Dari segi pertandingan, Bundesliga memang tidak sekompetitif liga lainnya, selalu mudah menebak kesebelasan mana yang akan menjadi juara. Namun jika membicarakan masalah finansial, ada banyak hal yang bisa dipelajari dari kompetisi Bundesliga.
Pendapatan Bundesliga yang mencapai angka 2,45 miliar euro, dengan persentase kenaikan 12,9% jika dibandingkan dengan musim sebelumnya membuktikan kalau Jerman adalah negara yang serius dalam hal pengelolaan sepakbola. Bukan sekadar pendapatan, Bundesliga juga konsisten mengantongi laba bersih. Pada akhir musim 2013/2014, Bundesliga berhasil meraup laba bersih sebesar 38,80 juta euro.
Laba bersih adalah indikator paling sederhana untuk menunjukkan sehat-tidaknya suatu perusahaan. Apakah perusahaan tersebut layak untuk dibiarkan beroperasi atau tidak, bergantung pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat adalah perusahaan yang mampu memberikan laba. Perusahaan-perusahaan semacam inilah yang patut dipertahankan. Semua pencapaian di ranah ini terjadi karena sehatnya kondisi keuangan klub-klub yang berkompetisi di Bundesliga.
Selain laba bersih, pos-pos dalam neraca juga dapat menunjukkan sehat atau tidaknya perusahaan. Biasanya, perusahaan dengan liabilitas (kewajiban/utang) tinggi cenderung membahayakan. Logikanya, pada kondisi ekonomi yang baik, rasio utang (utang pada ekuitas, biasa disebut rasio D/E) yang tinggi berguna untuk meningkatkan profitabilitas. Namun saat kondisi tingkat suku bunga tinggi, perusahaan dengan rasio D/E tinggi akan terkena biaya bunga yang makin tinggi pula. Sehingga, untuk kestabilan jangka panjang, semakin rendah rasio D/E akan semakin baik pula kondisi keuangan perusahaan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari neraca keuangan Bundesliga per 30 Juni 2013 sampai 30 Juni 2014 dapat dilihat kalau dalam setahun, klub-klub Bundesliga menurunkan jumlah utang (lihat pos Liabilities) mereka sebesar 40,5 miliar euro. Jika diperhatikan, pada pos ekuitas (lihat "Equity) juga terjadi peningkatan nilai. Jika pada tahun 2013 ekuitas atau modal sebesar 740.1 juta eur, pada tahun tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 67.2 juta euro.
Raihan catatan positif tersebut tidak dapat dilepaskan dari bagaimana Bundesliga menerapkan aturan dan kepatuhan klub-klub yang berkompetisi di dalamnya. Semua kebijakan diatur dalam tiga regulasi keuangan di Bundesliga, yaitu regulasi sistem lisensi, dana jaminan (safeguard fund) dan kepemilikan.
1. Sistem Lisensi
Sistem lisensi berarti setiap klub yang berpartisipasi dalam kompetisi Bundesliga wajib menyerahkan laporan keuangan yang komperehensif kepada DFB sebagai asosiasi sepakbola tertinggi Jerman. Sesuai dengan standar akuntansi keuangan, maka laporan keuangan ini harus mencakup perbandingan data keuangan klub periode sebelum dan periode berjalan. Klub juga wajib menyerahkan perkiraan posisi laporan keuangan mereka musim depan. Sebagaimana laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan, klub juga wajib melampirkan pengesahan dan pernyataan dari auditor dari kantor akuntan publik. Salah satu perubahan yang terjadi dalam pelaporan kondisi keuangan, sejak musim 2013/2014, klub diharuskan untuk menyerahkan laporan keuangan konsolidasi. Makanya, jika mengamati data laporan keuangan klub, terdapat perubahan yang cukup signifikan antara nilai pada pos-pos di laporan keuangan 2013/2014 dan sebelumnya yang menggunakan laporan keuangan terpisah.
Prinsip akuntanbilitas yang dipegang oleh DFB memberikan satu dampak yang sukar ditemukan di liga-liga lainnya. Aturan semacam ini menjadikan sesama klub dapat mengetahui kondisi keuangannya. Tak heran jika pada akhirnya klub-klub diberitakan saling membantu bila mengalami masalah finansial. Misalnya, yang dilakukan oleh Bayern Munich untuk menolong Borrusia Dortmund ataupun rival sekotanya, TSV1860 Munich.
Pemerintah Jerman juga memiliki wewenang khusus untuk membantu klub-klub yang sedang tersandung masalah finansial. Biasanya paket bantuan ini diberikan dalam bentuk hibah, penghapusan sebagian utang pajak maupun opsi pembelian properti klub.
Bantuan yang didapat dari pemerintah tidak melulu tentang tindakan darurat untuk menyelamatkan klub dari krisis keuangan. Terpilihnya Jerman sebagai tuan rumah Piala Dunia 2006 membuat pemerintahkan mengucurkan dana untuk renovasi stadion.
2. Dana Jaminan
Pilar kedua adalah dana jaminan yang biasa dikenal dengan istilah safeguard fund. Terkait regulasi ini, setiap klub diwajibkan untuk menyerahkan uang sebesar 10 juta euro sebagai jaminan. Uang ini akan digunakan sebagai pertolongan darurat jika sewaktu-waktu klub mengalami krisis likuiditas. Tujuannya, agar seburuk apapun keadaan keuangan, keberlangsungan operasional klub tetap terjamin.
Walaupun di awal klub diminta untuk menyerahkan dana dalam jumlah yang cuku besar, oleh pihak DFB, uang ini akan dibayarkan bersamaan dengan penyerahan uang hasil kontrak media.
3. Kepemilikan
Regulasi terkait atuan kepemilikan klub menetapkan suporter sebagai pemegang hak suara terbanyak. Hal ini berarti suporter memiliki lebih dari 50% saham perusahaan.
Aturan semacam ini menjadikan suporter memiliki posisi tawar yang tinggi dalam menentukan kebijakan klub. Regulasi ini pada dasarnya dibuat untuk mengerem investor dalam menentukan kebijakan bagi klub. Walaupun investor menggelontorkan uang dalam jumlah besar, tidak berarti kepemilikan suporter terhadap klub dapat diabaikan begitu saja.
Dengan diberlakukannya aturan ini, para investor tidak bisa menjadikan klub sebagai tambang emas. Klub tidak bisa dieksploitasi dan "dipaksa" untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tujuan utama klub bukan sekadar uang, tetapi prestasi yang tak mengabaikan kesehatan keuangan klub.
Regulasi ini terbukti ampuh menumbuhkan rasa memiliki terhadap klub di kalangan suporter. Jika memperhatikan tabel 1, rasio pendapatan dari tiket pertandingan (match revenue) terhadap total pendapatan adalah sebesar 19,72% -terbesar kedua setelah pemasukan media.
Dalam presentasi laporan keuangan periode 2013/2014, CEO Bundesliga, Christian Seifert, menjelaskan bahwa sepakbola profesional Jerman telah menggunakan pondasi keuangan yang solid selama beberapa tahun terakhir. Melihat pertumbuhan yang positif, tidak heran jika pemerintah pun mau turun tangan dan memberikan bantuan kepada klub-klub yang berkompetisi di Bundesliga. Tindakan ini bukan dalam rangka menganakemaskan sepakbola dan melupakan cabang olahraga lainnya. Namun sebagai olahraga populer, sepakbola memang diharapkan bisa memberikan kontribusi berarti bagi negara. Dan hal ini cukup terbukti. Selama lima tahun terakhir saja, sepakbola Jerman mampu membayar pajak sebesar empat miliar euro. Makanya, atas kapasitas yang dimiliki sepakbola Jerman, penataan dan pembaruan sistem terus-menerus dilakukan. Penyebabnya cuma satu, karena sepakbola bukan sekadar permainan, ada jutaan orang yang menggantungkan hidup padanya.
Komentar