Oleh Dadan Resmana
Jika saja teman saya yang bernama Dani atau biasa berkicau di Twitter dengan akun @StoryOfDanny tidak menyarankan saya untuk memfollow PanditFootball tahun lalu, mungkin saja sampai saat ini saya belum bisa menulis satu pun esai tentang sepak bola.
Sejak mengikuti dan membaca website panditfootball.com, pengetahuan saya tentang sepakbola lebih terbuka. Saya sadar sepakbola itu tidak hanya menendang ataupun berlari, akan tetapi lebih kompleks dan rumit. Serumit ketika saya dulu kuliah belajar mengkombinasikan rumus kimia yang satu dengan rumus kimia yang lain, sehingga menghasilkan rumus kimia yang baru .
Sebelumnya saya jarang mengikuti acara kelas menulis seperti ini di luar tempat saya bekerja. Jika pun ada, hanya mengikuti pelatihan atau seminar yang diadakan HRD tempat saya bekerja. Bukannya tidak berminat mengikuti pelatihan atau seminar tersebut, akan tetapi karena faktor jadwal acara yang  berbenturan dengan jadwal kerja yang menyebabkan sangat sulit mengikuti acara-acara kelas menulis.
Akan tetapi ketika ada tawaran dari PanditFootball, itu menjadi angin segar bagi saya. Karena acaranya sendiri berbarengan dengan jadwal kerja, terpaksa saya harus mengakhiri jam kerja lebih awal dan saya pun hanya bekerja setengah hari, meninggalkan rapat-rapat yang sebelumnya diagendakan setelah makan siang. Akan tetapi upaya yang saya lakukan dengan hanya bekerja setengah hari adalah hal yang biasa saja, karena belakangan saya mendengar ada peserta yang datang dari Jakarta, Bekasi, Tanggerang dan Jogja.
Tapi di balik itu semua, saya khususnya, atau mungkin rekan-rekan yang lain, merasa bersyukur telah âdiundangâtim panditfootball untuk mengikuti acara kelas menulis ini. Ini menjadi sebuah awal yang baru lagi buat saya untuk bisa menulis tentang sepakbola yang lebih luas, tidak hanya tentang menendang dan memasukan gol. Akan tetapi, meliputi ekonomi, politik, sosial, geografis bahkan ada unsur klenik juga  yang menyebabkan sepak bola itu more than a game.
Narasumber yang tampil, Pangeran Siahaan dan Zens RS, keduanya mempunyai sisi yang berlainan. Pange menekankan bagaimana caranya agar semua orang bisa membaca tulisan kita, entah lewat judul yang fantastis ataupun yang sedikit nyeleneh, mungkin bisa digarisbawahi pemilihan judul yang tepat bisa mempengaruhi cara pandang orang akan tulisan kita. Pangeraan Siahaan sendiri mengaku membutuhkan 20-30 menit hanya untuk sebuah judul saja. Hal ini membuktikan bahwa pemilihan judul akan menjadi krusial. Karena kata Pange, 20% isi tulisan itu berasal dari judul.
Lain halnya dengan Zen RS yang tidak sepenuhnya mengamini perkataan Pange. Pendiri Pandit Football ini merasakan getirnya jaman âjahiliyahâ ketika media online kala itu tidak secanggih sekarang. Untuk mencari bahan tulisan di internet pun beliau berbekalkan disket dan menyuruh temannya untuk mencari di earnet. Bahkan Zen sempat merasakan bagaimana bolak balik kantor pos hingga mengulang sampai 40 kali lebih demi satu artikelnya dimuat di media cetak yang mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh penulis di zaman sekarang.
Mang Zen juga menekankan sebagai penulis sesekali kita harus berjalan keluar menemukan ide. Karena, katanya, menulis itu âpekerjaan kakiâ: melalui berjalan melangkahkan kaki, mencari cerita dan kisah, dan dengan sedikit keringat karena harus berjalan kakilah setidaknya sebuah tulisan akan lebih eksotis.
Masih kata Mang Zen, sebagai penulis kita harus hadir dalam peristiwa yang dituliskan, seperti apa tulisan @StoryOfDany yang berjudul âKeheningan di Soreangâ yang mengisahkan tentang pengalaman pribadi sang penulis menyambangi Si Jalak Harupat ketika Persib  sedang bertanding melawan Persipura di Palembang. Bagus belum tentu, akan tetapi berbeda itu pasti.
Dari empat jam lebih yang dilalui dengan santai, masih banyak masukan-masukan yang diberikan oleh Zen dan Pange yang tidak tertuliskan di tulisan ini. Dan belum cukup rasanya menuliskan pengalaman berharga ini hanya di sebuah tulisan. Ada kesan mendalam ketika mengikuti acara ini.
Terima Kasih PanditFootball. Terima kasih atas jamuannya, mudah-mudahan acara kelas menulis ini menjadi awal dibukanya kelas menulis yang lainnya. Dan menjadikan saya khususnya dan teman-teman yang ikut kelas menulis tadi menjadi lebih semangat dan kreatif ketika menulis tentang sepak bola.
Because Football more than a game.
Seorang Sarjana Kimia yang berhasrat menjadi pelatih sepak bola. Akun twitter: @dadanresmana
Komentar