Burundi tengah dilanda kerusuhan hebat. Demo besar-besaran terjadi di negara benua Afrika tersebut. Ribuan warga turun ke jalan menolak keputusan sang presiden Pierre Nkurunziza yang ingin mencalonkan kembali untuk ketiga kalinya.
Tak hanya itu, pada pekan lalu juga terjadi upaya kudeta saat Nkurunziza tengah berada di luar negeri. Namun upaya tersebut berhasil digagalkan otoritas keamanan Burundi. Kerusuhan di negara yang berbatasan langsung dengan Rwanda, Tanzania, dan Kongo tersebut dimulai pada 26 April lalu; tepat setelah sang presiden melakukan deklarasi untuk partisipasi dalam pemilu selanjutnya.
Sedikitnya 14 orang tewas dalam kerusuhan yang berlangsung hingga berhari-hari. Uniknya di tengah kerusuhan yang melanda negaranya, sang presiden justru bersantai dengan bermain sepakbola bersama rekan-rekannya. Seperti dilaporkan BBC, Pierre Nkurunziza memang sangat menggilai sepakbola.
Nkurunziza bermain sepakbola sejak usia 5 tahun dan sempat melatih kesebelasan (BBC/Reuters)
Bahkan rekam jejaknya tak jauh dari si kulit bundar. Ia sudah bermain sepakbola sejak usia lima tahun dan terus berlanjut di bangku sekolah hingga universitas. Tetapi karirnya di sepakbola mencapai puncak justru saat menjadi pelatih Uni Sporting, kesebelasan yang berlaga di divisi satu Liga Burundi.
Nkurunziza juga disebut telah membentuk kesebelasan amatir baru bernama Helleluia FC. Bahkan saat beralih menjadi politisi ia juga masih sempat berkecimpung di dunia sepakbola. Membangun sebuah akademi sepakbola yang dapat menampung sekitar 300 anak saat masih menjabat sebagai menteri.
Momen saat Nkurunziza tengah asyik bermain sepakbola di tengah aksi demonstrasi (BBC/Reuters)
Tidak Ada Prestasi Maupun Kesejahteraan
Sang presiden berdalih bahwa situasi di negaranya masih terkendali. Bahkan ia berani menjamin pemilu yang akan berlangsung 5 Juni nanti berlangsung damai meski tertunda sepekan dari jadwal. Nkurunziza bersikeras dengan mengatakan kerusuhan baru-baru ini di Ibukota, Bujumbura, bukan cerminan situasi di negerinya meski aksi protes sampai detik ini masih berlangsung.
Wajar memang jika rakyat melakukan protes atas keputusannya berpartisipasi dalam pemilu untuk ketiga kalinya. Sejak menjabat dari tahun 2005 tidak ada capaian berarti yang berhasil diraihnya. Burundi tetap menjadi negara miskin di Afrika.
Perang bersaudara kerap terjadi di negeri tersebut, selama masa kepemimpinannya menurut data BBC setidaknya 300.000 orang telah tewas karena kerusuhan. Burundi menurut sumber yang sama juga menjadi negara termiskin kedua di dunia.
Meski punya pemimpin yang sangat gila sepakbola prestasi kesebelasan negaranya masih jauh dari prestasi. Jangankan menuju Piala Dunia, The Swallows julukan timnasnya tak pernah berpartisipasi di Piala Afrika. Kabar terakhir timnas Mesir membatalkan laga uji cobanya dengan Burundi karena situasi yang tak kondusif tersebut.
Hmmm . . . prestasi memang tak bisa dicapai dengan hanya berstatus gila bola ternyata.
Baca juga cerita menarik tentang presiden dan sepakbola di sini
Komentar