikan ide Gandhi kepada orang-orang yang ingin ia tuju,â lanjut Sithole.
Sepakbola inilah yang menjadi jalan pembuka bagi Mahatma Ghandhi untuk memulai pergerakannnya. Semua ini menjadi awal bagi Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan hak-hak kaum minoritas di Afrika Selatan.
Perjuangan Gandhi pun tidak sia-sia, dia berhasil mengubah wajah Afrika Selatan ditandai oleh hak bersuara untuk para kaum minoritas. Sepakbola, nampaknya, telah membawa Gandhi mencapai tujuan yang ia tentukan.
***
Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869 - 30 Januari 1948) terkenal sebagai pemimpin pergerakan kemerdekaan India. Buah pemikiran Gandhi melahirkan dan menginspirasi banyak pergerakan perlawanan tanpa kekerasan di seluruh dunia.
Pergerakan Gandhi nampak tidak berbahaya. Namun seperti banyak sosok inspiratif lain, ada saja yang tidak menyukai Gandhi. Pada 10 Maret 1922, Gandhi ditangkap dengan tuduhan penghasutan. Ia dipenjara selama enam tahun karenanya.
Komentar