Final UEFA Champions League 2015/2015 akan mempertemukan dua kesebelasan terbaik Eropa musim ini yakni Juventus dan Barcelona. Keduanya sama-sama telah mengoleksi dua gelar dari kompetisi negaranya masing-masing pada musim ini. Namun, dalam final kali ini, Barcelona lebih diunggulkan untuk bisa membawa pulang trofi UCL musim ini.
Ya, Juve berstatus underdog pada babak final ini. Hal ini dikarenakan lini serang sang lawan dihuni oleh trio penyerang mematikan: Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar Jr. Total torehan gol ketiganya yang telah mencetak 120 gol pada musim ini dan diprediksi akan membuat lini pertahanan Juventus mendapatkan masalah besar.
Tak hanya lini serang, lini pertahanan Barca pun merupakan salah satu yang terbaik di Eropa pada musim ini. Dalam 59 pertandingan yang dijalani di segala ajang, skuat besutan Luis Enrique ini hanya kebobolan sebanyak 35 kali. Rataan kebobolan mereka 0.59 per pertandingan, catatan ini tentu saja merupakan catatan yang sangat istimewa.
Meskipun begitu, Juve pun tak harus gentar menghadapi lawan yang sedang dalam posisi diunggulkan tersebut. Terdapat sejumlah catatan yang rasanya bisa menjadi angin segar bagi Juventus untuk meraih kemenangan dan meraih trofi UCL ketiga mereka.
Lini Pertahanan Juventus Lebih Baik
Jangan terlalu silau dengan catatan lini pertahanan Barca yang hanya kebobolan 35 kali dari 59 pertandingan. Karena nyatanya, jumlah gol yang bersarang ke gawang Juventus pun tak kalah mentereng.
Musim ini Juve telah menjalani 56 pertandingan di segala ajang. Dan dari 56 pertandingan ini, Gianluigi Buffon dan kawan-kawa hanya kebobolan sebanyak 36 kali. Ini artinya, rataan kebobolan Juve hanya 0.64 per pertandingan, kalah tipis dibandingkan Barcelona. Bahkan, jika kita hanya melihat pada catatan Juventus di Liga Champions saja, catatan pasukan Massiomiano Allegri lebih unggul dari Barcelona.
Dalam 12 pertandingan yang telah di jalani, gawang Juventus yang selalu dikawal Gianluigi Buffon hanya kebobolan tujuh kali dengan torehan enam kali cleansheet. Catatan ini lebih baik dari penjaga gawang Barcelona spesialis UCL, Marc Andre ter Stegen. Meski sama-sama mencetak enam cleansheet, kiper asal Jerman ini kebobolan sebanyak 10 kali dari 12 pertandingan.
Catatan 10 kali kebobolan dalam 12 pertandingan tentunya bukan lah catatan yang cemerlang bagi seorang kiper. Hal ini berarti Ter Stegen memiliki rasio kemasukan sebanya 0,83 per pertandingan Liga Champions. Sedangkan gawang Juventus memiliki rasio kebobolan hanya 0.58 per pertandingan Liga Champions.
Namun hal berbeda jika Buffon dibandingkan dengan kiper Barca spesialis La Liga, Claudio Bravo. Kiper asal Cile ini hanya kebobolan sebanyak 18 kali dari 37 penampilannya di La Liga, rasio kebobolan 0.49 per pertandingan. Di Seria A, Buffon kebobolan sebanyak 20 kali dalam 33 pertandingan, rasio kebobolan 0,60 per pertandingan. Total clean sheet kedua kiper ini sendiri sama-sama mencatatkan 14 kali. Dari catatan ini, mungkin bisa dikatakan Bravo lebih baik dari Buffon.
Meskipun begitu, Bravo belum pernah sekalipun diturunkan Barca selama berlaga di UCL. Pada turnamen sistem gugur lainnya, Copa del Rey, Barca lebih memilih ter Stegen di bawah mistar. Pada pertandingan final nanti pun Luis Enrique kemungkinan akan kembali menunjuk Ter Stegen menjadi penjaga gawang Barca. Yang artinya, berdasarkan catatan di atas, akan lebih menguntungkan bagi Juventus.
Baca juga Gianluigi Buffon dan Mimpinya Mengangkat Trofi Liga Champions
Busquet-Mascherano-Pique Sebagai Titik Lemah
Tidak hanya dari posisi kiper, di posisi gelandang pun terdapat bagian yang mungkin menjadi jalan masuk bagi Juventus untuk membuka peluang. Posisi ini adalah area tengah di sepertiga akhir pertahanan Barcelona yang disitu kemungkinan akan ditempati Busquet, Mascherano, dan Pique.
Dari catatan yang telah kami kumpulkan, 27 dari 35 gol yang bersarang ke gawang Barca terjadi ketika gelandang asal Spanyol ini dipilih untuk mengisi pos gelandang bertahan dalam formasi 4-3-3 Barca. Busquets sendiri musim ini telah bermain sebanyak 39 kali.
Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pos gelandang bertahan Barca ditempati Javier Mascherano, hanya kebobolan sebanyak lima kali dari 14 pertandingan. Jarangnya gelandang asal Argentina ini ditempatkan sebagai gelandang bertahan sendiri karena ia lebih seirng diplot sebagai pengawal di lini belakang, menjadi tandem Mathieu atau Gerard Pique.
Melihat komposisi Barca saat menghadapi laga penting dan kesebelasan yang cenderung cukup kuat, Barca biasanya akan menurunkan duet Mascherano-Pique di lini pertahanan, dan Busquets sebagai gelandang bertahan. Tampaknya, komposisi ini akan kembali dipasang Enrique saat mengahadapi Juventus nanti.
Lantas bagaimana performa komposisi ini saat mengawal lini pertahanan? Di UCL, Enrique jarang menggunakan komposisi Mascherano-Pique-Busquets ini. Dalam perjalanannya menuju final, Enrique seringkali merotasi pos bek tengah. Dan komposisi ini hanya dipasang sebanyak lima kali dari 12 laga.
Dengan komposisi ini, telah lima kali gawang ter Stegen dibobol lawan. Saat ketiganya diplot bersamaan, gawang ter Stegen hanya dua kali cleansheet. Inilah catatan yang lagi-lagi bisa menjadi acuan lini serang Juventus dalam membongkar lini pertahanan Barcelona.
Area tengah memang menjadi titik lemah dalam lini pertahanan Barca. Lihat saja proses terjadinya dua dari tiga gol Bayern Munich yang bersarang ke gawang Barca pada leg kedua semi-final UCL beberapa waktu lalu. Robert Lewandowski dan Thomas Mueller mendapatkan peluang melepaskan tembakan setelah Busquets lengah menjaga area depan kotak penalti.
Pada gambar di atas, Busquets berupaya merebut bola dari Mueller. Namun ia gagal dan Mueller berhasil melepaskan operan yang mengarah pada Lewandowski. Operannya itu berhasil diantisipasi Mathieu. Namun bola liar jatuh ke kaki Bastian Schweinsteiger (Schweini). Schweini lantas memberikan operan pendek pada Mueller yang berdiri bebas. Busquets yg tadinya menjaga Mueller? Hanya terdiam, terpana, terbata, di belakang Mueller yang kemudian menempatkan bola ke sudut gawang ter Stegen.
Tak hanya itu, Busquets pun menjadi faktor bagaimana Manchester City berhasil mencetak gol saat dikalahkan dengan skor 1-2 oleh Barca. Umpan terobosan Fernandinho gagal diintersep oleh Busquets. Bola mengarah pada David Silva yang kemudian memberikan operan backheel pada Sergio Aguero.
Area tengah milik Busquets memang seringkali menjadi pintu masuk bagi lawan untuk mencetak gol. Jika masih ingat, area ini pula yang menyebabkan Fernando Torres mencetak gol pada menit pertama saat menghadapi Barca. Pun begitu saat Barca dikalahkan Celta Vigo pada awal musim.
Sementara itu, melihat performa Juventus sepanjang musim ini, area tengah sendiri sering menjadi sumber serangan Juve dalam mencetak gol. Carlos Tevez dan Alvaro Morata pun sering rajin turun dan beroperasi di daerah depan kotak penalti untuk mencari celah dalam mencetak gol.
Karenanya, area tengah depan kotak penalti tampaknya menjadi area yang paling memungkinkan menjadi area serangan utama Juventus untuk membongkar pertahanan Barca. Jangan lupakan pula dengan kemampuan yang dimiliki Claudio Marchisio dan Paul Pogba dalam melepaskan tendangan jarak jauh. Saat Busquets lengah, tendangan spekulasi bisa dilepaskan keduanya. Karena tak jarang pula tendangan keduanya dari luar kotak penalti menimbulkan kekacauan di lini pertahanan lawan dan menciptakan gol bagi Juventus.
Dengan catatan pertahanan yang cukup baik dan adanya kelemahan dalam lini pertahanan Barcelona, Juventus tentunya tak mustahil untuk memenangi laga final UCL ini. Barcelona boleh disegani, tapi apapun masih bisa terjadi di lapangan nanti.
Komentar