Lagu Jump milik band asal Amerika Serikat, Van Halen, selalu diperdengarkan di Stade Vélodrome saat para pemain Olympique de Marseille (dan para pemain kesebelasan lawan) memasuki lapangan pertandingan. Untuk setiap gol Marseille, diperdengarkan lagu Come with Me-nya Puff Daddy.
Semalam, saat Marseille menjamu Olympique Lyonnais, Jump diperdengarkan. Namun Come with Me tidak, padahal setidaknya lagu tersebut bisa dimainkan satu kali. Hak kota Marseille untuk mendengarkan lagu tersebut direnggut.
Dari sebuah sepak pojok pada menit ke-85, Lucas Ocampos meneruskan bola ke arah gawang. Penjaga gawang Lyon, Anthony Lopes, tidak mampu menguasai bola dengan baik sehingga bola melewati garis gawang di dalam pelukannya.
Ocampos berlari merayakan gol, sementara Lopes dengan sigap membawa bola kembali ke dalam area permainan; ada dua perayaan berbeda sementara keraguan melanda. Pada akhirnya, wasit Benoît Bastien mengambil keputusan: tidak ada gol tercipta.
Bastien tidak bisa disalahkan. Pandangannya terhalang oleh banyak pemain. Hakim garis pun tidak bisa disalahkan. Di antara bola dan dirinya, ada Lopes dan Ocampos sehingga ia tidak dapat dengan baik melihat keberadaan bola.
Tidak ada Come with Me, dan Marseille merugi. Bukan karena keputusan Bastien. Bukan juga karena keengganan para pemain Lyon untuk mengakui terciptanya gol. Namun karena tidak diterapkannya Goal-Line Technology di Ligue 1.
Hingga saat ini, Ligue 1 memang belum mau menerima Goal-Line Technology. Ini jelas lucu karena beberapa alasan.
Pertama, Frédéric Thiriez. Thierez adalah presiden Ligue de Football Professionnel (LFP, badan yang mengatur penyelenggaraan liga sepakbola profesional di Perancis). Ia juga merupakan salah satu orang pertama yang memberi lampu hijau kepada Goal-Line Technology yang dikembangkan oleh Hawk Eye.
Pada 2007, Thiriez, Mike Foster (Sekjen Premier League), Keith Hackett (General Manager Professional Game Match Officials Board), dan International Football Association Board menyetujui permohonan Hawk-Eye untuk mengembangkan teknologi baru yang akan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di lapangan; Goal-Line Technology.
Selebihnya kita tahu sendiri. Goal-Line Technology, walaupun masih menjadi perdebatan, sudah diterima dan diterapkan di Piala Dunia. Hal ini berhubungan dengan alasan kedua: tim nasional Perancis adalah kesebelasan pertama yang diuntungkan oleh Goal-Line Technology.
Pada pertandingan Piala Dunia 2014 melawan Honduras, tendangan Karim Benzema membentur tiang sebelum melewati garis gawang. Penjaga gawang Honduras, Noel Valladares, dengan sigap menjangkau bola dan membawanya berlari meninggalkan gawang. Wasit Sandro Ricci melihat jam tangannya sebelum mengambil keputusan. Ia menyatakan sebuah gol telah tercipta. Perancis merayakannya, Honduras melayangkan protes. Tanpa pengamatan yang tepat dari GLT, kondisinya pasti berbeda.
Salah satu sosok yang mensyukuri keberadaan Goal-Line Technology adalah Jérôme Valcke, Sekjen FIFA berkebangsaan Perancis. Valcke adalah orang Perancis yang mendukung penerapan dan mensyukuri keberadaan Goal-Line Technology â tidak seperti Michel Platini. Lucunya, di negaranya sendiri teknologi yang sangat membantu tersebut tidak diterapkan.
Tidak terdengar Come with Me di Stade Vélodrome semalam. Bukan karena Marseille tidak mampu mencetak gol. Bukan juga karena kualitas pengadil pertandingan tidak cukup baik untuk laga sebesar Marseille melawan Lyon. Come with Me tidak terdengar di Stade Vélodrome semalam karena Perancis adalah negara yang lucu.
Komentar