Kejaksaan Amerika percaya bahwa Sekretaris Jenderal (Sekjen) FIFA, Jerome Valcke, terlibat dalam transaksi $10 juta. Uang itu pula yang menjadi salah satu pemicu awal penyelidikan suap di tubuh FIFA oleh FBI. Dalam surat dakwaan yang diajukan di pengadilan federal di Brooklyn, New York, Valcke disebut sebagai "pejabat tinggi FIFA" yang pada 2008 melakukan sejumlah transfer untuk petinggi FIFA lain, salah satunya Jack Warner, wakil presiden FIFA periode 2011-2015 yang sempat ditangkap FBI.
Perpindahan uang itu merupakan bagian utama penyergapan beberapa petinggi FIFA oleh FBI pekan lalu. Warner sendiri menghadapi tuduhan menerima suap sebagai imbalan memperlancar keinginan Afrika Selatan yang ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia 2010.
Valcke memang belum disebut sebagai tergugat dan belum dituduh melakukan kesalahan. Dia pun sejauh ini sulit untuk dimintai komentar. Valcke sempat mengirim surat elektronik (surel/email) kepada The New York Times yang isinya merupakan penjelasan bahwa ia tak berwenang melakukan transaksi atau memiliki kekuatan untuk melakukan itu.
Juru bicara FIFA mengatakan, $10 juta dalam transaksi bank diotorisasi oleh ketua Komite Keuangan FIFA. Ketua Komite Keuangan tersebut adalah Julio Grondona yang telah meninggal tahun lalu.
Valcke dan Blatter merupakan dua pejabat teratas di FIFA. Agak mustahil mereka tidak mengetahui perputaran dan perpindahan uang sebesar 10 juta dollar. Bahkan setelah kabar yang mengaitkan Valcke ini berhembus, FIFA mengumumkan bahwa Valcke tidak akan menghadiri pembukaan Piala Dunia Perempuan di Kanada pada 6 Juni mendatang.
Sumber gambar @martynziegler: Surat dari Afrika Selatan untuk FIFA yang menginstruksikan $10 juta pembayaran kepada Warner WS, ditujukan kepada Jerome Valcke
Dugaan atas keterlibatan Valcke tidak hanya untuk kasus transfer uang 10 juta USD. Kasus lainnya adalah saat ia menandatangani putusan sanksi PSSI. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan terutama terkait kurang detailnya permasalahan yang menjadi landasan turunnya sanksi untuk PSSI.
Hal yang paling mencolok adalah terkait pernyataan dalam surat FIFA pada paragraf pertama yang menyatakan dalam surat tertanggal 18 Februari 2015, PSSI telah memberitahukan FIFA bahwa BOPI telah melarang kesebelasan Arema dan Persebaya untuk tidak turut bertanding dalam kompetisi ISL 2015.
Sedangkan surat PSSI tertanggal 18 Februari 2015 perihal "Uncertainty of Indonesia Super Legue 2015 Kick Off" hanya menyebutkan keluhan tentang ketatnya verifikasi BOPI dan akibatnya kick-off  ISL menjadi tertunda. PSSI menyebut BOPI dan pemerintah tidak berhak melakukan verifikasi klub sebab itu sudah termasuk delik intervensi yang dilarang. FIFA merespons surat PSSI tersebut pada 19 Februari 2015 yang menekankan kick-off ISL 2015 tidak perlu ditunda.
Dengan demikian, tidak ada penyebutan tentang dilarangnya Arema dan Persebaya dalam surat PSSI tersebut. Pasalnya, BOPI baru memberikan pernyataan tidak merekomendasi Arema dan Persebaya pada 1 April 2015.
Pertanyaan pun muncul. Benarkah FIFA dan Valcke selama ini mengetahui kejadian sesungguhnya yang menimpa sepakbola Indonesia? Kalau begitu, FIFA pun harusnya tahu jika banyak pemain di Liga Indonesia yang gajinya tertunggak. FIFA pun semestinya tidak melewatkan kabar tentang pemain yang meninggal karena tak mampu berobat akibat gajinya ditungak dan tidak dilunasi.
Namun, benarkah demikian? Kalau FIFA dan Valcke tahu dengan detail soal sepakbola Indonesia, dengan menjabarkan bahwa Arema dan Persebaya dilarang berdasarkan surat PSSI tertanggal 18 Februari 2015, mengapa mereka tidak memberikan penjabaran dengan jauh lebih akurat? Mengapa FIFA (atau Valcke) melakukan kesalahan yang walaupun kecil, tapi tetap saja membuat surat tersebut menjadi janggal. Ataukah ada "perhitungan" lain yang membuat FIFA menurunkan surat sanksi tersebut? Entahlah...
Komentar