Menjadi bagian sejarah dari kaum separatis ternyata tak melulu menyenangkan bagi Barcelona beserta pendukungnya. Meski bergelimang gelar di musim lalu, nyata-nyatanya Barcelona mesti bergelimang denda pula.
Dua final, dua ulah. Kira-kira begitulah empat kata yang menggambarkan perilaku supporter Barcelona di pekan terakhir musim 2014-15 lalu.
Sempat dikhawatirkan dan diwanti-wanti untuk tidak menyiuli lagu "The Marcha Real", lagu kebangsaan Spanyol, tetap saja laga final Copa del Rey antara Athletic Bilbao dan Barcelona pada 31 Mei 2015 kemarin mengundang hal-hal yang membuat pemerintah Spanyol murka.
Bahkan, siulan-siulan "kaum separati" yang saling bersatu-padu di venue pertandingan final tersebut mencapai tingkat kebisingan sebesar 199 desibel atau hanya terpaut 31 desibel saja dari kebisingan suara pesawat jet ketika lepas landas. Begitulah kira-kira jika kedua kelompok yang punya sejarah panjang perlawanan terhadap rezim pemerintah Spanyol bersatu dalam satu arena.
Pemerintah kerajaan Spanyol yang naik pitam akhirnya memberikan denda sebesar 66000 euro untuk Barcelona dan 18000 euro untuk Athletic Bilbao. Tak ketinggalan, federasi sepakbola Spanyol-pun didenda 12300 euro karena ketidakbecusan untuk mencegah hal-hal demikian.
Sebetulnya hal ini bukanlah yang pertama dalam beberapa tahun terakhir. Di ajang yang sama pada 2009 dan 2012 yang lalu, Suporter Barcelona dan Athletic Bilbao yang menghadiri partai final tersebut juga menyiuli lagu kebangsaan Spanyol tersebut. Tujuannya jelas, mereka tidak senang dengan hal-hal yang berhubungan dengan kerajaan Spanyol.
Perihal siul-menyiuli lagu kebangsaan Spanyol ini seperti menjadi warisan yang turun temurun dari kakek-nenek serta moyang-moyang mereka. Jelas saja, pada 1925 dulu, markas Barcelona sebelum Camp Nou yaitu Camp de Les Corts pernah ditutup karena perihal siul-menyiuli.
Alkisah, pihak klub Barcelona saat itu mengadakan pertandingan persahabatan melawan CE Jupiter untuk menghormati paduan suara Orfeo Catala yang sedang naik daun saat itu. Namun, kendala perizinan yang sulit membuat pertandingan tribute untuk paduan suara tersebut hampir gagal terlaksana dan membuat para penggemar Barceona mulai naik pitam.
Katanya, otoritas kerjaaan yang berada di Barcelona melarang hal tersebut karena dikhawatirkan menjadi ajang mengekspresikan ke-Katalan-an mereka lewat musik dan sepakbola tentunya.
Namun, akhirnya presiden klub saat itu, Joan Gamper, menemukan solusi untuk melaksanakan pertandingan terebut. Pada 14 Juni 1925, digelarlah Barcelona melawan CE Jupiter di hari minggu yang cerah. Bahkan, sebagai hiburan didatangkan juga rombongan marching band dari angkatan laut kerjaaan Inggris.
Namun, ketika marching band tersebut memainkan lagu kebangsaan Spanyol, para penggemar Barcelona yang kesal akhirnya menyiuli dan menyoraki lagu tersebut. Walhasil anggota marching band tersebut kebingungan dan langsung mengubah lagu mereka menjadi lagu kebangsaan Inggris, "God Save The Queen". Sontak, para hadirin malah berbalik bertepuk tangan untuk lagu kebangsaan Inggris tersebut.
Pemerintah kerajaan Spanyol murka. Sepuluh hari pasca kejadian tersebut, seluruh pengurus Barcelona beserta presidennya dimakzulkan, termasuk sang presiden, Joan Gamper. Bahkan, para penggemar Barcelona mesti rela markas kesebelasan kesayanganhya ditutup selama enam bulan.
Namun beruntungnya, hukuman tersebut dikurangi menjadi tiga bulan berkat Arcadi Balaguer, seorang pengusaha dari Katalunya, yang dekat dengan penguasa, raja Alfonso XIII. Dampaknya, liga regional Katalunya yang digelar regular setiap tahunnya (saat itu, liga Spanyol belum ada/bergulir) mesti ditunda karena dihukumnya Barcelona. Pihak liga paham betul, bagaimana pengaruh klub Barcelona di wilayah Katalunya.
***
Jika sebelumnya kisah tentang siul-menyiuli lagu kebangsaan Spanyol, yang ini adalah kabar terbaru dari otoritas tertinggi sepakbola Eropa yaitu UEFA. Mereka menetapkan sanksi untuk Barcelona karena para pendukungnya mengibarkan bendera pro-kemerdekaan Katalunya saat final Liga Champions di Berlin awal bulan juni lalu.
Lho, bukankah kostum kesebelasan Barcelona pernah bercorak bendera Katalunya? Bukankah itu seharusnya dilarang saat bertanding di level Eropa?
Jelas, jawabannya terletak pada perbedaan bendera khas Katalunya tersebut.
Meski hampir serupa, bendera Katalunya yang sering digunakan sebagai simbol ban kapten, kostum, bendera bahkan mosaik oleh kesebelasan Barcelona ketika bertanding adalah bendera La Senyera yang statusnya legal karena merupakan bendera dari region otonomi Katalunya.
Perlu diingat, setiap region otonomi di Spanyol memiliki bendera masing masing dan itu dilegalkan oleh pemerintah kerajaan Spanyol. Bahkan corak yang serupa dengan bendera La Senyera tersebut dipakai oleh beberapa region otonomi seperti Valencia, Mallorca, Ibiza sampai kepulauan Belearik.
Sedangkan, yang dibentangkan oleh para pendukung Barcelona saat mereka di tribun stadion Olimpia Berlin adalah bendera yang bercorak merah kuning mirip La Senyera namun memiliki corak segitiga biru dan bintang putih atau bercorak segitiga kuning dengan bintang merah di tengahnya. Bendera tersebut disebut La Estelada yang mencerminkan pro-kemerdekaan Katalunya.
Hal ini terang-terangan ditentang oleh UEFA karena bertentangan dengan pedoman regulasi UEFA nomer 16 (2) (e) yang berbunyi "penggunaaan gestur, kata-kata, benda atau apapun yang menyampaikan pesan yang dilarang dalam evetn olahraga seperti pesan politik, ideologi, agama dan hal-hal yang berbau provokasi".
Denda sebesar 30000 euro untuk kelakuan para suporter Barcelona tersebut awalnya ditanggapi oleh pihak Barcelona dengan mengatakan ketidaksetujuannya, karena menurut laporan pertandingan, pendukung Barcelona bersikap tertib dan tidak berbuat onar sepanjang pertandingan. Bahkan sang presiden, Bartomeu, lewat laman resmi FC Barcelona menyatakan ingin melindungi hak-hak kebebasan berekspresi dari para pendukung Barcelona tersebut.
Namun, akhirnya pihak Barcelona mulai melunak karena ancaman hukumannya akan lebih besar jika mereka tetap ngeyel. Ancaman denda, larangan simbol di pertandingan Eropa, sampai penutupan sementara stadion-pun sempat menjadi wacana hukuman untuk kelakuan para supporter Barcelona.
Sumber Tulisan: El Libre del Barca, Sport, Guardian, Barcelonas, FC Barcelona, Wikipedia, Football Citizens
Komentar