Pada 9 November 2014, sebuah gol indah terjadi di Serie A. Pada gol ini, sebuah aksi solo run yang dilakukan dari tengah lapangan berhasil melewati dua pemain Parma. Aksi ini kemudian diakhiri oleh tendangan menyusur tanah yang membuat Antonio Mirante tak berdaya.
Gol tersebut adalah gol keempat dari tujuh gol yang diciptakan Juventus pada laga itu. Gol ini memperlihatkan kegigihan dan kemampuan seorang pemain Juventus yang rasanya tak dimiliki oleh pemain Juve lainnya. Dan gol ini diciptakan oleh penyerang asal Argentina, Carlos Tevez.
Gol ini memang mempresentasikan permainan Tevez selama dua musim berseragam Juventus. Permainan yang ngotot, kekuatan yang dimilikinya membuatnya sulit dijatuhkan, rajin turun ke tengah lapangan untuk menjemput bola, aksi individu yang memukau, hingga penyeselesaian akhir yang klinis.
Golnya ke gawang Parma seperti yang diungkapkan di atas tentunya bukan satu-satunya gol penting yang telah Tevez ciptakan untuk Juventus. Sebut saja gol tunggalnya yang ia ciptakan untuk menaklukkan AC Milan, gol semata wayang yang ia ciptakan untuk memberikan Juventus kemenangan pada derby Turin di musim perdananya, atau tujuh gol yang ia ciptakan di Liga Champions musim lalu yang menjadi bagian penting keberhasilan Juventus menapaki partai final Liga Champions yang sudah lama tak mereka singgahi.
Gol-gol Tevez itu rasanya tak kalah pentingnya dengan dua gol yang diciptakan Del Piero ke gawang Real Madrid di Santiago Bernabeu, gol tendangan Pavel Nedved ke gawang Ajax Amsterdam, atau mungkin gol kemenangan yang diciptakan Marcelo Zalayeta di Camp Nou. Gol-gol Tevez pun tentunya akan memiliki ruang khusus dalam ingatan kita, dalam ingatan para pendukung Juventus.
Lebih dari itu, Tevez telah menjadi kepingan yang hilang dalam skuat Juventus. Tevez menjadi kepingan penyempurna Juventus yang dalam dua musim sebelum kedatangannya sedang mencari sosok penyerang ideal. Seorang penyerang yang memiliki semangat grinta yang bisa mengantarkan Juventus pada kejayaan sepeninggal Alessandro Del Piero.
Tevez bagi Juventus memang bukan sekadar 50 gol yang telah ia ciptakan. Tevez telah menjadi sosok penting dalam skuat Juventus dalam dua musimnya membela Si Nyonya Tua tersebut dengan menjadi penyerang yang selalu bisa diandalkan oleh siapapun pelatihnya.
Takkan mudah bagi Juventus untuk menggantikan sosok Tevez yang memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, Argentina. Dari segala aspek, Tevez adalah penyerang terbaik yang didatangkan Juventus dalam satu dekade terakhir.
Pada musim perdananya, saat Juve masih ditangani Antonio Conte, Tevez langsung menciptakan 19 gol di Serie A. Jumlah tersebut hampir dua kali lipat dari torehan gol Mirko Vucinic dan Arturo Vidal yang menjadi pencetak gol terbanyak Juventus pada musim 2012/2013 dengan 10 gol.
Torehan dua puluh gol yang ia ciptakan di Serie A musim lalu mungkin gagal kembali membuatnya menjadi pencetak gol terbanyak selama kiprahnya di Serie A. Namun 20 golnya tersebut membuktikan bahwa Tevez adalah penyerang yang produktif dan selalu bisa diandalkan Juventus untuk urusan mencetak gol meski tongkat kepelatihan Juventus telah berpindah tangan dari Conte ke Massimilliano Allegri.
Tevez, seperti pemain no.10 Juventus lainnya, adalah pemain yang akan mengerahkan segala kemampuannya untuk menghadirkan kemenangan untuk Juventus. Tevez adalah pemain yang tahu benar sikap apa yang harus ia tunjukkan kala menggunakan seragam no.10 di Juventus.
Juventus dan Tevez memang memiliki sebuah ikatan khusus. Jika tidak, mungkin Tevez saat ini akan masih menjadi penyerang bengal seperti yang pernah ia tunjukkan saat membela Manchester City. Di Juventus, Tevez fokus pada karirnya, di mana ia terus berupaya menciptakan gol demi gol yang bisa mengantarkan Juventus meraih kemenangan.
Dalam ucapan perpisahannya dengan Juventus, Tevez mengakui bahwa karena Juventus-lah ia memutuskan untuk kembali fokus dengan karir sepakbolanya. Di Juve, Tevez merasa ia seperti tengah bermain di rumahnya sendiri.
âSejak hari pertama kedatangan saya di Turin, saya merasa seperti di rumah. Itulah yang membuat saya berhasrat untuk kembali bermain sepakbola,â ujar Tevez lewat akun Twitter-nya [@carlitos3210].
Keputusannya hengkang dari Juventus pun bukan karena ia tak lagi ingin membela Juventus, melainkan karena ia ingin segera kembali berkumpul bersama keluarganya di Argentina. Hal yang memang sudah ia rindukan sejak jauh-jauh hari.
âSaya memutuskan untuk kembali ke Argentina karena ingin kembali berkumpul dengan keluarga. Ini bukan keputusan yang mudah. Saya memiliki banyak teman di Turin, dan klub ini membuat saya sangat berbahagia,â lanjut Tevez.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Juventus memiliki hal yang cukup spesial dalam hati Tevez. Ia rela mengubah sikapnya, dari sikapnya yang bengal menjadi sosok yang rela jatuh bangun demi kemenangan Juventus.
Baca juga:Ketika Carlitos Mudik ke Tempat Segalanya Bermula
Dalam pernyataannya pun ia mengungkapkan bahwa ia berterima kasih pada para pendukung Juventus yang selama ini selalu mendukungnya. Dan ia pun mengatakan bahwa ia tak akan pernah melupakan apa yang telah ia dapatkan bersama Juve, dan akan menempatkan Juve untuk selalu berada di hatinya.
âSaya sungguh berterima kasih pada semua pendukung [Juventus]. Terima kasih untuk setiap pertempurannya, kemenangan, kekalahan, saya telah belajar banyak. Terima kasih untuk kalian semua. Kalian akan selalu berada di hati saya.â
Pada akhirnya, kebersamaan Tevez dan Juventus telah berakhir. Para pendukung Juventus tak akan lagi melihat perayaan gol khas Tevez dengan dot bayinya. Para pendukung Juventus tak akan lagi melihat kegigihan dan keuletan si penyerang mungil yang sering mengobrak-abrik pertahanan lawan. Para pendukung Juventus, tak akan lagi melihat penyerang no.10 bertuliskan âTevezâ pada punggungnya.
Meskipun begitu, rasa mengagumi dan mencintai Tevez bagi pendukung Juventus, tampaknya tak akan pernah berakhir meski Tevez tak lagi berseragam putih hitam Juventus.
foto: sporcle.com
Komentar