Oleh: Shani Pranantiyo
Berita akan hengkangnya Juan Mata dari skuat Chelsea mungkin agak mengejutkan pendukung Chelsea dan fans sepakbola. Ya, pemain yang dua kali berturut turut menjadi pemain terbaik Chelsea itu, ternyata kalah saing dengan rekan setimnya. Tak lain bukan ialah Oscar.
Sepanjang musim ini, Juan Mata hanya mengemas tiga belas pertandingan tanpa menyumbangkan satu pun gol untuk Chelsea. Sementara Oscar sudah mencatat 19 pertandingan dan enam gol di Liga Primer Inggris.
Padahal, seperti kita ketahui, Mata adalah pemain super kreatif. Ia pandai membuat kesempatan yang akhirnya bisa dikonversi menjadi gol. Lihat saja bagaimana ia menjalani musim debutnya bersama Chelsea. Mata sukses menghantarkan Chelsea menjadi juara Liga Champions dan juga Piala FA pada tahun 2012.
Kala itu, Chelsea sendiri masih ditangani oleh caretaker asal Italia, Roberto Di Matteo, yang pada akhirnya diberhentikan oleh manajemen klub karena kinerjanya dipandang masih kurang maksimal. Pun pada musim 2013. Mata dan kawan-kawan setimnya berhasil menjungkalkan Benfica pada final Liga Eropa. Mata sekali lagi mampu membantu Chelsea untuk meraih gelar satu-satunya Chelsea pada musim itu.
Secara indvidual pun Mata tidak kalah memukau. Ia sukses mengemas 12 gol dan 12 assist untuk klub asal Cobham itu selama musim Liga Inggris 2012/2013. Torehan 12 assist tersebut juga berhasil  menjadikan Mata sebagai pemain dengan jumlah assist terbanyak di EPL.
Bukan Karena Sentimen Pribadi
Lantas, mengapa Juan Mata kurang bersinar dan mulai tersisihkan pada musim ini?
Kontroversi Jose Mourinhho, yang lebih memilih Oscar ketimbang Mata, sendiri sering menimbulkan perdebatan pada kalangan pendukung Chelsea. Sang pelatih, yang sukses membawa Chelsea juara pada musim pertamanya, ini disinyalir memang menjadi alasan mengapa Mata kurang mendapat porsi pertandingan seperti musim lalu.
Tapi, alasan tersisihkannya Mata dari starting line-up Chelsea bukan karena konflik pribadi dengan sang pelatih. Melainkan karena kurang cocoknya gaya permainan pria asal Spanyol ini dengan Mou.
Pada musim-musim sebelumnya, Mata kerap diposisikan sebagai gelandang serang atau playmaker di Chelsea. Namun Mou menginkan lebih dari sekedar tugas yang dijalankan Mata selama ini. Mou meminta pemain-pemain kreatifnya, yang berposisi di belakang penyerang tunggal, untuk turun ke belakang dan membantu pertahanan.
Ini karena Formasi 4-2-3-1 menuntut hal itu, sementara taktik ini sering kali jadi andalan Mou saat ini. Bahkan, Chelsea menggunakan 4-2-3-1 hampir pada semua pertandingan.
Ya, formasi 4-2-3-1 memang memaksa para gelandang serang Mou cepat tanggap dalam bertahan. Ini dilakukan sebagai antisipasi ketika para pemain Chelsea kehilangan penguasaan bola dan tim lawan mulai membangun serangan balik.
Sisi sayap sendiri menjadi salah satu kelemahan 4-2-3-1. Lawan akan memanfaatkan sektor  ini, mengingat di wilayah tengah masih tersisa dua gelandang yang akan jadi palang utama ketika menyerang. Dan lawan pasti memanfaatkan celah di sisi sayap ini melalui skema serangan balik. Apalagi karena gelandang serangnya kemungkinan terlambat turun.
Mou menyadari itu. Maka ia harus pandai memilih pemain yang selain bagus dalam menguasai bola, tapi juga sigap ketika tim kehilangan bola. Mata memang unggul pada aspek yang pertama dalam hal penguasaan bola, namun kurang baik pada aspek kedua.
Mata masih kalah dengan rekan setimnya, seperti Hazard, Oscar dan Willian yang sementara ini menjadi andalan Jose Mourinho.
Lihat betapa trengginasnya ketiga pemain itu ketika Chelsea menyerang maupun tertekan oleh serangan lawan. Oscar sering melakukan pressing dan melancarkan tekel-tekel di wilayah pertahanan lawan, sementara Willian tanpa henti berlari mencari bola baik dalam menyerang dan bertahan. Demikian juga Hazard yang pandai memanfaatkan celah dan melakukan trackback.
Taktik Mou, yang secara tersirat mewajibkan setiap pemainnya apik dalam hal pergerakan tanpa bola, mengindikasikan bahwa Mata kurang cocok dengan strateginya ini. Bahkan Steve Holland, asisten pelatih Mou di Chelsea juga sempat memberikan pernyataan yang dilansir oleh media bahwa âketika tim sedang menyerang, Anda tidak hanya butuh pemain yang bermain dengan bola, tetapi tanpa bola jugaâ.
Mourinho, secara terang-terangan berbicara bahwa playmaker di Chelsea untuk saat ini adalah Oscar. Bahkan Mata pun tahu itu dari pernyataan langsung Mou untuk dirinya.
Jalan Keluar untuk Mata?
Sebenarnya, masih ada kesempatan bagi Mata untuk membuktikan kapabilitasnya agar ia tetap bisa bermain reguler di tim inti Chelsea. Salah satu jalannya adalah bermain apik sebagai inverted winger. Â
Peran ini adalah peran yang paling rasional untuk Mata untuk tetap menjaga porsi bermainnya. Kita tahu, bahwa di bawah arahan Mou, Mata memang cenderung ditempatkan di sisi kanan. Mou mungkin ingin menjadikan Mata seperti Hazard, yang sukses menjalankan peran inverted winger pada musim ini.
Sebagaimana dilansir media, Mou juga secara terang-terangan menyatakan bahwa ia suka dengan sistem kerja inverterd winger. âSaya suka pemain yang datang dari sisi sayap untuk melakukan gerakan penetrasi, untuk mengumpan, serta untuk melakukan shoot. Dan Juan adalah satu-satunya pemain kami yang harus melakukan itu di sisi kanan timâ.
Pernyataan Mou ini bukan sekedar basa-basi, dan bukan juga sebagai dalih mengapa Juan Mata kerap duduk di bangku cadangan. Tengok saja ke belakang. Ketika masih menukangi Real Madrid, Inter Milan, bahkan Chelsea sekalipun, Mou memang menggunakan inverted winger. Di Madrid, ia menempatkan Ozil ataupun Di Maria di sisi kanan tim secara bergantian. Sementara di Inter ia memiliki Pandev.
Demikian pula yang terjadi di Chelsea pada pertama kali ia melatih. Mou kerap memainkan Arjen Robben atau Damien Duff di sayap kanan permainan.
Jose Mourinho adalah pelatih yang bijak. Ia memilih pemainnya berdasarkan pada kinerja individu. Karena itu, jelas pintu tidak tertutup untuk Juan Mata. Tapi Mata harus mampu menyesuaikan permainnya dengan taktik ala Mourinho. Apabila hal itu bisa dicapai, bukan mustahil bagi Mata untuk tetap bermain regular dan konsisten di klub asal London Barat itu.
Tapi, jika memang benar-benar buntu, mungkin Old Trafford memang jadi jawabannya.
Dikirim oleh:
Shani Pranantiyo. Akun Twitter : @shanitiyo
 Seorang mahasiswa Bisnis yang menggilai Sepak Bola. Punya obsesi bisa magang menjadi asisten pelatih Jose Mourinho.
Komentar