Holding Midfielder Lebih Kompleks dari Gelandang Bertahan

Taktik

by Redaksi 41 81113 Pilihan

Redaksi 41

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Holding Midfielder Lebih Kompleks dari Gelandang Bertahan

Mengapa Zidane begitu merasa kehilangan ketika Claude Makelele hengkang dari Real Madrid? Padahal Makelele hanya seorang gelandang bertahan. Figur yang sekarang mulai menenkuni karir sebagai pelatih ini sebenarnya jarang terlibat lebih jauh dalam permainan. Selain itu, Makelele hanya menyumbang satu gol selama tiga tahunnya bersama Madrid.

Meski demikian, peran gelandang seperti Makelele sangat dibutuhkan tim. Tidak menahan bola terlalu lama, tapi mampu menginisiasi serangan. Tidak perlu aktif di sepertiga lapangan lawan, namun signifikan memutus serangan lawan. Tidak perlu banyak mencetak gol, namun setia menjadi pilar pertama penjaga pertahanan agar timnya tak mudah kebobolan. Itulah fungsi gelandang bertahan.

Kepiawaian Makelele dalam memainkan tugas ini maka lahirlah Makelele`s Role untuk para pemain holding midfielder. Dan munculnya istilah tersebut tak bisa dilepaskan dari kepiawaian Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal tersebutlah yang membuat Makelele bermain dengan simple namun terukur.

Sangat jarang ada istilah sepakbola yang dinamai dengan nama pemain itu sendiri. Salah satu contoh lainnya yang terkenal adalah Cruyff turn, tapi itu lebih merujuk trade mark sebuah gerakan, bukan peran pemain dalam sebuah skema. Salah satu pengecualian itu adalah istilah "the Makelele role".

Ketika berada di tengah lapangan, posisi holding midfielder sama dengan posisi defensif midfielder (DM) atau gelandang bertahan yaitu berada di depan bek. Dalam istilah Jerman dikenal term Der Sechser untuk tipe DM ini. Nah, dalam khasanah sepakbola Italia, ada istilah Incontrista sebagai sub-tipe dari il-mediano. Namun holding midfielder punya tugas lebih kompleks ketimbang seorang DM atau Der Sechser atau Incontrista.

Dalam sepakbola klasik, DM adalah pemain dengan tugas destroyer. Pemain yang tak mesti punya kemampuan mengumpan. Tapi harus punya kecepatan, antisipasi, dan tekel sama baiknya. Selain itu, seorang DM klasik juga harus memiliki keseimbangan tubuh yang baik agar dia mampu beradu tubuh dengan pemain lawan. Gennaro Gattuso atau Nigel De Jong bisa disebut sebagai contohnya.

Sedangkan holding midfielder dituntut mempunyai daya jelajah luas. Dia harus mampu menjadi metronom (penjaga irama) sebuah tim. Itu sebabnya seorang holding midfielder juga dituntut punya kemampuan umpan yang baik. Mampu menjemput bola, lalu mengalirkannya ke depan.

Selain itu, seorang holding midfielder juga dituntut melakukan screening serangan (lawan) dan mencegah bola agar tak lolos dengan mudah ke dalam kotak penalti. Jika DM klasik selalu memutus serangan dengan tekel, tidak demikian dengan holding midfielder. Seorang holding midfielder memutus serangan dengan senjata lain yaitu memotong umpan atau intercept.

Dengan demikian, hal yang terpenting bagi seorang holding midfielder adalah bermain sesimpel mungkin dan seefisien mungkin. Bila DM harus memiliki kecepatan dan tekel yang baik, seorang holding midfielder wajib punya kemampuan penempatan posisi (positioning) yang baik serta disiplin dalam menjaga pertahanannya.

Holding Midfileder Berbeda dengan Regista

Holding midfielder berperan pula sebagai inisiator serangan. Itu sebabnya dia wajib punya umpan akurat. Dia sebagai jembatan lini pertahanan dan lini penyerangan. Ketika menguasai bola, dia tak segan menahannya sebagai bagian dari kontrol tempo permainan untuk menanti rekan setimnya kembali ke posisi masing-masing. Tapi tidak jarang, dia mengirim umpan panjang bila situasi menuntut demikian.

Sergio Busquets dan Michael Carrick merupakan "Makelele versi lebih modern". Mereka boleh jadi tak punya skil dan teknik tinggi, tetapi mereka selalu sigap turun ke belakang untuk membantu pertahanan ketika lawan menyerang. Ketika memulai serangan, mereka pula yang pertama kali menjemput bola dari barisan pertahanan. Entah bola dimainkan dulu ke belakang lagi atau langsung dikirim ke depan, mereka yang menentukan. Tergantung situasi di lapangan.

Meski selalu menginisiasi serangan, namun seorang holding midfielder tak melulu harus terlibat di sepertiga akhir lapangan lawan kala timnya menyerang. Karena, seperti namanya, tugas utamanya adalah "hold". Menunggu untuk menahan serangan balik dini dari lawan.

Namun, karena perannya yang selalu menginisiasi serangan, sejumlah pihak menyebut holding midfilder sebagai regista. Benarkah?

Haruskah gelandang bertahan punya tubuh yang tinggi dan kekar? Belum tentu, dan tidak harus. Ada tulisan menarik, silakan membacanya: Mengenal Bagaimana Cara Kerja Gelandang Bertahan Bertubuh Mungil


Regista berbeda dengan hodling midfielder. Di atas lapangan, regista adalah peran dan bukan posisi, sehingga tugasnya bisa diemban oleh pemain manapun. Tentu saja seorang holding midfielder bisa berperan sebagai regista. Tapi tidak sebaliknya. Seorang regista belum tentu holding midfielder.

Andrea Pirlo, Bastian Schweinsteiger, ataupun Luka Modric adalah pemain dengan posisi holding midfielder tapi berperan sebagai regista. Seperti biasa, serangan tim juga diawali dari kaki mereka. Mereka tetap menjemput bola dari lini pertahanan, lalu mengalirkannya ke depan. Namun, tidak seperti kebanyakan holding midfielder lainnya, mereka punya daya jelajah yang tinggi. Meski berposisi sebagai holding midfielder, mereka tak jarang berada di sepertiga lapangan lawan untuk membantu rekan-rekannya membongkar pertahanan musuh.

Namun dari beberapa nama di atas, jangan pernah melupakan nama Nemanja Matic. Pemain Chelsea ini menurut Graeme Souness lebih baik dari Makelele. Souness memasukan nama Matic karena rajin membantu serangan. Kemampuan memberi rasa bahaya dan `ancaman` salah satu alasan mengapa ia lebih besar dari Makelele. Meskipun ia mengakui sejak bermain di Chelsea terinspirasi dengan Makelele Role.

Pemain asal Serbia ini pun menjadi kunci pertahanan Chelsea di musim ini. Dan perannya di lini tengah membuat Fabregas semakin lihai sebagai pemberi assist.

"Mungkin hanya dengan cara bermain bersama dia, maka Anda akan sangat menghargai betapa bagusnya dia. Dia persis seperti apa yang dibutuhkan Arsenal, seperti apa yang dibutuhkan Liverpool, dan mungkin seperti yang dibutuhkan Manchester United,�" kata Souness.

Pemain seperti ini masuk kategori istimewa. Meski berposisi sebagai holding midfielder, mereka juga berkontribusi dalam penyerangan. Berbeda dengan Makelele, Busquets, atau Carrick yang lebih fokus menjaga pertahanan daripada ikut sibuk membongkar pertahanan lawan di sepertiga akhir lapangan musuh.

Baca juga: Holding Midfielder Tak Berarti DM

foto: en.wikipedia.org

Komentar