Sebelum musim yang baru digelar, setiap kompetisi di berbagai negara Eropa akan melangsungkan sebuah laga yang mempertemukan juara liga dan juara turnamen domestik. Meski mempertemukan dua kesebelasan juara (atau salah satunya runner-up), tapi rasanya, setidaknya menurut saya, gengsi yang dipertaruhkan pada laga tersebut kurang menarik.
Eh, bagaimana bisa pertandingan yang memperebutkan gelar juara kurang menarik? Bukankah meraih trofi juara merupakan sebuah prestasi tersendiri yang patutnya dirayakan dan dibanggakan? Apalagi ini mempertemukan dua kesebelasan âterbaikâ.
Pertandingan juara melawan juara harusnya menjadi sebuah laga yang prestius. Tapi untuk Piala Super, entah itu Community Shield (Inggris), Super Coppa (Italia), Supercopa de Espana (Spanyol), DFL Supercup (Jerman), atau Trophees des Champions (Prancis), atau super-super yang lainnya, tampaknya hanya sekadar laga hiburan.
Idealnya, mempertemukan juara melawan juara bisa membuat kesebelasan pemenang menjadi juara sejati. Juara sejati dalam hal ini memiliki arti bahwa kesebelasan pemenang tersebut merupakan kesebelasan terbaik di negara tersebut, setidaknya untuk musim tersebut.
Tapi kenyataannya, kekalahan pada pertandingan Piala Super ini tampaknya tak terlalu menjadi masalah bagi kesebelasan yang kalah. Dan bagi kesebelasan pemenang, meski dirayakan dengan sukacita, tampaknya tak lebih membahagiakan dari menjuarai liga atau turnamen itu sendiri.
Misalnya saja di Inggris. Community Shield musim ini yang mempertemukan Chelsea sebagai juara Liga Primer Inggris dan Arsenal sebagai juara Piala FA. Idealnya, pemenang di antara keduanya merupakan kesebelasan terkuat di Inggris karena status juara mereka pada dua kompetisi berbeda yang diselenggarakan di Inggris.
Jika hal ini berlaku, maka bisa dibilang Arsenal yang berhasil meraih trofi Community Shield ke-14 nya ini merupakan kesebelasan terbaik Inggris musim ini. Bahkan lebih dari itu, Arsenal yang sebenarnya mempertahankan gelar juara Community Shield ini mungkin bisa disebut sebagai kesebelasan terbaik Inggris dalam dua musim terakhir.
Tapi pertandingan Piala Super ini tampaknya hanya menjadi penyambutan bagi yang musim baru. Laga dua juara ini bahkan bisa dibilang sebagai partai final bagi dua kesebelasan juara setelah menjalani pra-musimnya. Kesebelasan yang menang, bisa dibilang merupakan kesebelasan yang latihan pra-musimnya berjalan sesuai yang diharapkan.
Ya, laga Piala Super ini tampaknya hanya menjadi laga pemanasan bagi dua kesebelasan juara di negara tersebut. Dan akhirnya, menjuarai Piala Super ini hanyalah menjadi formalitas atau bahkan hanya simbolis semata.
Tak ada yang salah memang dengan hal tersebut. Tapi menurut pandangan saya, harusnya laga Piala Super ini bisa ditingkatkan gengsinya jika diselenggarakan pada akhir musim, setelah liga berakhir. Ini bisa membuat Piala Super menjadi lebih menarik.
Setelah musim liga berakhir, biasanya laga final yang tersisa hanyalah final Liga Champions dan Europa League. Sementara kesebelasan-kesebelasan juara yang tak berlaga di dua kompetisi Eropa tersebut, tengah bersiap untuk berlibur.
Padahal jika para juara dari dua kompetisi teratas di sebuah negara dipertemukan setelah musim berakhir, mungkin prestise pertandingannya akan lebih bernilai. Bahkan kesebelasan-kesebelasan yang gagal di liga, bisa berusaha menjadi yang terbaik melalui jalur kompetisi sistem gugur di mana pada setelah musim berakhir akan menantang juara liga.
Dua juara ini pun masih akan tampil dengan skuat yang berhasil membawa kesebelasan tersebut juara. Sementara ketika Piala Super ini digelar sebelum liga dimulai, akan ada beberapa nama yang bukan bagian dari skuat juara musim lalu yang tentunya merupakan pemain baru yang didatangkan untuk mengarungi musim yang baru.
Banyak alasan yang menyebabkan Piala Super tak terlalu menggairahkan. Dan salah satu hal yang sebenarnya bisa menjadi faktor utama adalah prize money atau hadiah yang diberikan ketika menjadi juara pada laga tersebut.
Bahkan di Inggris, pendapatan yang didapatkan Asosiasi Sepakbola Inggris dari Community Shield, akan dibagikan ke 124 kesebelasan yang berlaga di FA Cup. Hal ini dikarenakan Community Shield awalnya merupakan sebuah laga amal bertajuk Charity Shield. Adanya Community Shield sendiri lebih kepada kepentingan komunitas kesebelasan-kesebelasan di Inggris.
Di negara lain, juara Piala Super mendapatkan hadiah juara. Tapi besaran hadiahnya sendiri tergantung nilai kontrak asosiasi dengan pihak sponsor. Namun di samping itu, nilai hadiahnya tersebut tak lebih besar dari juara liga maupun juara turnamen. Dan menjuarai Piala Super pun tak berarti memiliki skuat yang berpotensi menjadi juara, seperti tren yang terjadi di Inggris misalnya.
Berbeda dengan status sebagai juara liga atau sebagai juara turnamen. Untuk menjadi juara liga dan turnamen, setiap kesebelasan diwajibkan bermain dengan penampilan terbaik sepanjang musim. Konsistensi sebuah kesebelasan akan menentukan prestasi dari musim itu sendiri. Berbeda dengan Piala Super yang hanya berlangsung sekali, kecuali Piala Super Spanyol yang berlangsung dua leg.
Karenanya, Piala Super hanyalah ajang bagi dua kesebelasan juara untuk menghibur para penikmat sepakbola sebelum kompetisi liga dimulai. Menang atau kalah pada laga ini tak terlalu menjadi sesuatu yang spesial, jika dibandingkan dengan menjuarai kompetisi lain.
Menang atau kalah, kedua kesebelasan yang bertanding akan segera move on dari laga Piala Super tersebut. Karena yang lebih penting adalah, menyiapkan kesebelasan terbaik, dengan segala taktik dan strateginya, demi mencapai prestasi pada musim yang baru.
foto: theguardian.com
Komentar