*Ditulis oleh Muchamad Anzar Ardiansyah
Petr Cech adalah salah satu pengecualian dalam bursa transfer musim panas 2015/2016, karena ia bukannya pemain yang tak bisa memberikan apa-apa kepada kesebelasan lamanya.
Transfer Petr Cech ke Arsenal mengagetkan banyak orang. Sebagai penjaga gawang senior, Cech dirasa cukup berhasil membuktikan kapasitasnya. Mulai dari 4 gelar Premier League, 4 FA Cup, 1 Europa League sampai gelar juara Liga Champions buat klubnya.
Secara individu pun pencapaiannya cukup mengesankan. Tiga kali menerima golden glove di ajang Premier League dan tujuh kali dinobatkan sebagai pemain terbaik Republik Ceko. Menariknya, ia juga pernah membuat rekor 1.025 menit tanpa kebobolan di ajang Premier League bersama Chelsea pada musim 2004-2005 sebelum dipecahkan Edwin Van Der Saar pada 27 Januari 2009.
Apalagi Arsenal bukannya tanpa penjaga gawang yang mumpuni, di sana masih ada Wozcjiech Sczezni dan David Ospina. Nama terakhir bahkan mampu tampil gemilang pada perhelatan Piala Dunia 2014. Sedikit ironis bila mengingat kalau Cech saja tak mampu membawa lolos negaranya, Republik Ceko. Bahkan, David Ospina sanggup melanjutkannya di ajang Copa America 2015 dan mampu membuat seorang Lionel Messi mengaku ingin mati karena penyelamatannya saat Kolombia melawan Argentina.
Idealnya, kebijakan dan keputusan transfer harus bisa menjadi win-win solution bagi setiap pihak. Bagi Chelsea, maka kepindahan Cech tentu memberikan pemasukan bagi keuangan klub. Chelsea pun bukannya tanpa persiapan. 2 tahun belakangan penjaga gawang muda mereka, Thibaut Courtois juga sudah menunjukkan performa yang menjanjikan.
Dan sebagai pesepakbola, Petr Cech membutuhkan klub yang memberikannya banyak kesempatan untuk bermain. Walau usinya tak lagi muda, Cech memerlukan klub yang tak membiarkannya untuk menjadi penghangat bangku cadangan belaka.
Lantas yang menjadi pertanyaan, keuntungan apa yang diperoleh Arsenal?
Mantan kiper Arsenal, Jens Lehmann mengungkapkan,"Seseorang seperti Petr Cech, bersama Per Mertesacker sebagai kapten, mereka dapat membangun kembali sikap dan mentalitas pemenang." Ya, mentalitas pemenang itulah yang menjadi kebutuhan dasar Arsenal. Kebutuhan yang diyakini oleh Lehmann bisa terpenuhi lewat kedatangan Cech di skuat mereka.
Arsene Wenger bukanlah pelatih yang diragukan kemampuannya menyoal membangun pemain-pemain bintang. Robin Van Persie, Jack Wilshere, Francesc Fabregas dan sederet nama lain adalah hasil olahan Sang Profesor. Namun, mentalitas pemenang seolah hilang dalam diri skuat The Gunners semenjak bintang-bintang mereka seperti Thierry Henry dan Patrick Vieira meninggalkan London. Mereka bahkan sempat merasakan puasa gelar selama sembilan tahun hingga akhirnya pecah pada 2014. Untuk itulah kedatangan Petr Cech diwujudkan, meskipun sebenarnya Ospina tengah garang-garangnya.
Faktor itulah yang coba disuntikan sedikit demi sedikit oleh Arsene Wenger ke dalam tubuh Arsenal. Transfer Mesut Ozil dan Alexis Sanchez dalam dua musin terakhir adalah buktinya. Sang Professor mencoba menanamkan mentalitas juara lewat perekrutan pemain-pemain bintang. Dan musim ini, ia menambahnya di posisi penjaga gawang dengan Petr Cech sebagai aktornya.
Posisi penjaga gawang adalah posisi tak tergantikan dalam sebuah kesebelasan. kapasitas seorang penjaga gawang bukan hanya dibutuhkan agar gawangnya tak kemasukan gol, namun secara psikologis juga dibutuhkan untuk menciptakan rasa aman bagi para pemain outfield dalam menjalankan perannya masing-masing. Mereka tak akan terganggu karena memikirkan lini pertahanan karena aksi sang penjaga gawang. Dan mereka akan dengan tenang melaksanakan tugasnya karena karena tahu penjaga gawang mereka akan dapat diandalkan. Hal inilah yang tak dimiliki dalam diri Arsenal sepeninggal David Seaman.
"Itu sebabnya, saya berpikir mendapatkan Cech adalah sebuah langkah besar dari Arsene Wenger. Bukan hanya karena dia kiper terbaik diantara kiper yang pernah didatangkan, tapi juga karena dia seorang pemenang;â lanjut Lehmann.
Dengan fakta Petr Cech sebagai salah satu penjaga gawang terbaik di dunia dan statistik yang mengiringinya, keberadaannya sangat menguntungkan bagi para pemain Arsenal yang mayoritas adalah pemain muda. Cech diharapkan bisa menularkan mental juaranya kepada para pemain Arsenal lain,  yang tentu bisa mengantarkan mereka merebut gelar juara.
Mental juara adalah kemutlakan buat setiap kesebelasan, namun pada kenyataannya, tak semua pemain memiliki mental juara. Ia bukan seperti bakat yang sejak kecil sudah ada dalam diri seseorang, ada kekalahan dan kemenangan yang mau tak mau harus memupuk, agar apa yang disebut sebagai mental juara itu tumbuh dalam diri seorang pemain. Karena kelangkaan dan kemutlakannya itulah, kesebelasan besar seperti Juventus tak sembarangan mengganti Gianluigi Buffon, pelatih sekelas Sir Alex Ferguson sempat kelimpungan mencari pengganti Fabien Barthez sampai akhirnya menemukan Edwin van der Sar atau bahkan, ada banyak kesebelasan yang rela menggelontorkan uang yang tak sedikit demi mendatangkan pesepakbola tua semacam Petr Cech.
Jadi, siap berharap banyak, gooners?
Penulis adalah mahasiswa aktif yang sempat magang di harian Bola, biasa beredar di dunia maya lewat akun Twitter @MuchamadAnzar
Komentar