Kedatangan Mateo Kovacic dari Internazionale Milan menuju Real Madrid dengan harga 35 juta Euro membuat persaingan lini tengah Real Madrid semakin memanas. Mateo Kovacic yang berposisi sebagai gelandang serang (di belakang penyerang) saat berseragam I Nerazzuri membuat posisi James Rodriguez dan Isco jadi tidak terlalu aman.
Belum lagi masih santer terdengar kabar Rafa Benitez sedang menyiapkan opsi menempatkan Gareth Bale di posisi free role no.10 (belakang penyerang tunggal). Ini terlihat dalam beberapa pertandingan uji coba pra-musim 2015-16. Posisi tersebut sudah lama dilakoni Bale di musim terakhirnya bersama Tottenham Hotspurs dulu.
Situasi menyusul kedatangan Kovacic ini akan menjadi hal yang memusingkan sekaligus menyenangkan bagi Rafa Benitez. Memusingkan karena ia mesti memilih sesuai kebutuhan taktik yang akan diusung Real Madrid. Dan itu tidak mudah karena ia dengan sendirinya harus mengelola kondusifitas kamar ganti. Tidak mudah membuat pemain bintang menerima status menjadi pemain cadangan. Namun pada saat yang sama hal itu juga menyenangkan karena ia tak perlu risau jika ada pemain di lini tengahnya yang absen karena cedera atau akumulasi kartu. Opsi alternatifnya tersedia dengan stok berlimpah.
***
Rafa Benitez sangat akrab dengan formasi 4-2-3-1 dan 4-4-2. Jika kita hendak menebak atau menduga komposisi lini tengah yang disiapkan Rafa di Madrid, maka kita harus memulai dari posisi gelandang yang paling bawah terlebih dahulu yaitu dua posisi gelandang bertahan/poros ganda.
Musim lalu, Toni Kroos yang diplot sebagai poros ganda bersama Luka Modric. Dan kinerja lini tengah Madrid sempat kedodoran karena hilangnya keseimbangan menyusul cederanya Luka Modric. Namun dengan kembalinya Casemiro, yang musim lalu dipinjamkan ke FC Porto, seharusnya Rafa sudah memiliki opsi alternatif. Casemiro bisa dimaksimalkan untuk menambal posisi di poros ganda jika Modric, misalnya, juga harus absen kembali.
Pada grafis di atas, terlihat betapa penampilan Casemiro bersama Porto di kancah Liga Champions (catatan detail statistik di liga Portugal sangat langka) sangat menonjol jika dibandingkan gelandang tengah (jangkar) Real Madrid di ajang yang sama musim lalu. Hal ini memperlihatkan bagaimana Casemiro sudah berkembang sedemikian rupa sehingga sudah mulai bisa diandalkan.
*Sebagai catatan, Lucas Silva yang juga berposisi gelandang bertahan tidak dimasukkan dalam komparasi di infografis sebelumnya karena baru bergabung di bulan Januari 2015 lalu dan hanya bermain menjadi pemain pengganti saja.
Casemiro adalah gelandang jangkar bertipe petarung. Ia punya kekuatan fisik mumpuni dan itu menjadi salah satu kekuatan dan andalannya. Catatan gemerlapnya dalam perihal tekel, duel udara dan intersep berbanding jauh dengan apa yang didapat oleh Toni Kroos, Luca Modric dan Illaramendi yang lebih bertipe sebagai gelandang pembagi bola.
Hal ini menguntungkan bagi Real Madrid apabila bermain dengan poros ganda. Pilihan untuk menempatkan Casemiro sebagai gelandang bertahan utama tentu tidaklah sepenuhnya salah karena akan melengkapi Luka Modric yang bertipe sebagai box-to-box midfielder dan punya kemampuan mengumpan yang sangat baik.
Lalu, jika Luka Modric ditempatkan berdampingan dengan Casemiro, di manakah Toni Kroos akan dimainkan? Jawabannya ada di posisi no.10 seperti apa yang ia lakoni bersama tim nasional Jerman.
Meski berat dalam persaingannya, tampaknya opsi ini patut dipertimbangkan oleh Benitez musim depan. Kemampuan Toni Kroos dalam mengalirkan bola menuju sepertiga akhir sepertinya tak perlu diragukan lagi. Meski tak seagresif James Rodriguez atau Isco sekalipun, opsi memasang Kroos di belakang striker bisa menjadi alternatif lain bagi Real Madrid.
Namun, seperti sudah disinggung di atas, ia mempunyai opsi lain dengan menempatkan Gareth Bale di posisi free role no.10 (belakang penyerang tunggal) untuk musim depan. Gareth Bale boleh jadi tidak ideal dalam mengalirkan umpan untuk disantap para juru gedor Madrid. Dalam perbandingan grafis di atas, ia hanya unggul dalam hal tendangan ke gawang dengan rataan 3,32 tendangan per-pertandingan.
Gaya main Gareth Bale di Tottenham Hotspurs yang menjelajah segala sisi dan berakhir dengan tendangan-tendangan jarak jauh memang menawarkan opsi lain bagi Real Madrid jika ingin bermain dengan cepat dan efektif. Permasalahannya, Bale yang berkaki kiri jika ditempatkan di tengah maka besar kemungkinan ia akan kerap bertabrakan dengan Ronaldo yang notabene pemain sayap kiri yang sangat hobi bermain cutting inside ke dalam kotak penalti. Namun, hal-hal seperti ini seharusnya tidak terjadi mengingat Bale dan Ronaldo bukanlah baru bermain sekali-dua-kali secara bersamaan.
Kami mencoba memasukan Bale dalam perbandingan jajaran gelandang serang (no.10) milik Real Madrid karena mengikuti rumor yang beredar. Sedangkan Cristiano Ronaldo, Denis Cheryshev dan Lucas Vazquez kami kategorikan sebagai penyerang sayap  Real Madrid, kemudian Jese dan Benzema sebagai penyerang tunggal Real Madrid.
Lalu, bagaimana dengan nasib Mateo Kovacic?
Sebetulnya, Mateo Kovacic tidak hanya piawai bermain di belakang penyerang sebagai pemain no.10 saja. Bahkan ia mampu bermain sebagai gelandang tengah. Dengan formasi 4-2-3-1 ala Benitez, Kovacic sebetulnya bisa saja ditempatkan sebagai salah satu dari dua pemain yang menempati poros ganda milik Real Madrid.
Permasalahannya, ia baru berumur 21 tahun. Masih mempunyai masa depan yang amat-sangat panjang jika harus menghabiskan sebagian karirnya menjadi penghuni sekaligus penghangat bangku cadangan. Jika saja ia mampu membuktikan ketajaman visi dan mencetak golnya di Inter Milan terlebih dahulu, sekaligus mempersembahkan gelar, rasa-rasanya ia akan jauh lebih siap (baik dari sisi mental maupun reputasi) untuk bersaing dengan gelandang mana pun.
Namun, toh, pilihan sudah diambil. Faktanya ia sekarang sudah berada di Madrid menyusul proses transfer yang dikabarkan menghabiskan uang sebesar 35 juta euro. Apakah itu harga yang terlalu mahal?
Bagi Real Madrid, mahal atau tidak itu tidak sama standarnya dengan yang terjadi di tempat lain. Angka 35 juta euro dalam mendatangkan pemain, bagi Real Madrid, (bisa dibilang) adalah hal yang biasa saja. Memang tidak murah-murah amat, tapi untuk Madrid itu bukan angka yang kelewatan mahalnya. Biasa saja.
Yang paling diingat tentu saat mendatangkan Asier Illarramendi dengan uang sebesar 30 juta euro dan Isco dengan mahar yang sama, 30 juta euro. Keduanya dibeli pada umur yang sangat muda dan harga yang cukup tinggi. Jika dalih untuk berinvestasi di masa yang akan datang, maka nasib Kovacic akan banyak bersemayam di bangku cadangan. Sebab hal itu juga yang terjadi pada Isco, Illaramendi dan pemain-pemain pendahulunya.
Kita tunggu saja seperti apa kenyataannya.
foto: 100x100fan.com
Komentar