Hari ini 11 April 2015, tepat 14 tahun yang lalu, tuan rumah Kaizer Chiefs menjamu Orlando Pirates di Stadion Ellis Park, Johannesburg. Pertandingan pun berubah menjadi bencana terburuk dalam sejarah olahraga Afrika Selatan.
Meskipun stadion memiliki kapasitas 60.000, tapi penonton yang masuk ternyata melebihi kapasitas. Beberapa laporan mengatakan jumlah penonton berkisaran di angka 120.000 penonton -- artinya dua kali lipat dari kapasitas. Hal tersebut membuat stadion penuh sesak dan memaksa para penonton lain untuk saling berdesakan selama menuju ke dalam tribun.
Hal tersebut akhirnya menjadi malapetaka untuk sepakbola Afrika Selatan. Mereka harus menerima kenyataan jika 43 orang tewas terinjak-injak setelah para penonton begitu tergesa-gesa untuk masuk ke dalam tribun. Beberapa perempuan di stadion mulai histeris setelah mengidentifikasi tubuh kerabat mereka yang sudah tak bernyawa di gerbang tribun. Parahnya lagi, ternyata telah ada 27 mayat terbujur kaku di dalam lapangan.
Pihak kepolisian Afrika Selatan mengemukakan beberapa faktor yang mengakibatkan insiden tersebut, salah satunya korupsi pada penjual tiket, yang menerima suap agar para penonton bisa masuk, padahal jumlah tiket sudah habis. Kaizer Chiefs yang merupakan tuan rumah dan pengelola stadion merupakan pihak yang harus bertanggung jawab atas terjadinya insiden bersejarah di Afrika ini.
Sebagai catatan, Kazier dan Orlando memang punya rivalitas yang punya akarnya dalam sejarah. Pada 1991, sebanyak 41 penonton terbunuh dalam sebuah kerumunan massa dan saling dorong di tengah himpitan massa. Padahal itu hanya sebuah laga uji coba yang digelar di Oppenheimer, Orkney.
Kemudian, pada 1998, juga di Ellis Park, beberapa pendukung mengamuk sehingga memaksa pihak kepolisian menembakkan peluru karet ke arah suporter. Insiden lain terjadi pada 2000 di First National Bank Stadium, Johannesburg, dengan ribuan suporter berusaha masuk dengan paksa ke dalam stadion.
Dan selanjutnya? Bencana di Ellis Park terjadi kembali.
Kronologis Kejadian
Pertandingan Kaizer Chiefs melawan Orlando Pirates memang menjadi pertandingan yang paling dinanti di Afrika Selatan. Tapi siapa nyana itu berakhir menjadi pertandingan yang sangat memilukan.
Menurut Abdul Patel, yang menghabiskan 20 menit dalam kerumunan di luar stadion sebelum berhasil masuk, ribuan penggemar memang memaksa menerobos pagar di sekitar stadion atau memanjat gerbang.
Sebelumnya pertandingan telah berlangsung 10 menit dan harus dihentikan setelah satu mayat dibawa masuk ke area tribun stadion, kata Patel. Pada saat itu, tidak ada yang menyadari betapa seriusnya situasi. "Kami pikir seseorang pingsan," katanya. Namun kemudian, ia melihat setidaknya 10 mayat dibawa ke dalam lapangan.
Namun pernyataan berbeda dilontarkan Robin Petersen, kepala Soccer League Profesional, organisasi yang menggelar pertandingan. Kepada wartawan ia menyatakan jika gerbang menuju stadion telah ditutup setelah terisi dengan kapasitas 62.000. Tidak ada lagi tempat untuk berdiri dan suasana menjadi mencekam setelah pemain Pirates mencetak gol. Seluruh penonton saling berdorongan mendekati pagar pembatas tribun. Saat itulah banyak korban yang terdesak dan terinjak-injak ketika merayakan gol.
Ribuan penonton masih di luar kemudian menerobos melalui pagar, katanya. Para penjaga tidak dapat menghentikan penonton yang begitu banyak untuk memaksa masuk ke tribun yang sudah penuh. Dan panitia awalnya tidak menyadari besarnya masalah, katanya. "Mungkin sebelumnya kami sudah merasa situasi dapat dihindari," tegas Petersen.
"Kami terkejut, kami terkejut dan kami mengirimkan belasungkawa kami kepada keluarga-keluarga. Apa pun yang perlu dilakukan kita akan melakukannya," ujar Menteri Olahraga, Ngconde Balfour.
Juru bicara kepolisian, melalui Sersan Amanda Roestoff, menjelaskan, jika insiden itu telah menewaskan 43 orang, 29 di dalam stadion dan 14 di luar stadion. Dan dua di antaranya masih anak-anak. The South African Press Association melaporkan setidaknya ada 155 penonton yang terluka. Kebanyakan dari mereka menderita patah tulang rusuk dan patah di bagian tulang lainnya.
Baca juga bagaimana tragedi Karaiskakis yang terjadi di Yunani.
***
Kejadian ini benar-benar menjadi pengingat tentang bagaimana penyelenggara pertandingan wajib mengetatkan seluruh jajaran panitia agar tidak melakukan hal-hal bodoh seperti kejadian tersebut. Sangat biasa, di laga-laga besar, penonton di stadion melebihi kapasitas.
Salah satu penyebabnya adalah petugas keamanan atau bahkan panitia pertandingan yang memasukkan penonton tanpa tiket. Belum lagi peredaran tiket palsu. Plus, persoalan laten, ketika panitia atau petugas keamanan tidak menyobek tiket dan kemudian menjualnya kembali. Istilahnya, "tiket keriting".
Kisah di Afrika Selatan sesungguhnya sudah sangat lazim terjadi di pertandingan-pertandingan sepakbola di Indonesia. Untuk hal ini, "beruntug," kejadian sehoror seperti di Afsel itu itu belum terjadi di sepakbola Indonesia. Sesekali muncul berita kematian suporter, tapi memang tidak semengerikan seperti yang terjadi di Afrika Selatan.
Dan memang jangan pernah terjadi hal demikian di Indonesia. Amin dan amit-amit!
Baca juga bagaimana kisah Tragedi Hillsborough yang juga merengut banyak korban dan Tragedi Heysel di Mata Suporter Fiorentina
Komentar