Oleh: Faniditya Ramadhan
Real Madrid memang tak pernah mau kalah dari Barcelona. Apa yang dilakukan Barca, maka El Real pun harus mampu menyamainya. Termasuk dalam hal mencetak pemain-pemain muda.
Apalagi akademi sepakbola juga merupakan suatu hal yang esensial dalam kemajuan sebuah tim sepakbola. Banyak klub sepakbola juga yang mengeluarkan uang berjuta-juta pounds untuk memajukan akademi sepakbolanya.
Belakangan, banyak orang menilai bahwa akademi sepakbola terbaik di dunia adalah milik FC. Barcelona, yaitu La Masia. Memang, akademi ini telah banyak memproduksi pemain hebat, baik untuk Barcelona sendiri ataupun tim nasional. Xavi, Iniesta, Messi, Fabregas, dan banyak pemain lainnya telah jadi saksi keunggulan Barca dalam mencetak pemain.
Namun, sepertinya kini La Masia memiliki saingan yang tak begitu kalah mentereng. Siapa lagi jika bukan rival utamanya, Real Madrid. Pada musim lalu, akademi Real Madrid, yang dikenal dengan sebutan âLa Fabricaâ, ini juara hampir pada seluruh jenjang umur kompetisi. Mulai dari level Pre-Benjamin hingga Juvenil A dikuasai oleh para pemain muda El Real.
Bahkan, Real Madrid C yang merupakan tim reserve kedua Real Madrid juga meraih prestasi yang cukup lumayan di Segunda Division B. Mereka bertengger pada posisi ke-5.
Bagaimana dengan Real Madrid Castilla? Musim lalu, tim reserve pertama Real ini kembali mencicipi kompetisi di Segunda Division dengan performa yang cukup lumayan. Mereka menempati posisi ke-8, satu strip di atas Barcelona B. Padahal, Castilla sendiri bisa dibilang hanya tim promosi yang berisi sekumpulan pemain muda hasil binaan klub.
Sayangnya penampilan bagus pada musim lalu itu tidak berlanjut lagi pada tahun ini. Pelatih Castilla pun berganti dari Alberto Toril ke Jose Manuel Diaz, yang sebelumnya mengarsiteki Real Madrid C.
Peran Mou dan Don Carlo
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, musim lalu adalah titik balik kemajuan akademi Real Madrid. âLa Fabricaâ hampir selalu unggul dibandingkan dengan rivalnya itu.
Sosok Jose Mourinho nampaknya sedikit berperan andil dalam memajukan akademi Real Madrid. Ia selalu mengajak para pemain muda untuk berlatih bersama para pemain senior. Mou juga selalu memasukkan nama pemain muda baru ke dalam skuatnya setiap musim.
Bahkan, Mou juga tak ragu untuk memainkan mereka pada pertandingan besar, meski dengan jatah waktu yang tidak banyak. Tapi, setidaknya para punggawa muda itu mendapatkan sedikit pengalaman dan pengetahuan.
Hal itu juga yang ingin diikuti oleh Carlo Ancelotti. Tanpa ragu ia memasukkan Morata, Jese, Casemiro, dan Nacho bergabung bersama skuad utama Los Merengues. Morata dan Jese pun selalu diberikan waktu bergilir untuk bermain.
Bahkan, Jese telah membuktikan kapasitasnya dengan mencetak gol pada partai-partai penting, seperti saat tim bertabur bintang tersebut kalah melawan Barcelona dan menang dramatis atas Valencia. Sementara itu, Casemiro dan Nacho masih harus bersabar untuk bermain lebih lama karena posisi yang mereka tempati begitu vital, yaitu gelandang.
Puncaknya ialah ketika Real Madrid mengahadapi PSG pada laga persahabatan di Doha, Qatar, 2 Januari 2014. Seorang Jese yang masih berusia 20 tahun, mampu menyetak gol tunggal kemenagan Los Blancos.
Di Qatar, Ancelotti sendiri sepertinya ingin memberikan reward kepada para pemain Castilla karena telah memperbaiki performanya ketika mulai ditangani Manuel Diaz. Selain Jese, pemain-pemain seperti Romero Jaime, Jose Rodriguez, Casado, dan Diego Llorente dipanggil untuk menghadapi Ibrahimovich cs.
Pada awal penampilan, mereka memang grogi dan seperti bingung harus melakukan apa. Tetapi, setelah itu mereka bisa menyesuaikan dan akhirnya bangkit dan bermain dengan baik. Situs Goal.com pun akhirnya tidak segan memberikan mereka rating bintang 3 dari 5.
Penampilan apik Jese sendiri seolah membayar kepercayaan Ancelloti, yang memberikan waktu bermain lebih banyak dan menginstruksikannya sebagai inverted winger. Jese juga tidak mengecewakan Zinedine Zidane yang telah berperan besar untuk memolesnya. Dan hasilnya memang sangat membanggakan, dengan permainan Jese yang berkembang pesat.
Tak heran jika Ancelotti tampaknya telah jatuh cinta yang sangat mendalam pada permainan pesepakbola satu ini. Hal sama diungkapkan oleh mantan pelatih Real Madrid Castilla, Alberto Toril: âDia (Jese) dilahirkan untuk bermain untuk Real Madrid, dan kita akan menyaksikan bagaimana ia melakukan hal-hal spesial pada tahun-tahun depan. Dia sangat spesial. Dia juga terlihat sebagai pemain spesial yang mampu jadi bintang pada satu era. Carlo Ancelotti sering kali bertanya tentangnya padakuâ.
Rivalitas Akademi Sang Raksasa Spanyol
Telah banyak membahas âLa Fabricaâ, tak adil sepertinya bila kita tidak menyinggung rivalnya, âLa Masiaâ. Sebagaimana musim-musim sebelumnya, Barcelona terus selalu mencoba untuk meneruskan tradisi mereka untuk memproduksi pemain-pemain muda ke tim utama.
Tapi, sepertinya usaha mereka musim ini masih kurang maksimal dibandingkan musim-musim sebelumnya. Blaugrana kini lebih memilih untuk membeli pemain-pemain yang sudah jadi. Dibelinya Neymar dengan harga mahal pun bisa jadi suatu pertanda bahwa mereka kini tidak lagi konservatif.
Apalagi kini persaingan di Spanyol dan Eropa sudah semakin ketat. Pemain-pemain seperti Isaac Cuenca, Marc Bartra, Montoya, dan Tello kini malah lebih sering melihat para seniornya bermain dari pinggir lapangan. Pada musim ini, jam terbang yang mereka dapat jauh lebih sedikit ketimbang musim-musim sebelumnya.
Padahal, dalam sepuluh tahun terakhir, âTim Catalanâ lebih bisa menghargai jasa-jasa pemain muda mereka dengan sering menempatkannya pada tim utama. Dan inilah yang jadi keunggulan Barcelona. Ketika baik akademi Real Madrid ataupun Barcelona telah banyak memproduksi pemain-pemain hebat, Barcelona berani menanamkan kepercayaan pada pemain mudanya sendiri.
Ini berbeda dengan Real Madrid. Pemain seperti Samuel Etoâo, Alvaro Negredo, Juan Mata, Roberto Soldado, dan masih banyak nama lainnya sebenarnya adalah âciptaanâ Real. Tapi, mereka tidak pernah mendapatkan jatah untuk bisa bermain di tim utama. Salah satu penyebabnya tentu adalah kebijakan Florentino Perez yang tidak pernah puas untuk merekrut pemain-pemain bintang nan mahal.
Tapi, meskipun hanya sedikit pemain muda dari akademi Real Madrid yang bersinar bersama timnya sendiri selama ini, tapi setidaknya tim-tim besar di Eropa seperti Chelsea, Man. City, Tottenham Hotspurs, bahkan Barcelona bisa menikmati jasa mereka.
Sekarang, masihkah ada yang ingin bilang Real Madrid tidak pernah menciptakan pemain hebat lewat akademinya?
Dikirim oleh:  Faniditya Ramadhan.  Akun Twitter : @fanidityaMahasiswa akhir dengan umur 21 tahun. Penikmat dunia sepakbola terutama Real Madrid.
Komentar