Banyak pemain menemui kegagalan dalam berkarir karena tidak mampu menyesuaikan diri di negara baru; biasanya karena faktor bahasa. Tidak begitu dengan Ivan Rakiti? yang menguasai banyak bahasa di dalam dan di luar lapangan. Kemampuan menempatkan diri di tempat asing pula yang membantu Rakiti? menciptakan fondasi kuat untuk kemenangan bersejarah Barcelona di Berlin.
Rakiti? yang lahir di Swiss dari keluarga Kroasia memulai karir profesionalnya bersama FC Basel. Walaupun sempat datang tawaran dari Chelsea ketika ia berusia 16 tahun, Rakiti? tetap membela Basel. Dan ketika ia meninggalkan Basel pun Rakiti? tidak pindah ke kesebelasan besar. Ia memilih FC Schalke 04.
Tiga setengah tahun di Jerman, Rakiti? pindah ke Spanyol. Sevilla membawanya dari Schalke dengan biaya transfer 2,5 juta euro â setengah dari jumlah yang dibayarkan Schalke kepada Basel. Tiga setengah tahun pula waktu yang Rakiti? habiskan bersama Sevilla sebelum menerima tawaran Barcelona semantap ia berkata âaku bersediaâ di hari pernikahannya.
Meninggalkan Schalke, Rakiti? lansung menjadi andalan di kesebelasan barunya. Berkali-kali Sevilla berganti pelatih kepala namun Rakiti? tetap menjadi andalan. Satu-satunya yang kurang dari karir Rakiti? bersama Sevilla adalah gelar juara. Peruntungan Rakiti? berubah ketika Sevilla menunjuk Unai Emery menjadi pelatih kepala pada 2013.
Seolah peran penting Rakiti? masih harus ditegaskan, Emery menunjuk Rakiti? menjadi kapten baru Sevilla. Rakiti? bangga dapat mengikuti jejak Diego Maradona. Istirnya, Raquel Mauri, malah lebih bangga lagi. Sebagai orang asli Sevilla ia tahu benar bagaimana rasanya memiliki suami yang menjadi pemain asing pertama yang mengkapteni Sevilla sejak Maradona.
Kebanggaan Mauri tidak berhenti di sana. Dengan ban kapten di lengannya, Rakiti? menjalani musim terbaiknya di Andalusia. Ia menjalani lebih banyak pertandingan dari pemain Sevilla mana pun sepanjang gelaran Europa League 2013/14. Di partai final Rakiti? tampil gemilang dan menorehkan sejarah: menjadi kapten pertama dari kesebelasan juara yang juga meraih penghargaan pemain terbaik. Sevilla juara dan menggelar pesta. Rakiti? pamit ke Barcelona.
âPindah dari Sevilla ke Barcelona sangat berat rasanya,â ujar Rakiti?. âAku memiliki hubungan yang sangat dekat dengan orang-orang Sevilla dan itu menjadi hari pertama istriku melihatku menangis.â Rakiti? menanggalkan nomor punggung 11 Sevilla dan mengenakan nomor 4 di Barcelona.
Melihat Rakiti? meninggalkan nomor punggung ofensif dan memilih nomor yang lebih akrab dengan pemain bertahan tidaklah mengejutkan. Karena Rakiti? adalah seorang todocampista (pemain yang dapat bermain sama baiknya di posisi mana pun di lini tengah) . Ia memainkan peran apa pun yang dibebankan kepadanya sama lancarnya dengan berbicara dalam lima bahasa yang ia kuasai â Kroasia, Jerman, Perancis, Spanyol, dan Inggris.
Patut diingat bahwa seseorang tidak menguasai bahasa asing hingga orang tersebut memahami budaya dari negara asal bahasa asing tersebut. Menguasai bahasa tanpa memahami budaya akan membuat seseorang gagal dalam banyak hal. Dan Rakiti? tidak menemui kegagalan bersama Barcelona di final Champions League musim ini karena ia cukup memahami budaya seorang penyerang ketika dirinya berada di negara asing bernama kotak penalti lawan.
Rakiti?, seorang gelandang, cukup paham bahwa ketika sebuah umpan disodorkan kepadanya di muka gawang, ia harus memastikan bola melewati garis gawang dengan cara apa pun. Bahkan jika seorang penjaga gawang bernama Gianluigi Buffon berusaha mencegah terjadinya hal tersebut. Rakiti? dan terjemahan sempurna umpan Andrés Iniesta membuat Barcelona mendapatkan fondasi kuat untuk kemenangan bersejarah.
Komentar