Mantan bintang Aston Villa, Lee hendrie, menceritakan bahwa belum lama ini ia pernah menelan puluhan obat penenang. Obat-obat tersebut dicampur dengan minuman anggur hingga membuatnya overdosis di kamar mandi rumahnya pada tahun 2011.
Percobaan bunuh diri ternyata bukan yang pertama kali dilakukan oleh Hendrie. Kali ini, penyebab dia melakukan tindakan nekat ini adalah karena mengalami kebangkrutan setelah kehilangan uang 10 juta euro kepada usaha properti. Padahal selama masih menjadi pesepakbola berpotensial di Villa ia mendapatkan gaji 24 ribu euro setiap pekan.
"Ini adalah kedua kalinya (mencoba bunuh diri), tidak ada seorang pun di sana ketika aku terbangun. Dan aku ingat perawat datang dan berkata. 'Kau harus menghentikan semua ini. harus keluar dari sini.' Ketika itu benar-benar sulit karena tidak ada seorang pun di sana. Aku merasa kesepian. Aku mengatakan kepada istriku : Kamu harus datang dan membawa aku. Aku perlu melanjutkan hidup," cerita Hendrie dikutip dari Daily Mail.
Kisah Lee Hendrie tersebut merupakan salah satu cerita dari pesepakbola lain yang pernah melakukan upaya bunuh diri setelah pensiun dari karirnya. Pemain sepakbola memang dianggap merupakan profesi yang sangat rentan terkena serangan gangguan mental. Sepakbola Jerman sempat dihebohkan dengan aksi bunuh diri Robert Enke pada tahun 2009 dan Andreas Biermann pada 2014. Sepakbola Inggris pun sempat dihebohkan dengan aksi bunuh diri Gary Speed.
Bahkan yang belum lama ini terjadi, pada bulan Desember 2014 lalu, mantan pemain Burnley FC dan Queens Park Rangers (QPR), Clarke Carlisle. Carlisle sengaja menabrakan dirinya kepada truk yang sedang melaju.
Upaya bunuh diri Carlisle merupakan puncak rasa depresi hidupnya usai dipecat dari komentator pertandingan sepakbola salah satu stasiun televisi Inggris. Rasa frustasinya tersebut dilampiaskan dengan berjudi di sebuah kasino. Namun kekalahan demi kekalahan menyebabkan Carlisle akhirnya harus kehilangan seluruh hartanya, bahkan termasuk harta milik istrinya. Alhasil percobaan bunuh diri pun dilakukan dengan menabrakan diri ke truk yang sedang melaju. Beruntung, Carlisle berhasil selamat dari kematian.
Menurut Direktur Medis FIFPro Vincent Gouttebarge, rasa depresi di kalangan pesepakbola itu sangatlah rentan. "Gejala yang berhubungan dengan depresi dan kecemasan sangat umum di kalangan pemain sepak bola profesional," kata FIFPro tentang temuannya seperti dilansir Reuters, Kamis (3/4/2014).
Pasalnya pemain sepakbola merupakan salah satu profesi yang mendapatkan tekanan dari massa yang sangat besar. Ditambah lagi, sorotan berbagai media membuat tekanan yang mereka alami semakin besar. Hal ini membuat pemain sepakbola sangat rentan mengalami kecemasan-kecemasan. Apalagi bagi para pemain muda, tidak sedikit pemain muda berbakat yang harus gagal dalam karirnya akibat tidak bisa menghadapi tekanan media. Karena itulah, mental menjadi faktor penting bagi pemain sepakbola.
Gangguan mental para pemain sepakbola menjadi sesuatu mimpi buruk bagi yang masih merumput maupun gantung sepatu. Dampaknya bisa membuat Paul Gascoigne rela dibayar £ 8 untuk bayar sewa rumah, atau yang paling tragis hingga bunuh diri seperti Gary Speed.
Jika menilik kasus dua mantan pemain tersebut, Durkheim, pakar psikologi, mengkaji bahwa dari perspektif Sosiologi, Hendrie dan Carlisle, masuk ke dalam kategori Anomic Suicide. Yaitu kondisi ketidaknormalan individu saat berada dalam posisi yang sangat rendah.
Posisi sangat rendah di sini diartikan dengan kondisi yang terkatung-katung secara sosial dan gangguan yang nyata seperti tiba-tiba kehilangan sesuatu yang berharga. Hal ini dialami oleh dialami Carlisle yang kehilangan pekerjaan akibat dipecat dari komentator sepakbola. Juga terjadi pada Lee Hendrie yang kehilangan sejumlah uangnya.
Di tengah kemajuannya, dunia sepakbola memang masih menyelipkan fakta-fakta menyedihkan yang meyayat hati. Tidak semua pelaku yang berada di dunia olahraga paling populer ini hidup dalam kemewahan secara finansial. Ada juga orang-orang yang merupakan bagian dari sepakbola namun memiliki pemasukan sangat minim untuk kehidupannya.
Bahkan, pemain sepakbola sebagai aktor utama dalam dunia inipun tidak lepas dari fakta-fakta yang menyedihkan. Tidak semua pemain sepakbola mampu hidup dalam dunia gemerlap yang sangat mewah. Tidak sedikit diantara mereka yang harus hidup dalam tekanan. Hal ini tentu membuat mereka tidak bisa menikmati hidup yang seharusnya menyenangkan tersebut.
Kini Hendrie terus menyambung hidupnya dengan menjadi organizer Virgin Money London Marathon yang akan diselenggarakan bulan April mendatang. Rencananya ia akan berlari bersama Stiliyan Petrov, mantan pemain Villa lainnya.
Keluarga menjadi salah satu faktor yang membuat Hendrie bangkit dan berusaha kembali melanjutkan hidupnya. Ketika Hendrie siuman setelah upaya bunuh diri keduanya ia mengaku tersadarkan dari sikapnya karena memiliki anak-anak yang harus dia rawat hingga besar. "Tidak ada satu pun hari dimana saya tidak melihat anak-anak saya dan saya berpikir, membayangkan jika saya tidak di sini untuk menyaksikan mereka tumbuh besar dan mengarahkan mereka ke arah yang benar," ungkap Hendrie.Â
Komentar