Ketika Arsenal-nya Herbert Chapmann berlaga pada pertandingan pembuka Divisi satu Liga Inggris melawan Sheffield Wednesday pada 1928, para penonton dikejutkan dengan adanya nomor punggung yang tersemat di belakang kostum yang dikenakan para pemain.
Nomor-nomor yang tertera itu berurutan mulai dari angka 1 (yang dipakai kiper) sampai nomor 11 yang dikenakan oleh penyerang. Saat itu, formasi 2-3-5 (piramida terbalik) atau masyhur disebut formasi WM ala Chapman yang sedang menjadi tren taktik. Penomoran pemain kala itu juga menyesuaikan dengan posisi pemain berdasar formasi WM itu tadi.
Namun, itu dulu. Lini depan yang berjajar sampai lima pemain membuat nomor-nomor berangka besar mencirikan pemain tersebut seorang penyerang. Kini, nomor 3 yang sangat identik dengan posisi bek pun, bisa saja dan bahkan memang pernah dipakai oleh penyerang. Lord Bendtner saat berseragam Wolfsburg, contohnya.
Simak juga tulisan tentang "Riwayat Nomor Punggung dan Pernak-pernik Perkembangannya"
Tapi, dunia sepakbola yang kelewat kompleks dan terus berkembang secara taktik menawarkan istilah-istilah nomer punggung yang kadang tidak lazim. Semisal, seorang komentator pertandingan bicara tentang ??Si X yang berposisi sebagai pemain no. 10 pada perdandingan hari ini, bla, bla,bla?¦?Â. Padahal, si pemain X tersebut bernomor punggung, misalnya, 17.
Pengandaian komentator tersebut tidaklah salah sepenuhnya, karena memang dalam perkembangan sepakbola, nomor punggung dulunya sangat identik dengan posisi pemain. Dari sebelas pemain di atas lapangan hijau, kita kerap kali terbiasa menerjemahkan beberapa pemain sejumlah pembagian, seperti posisi, peran, maupun kemampuan mereka di atas lapangan.
"Pemain nomor 10" dalam contoh yang disebut di paragraf sebelumnya kira-kira merujuk warisan pembagian nomor punggung berdasarkan posisi dan peran seorang pemain di lapangan. "Pemain nomor 10" dalam contoh di atas merujuk pemain yang berposisi di lini serang, biasanya berada di belakang penyerang, dan punya kemampuan yang bagus dalam mendistribusikan bola dan lihai pula mengolah bola dengan kakinya.
Sebelum menguraikan lebih lanjut, perlu kami jelaskan dulu posisi kami terkait beberapa istilah yang sering dicampuradukkan: posisi, peran dan arketipe. Jika "posisi" merujuk tempat seorang pemain dalam formasi yang biasanya terbagi ke dalam tiga lini utama: belakang, tengah dan depan. Istilah bek, gelandang, penyerang, sayap kiri atau sayap kanan adalah istilah yang sepenuhnya merujuk "posisi".
Sementara "peran" berbeda lagi dengan "posisi". Istilah "peran" merujuk fungsi seorang pemain dalam sebuah skema permainan. Misalnya, gelandang. Kita tahu posisi gelandang ini juga dipecah ke dalam beberapa istilah seperti "gelandang serang" dan "gelandang bertahan". Seorang disebut gelandang serang atau bertahan bukan karena posisinya lebih ke belakang atau lebih ke depan, walau pun biasanya memang begitu, namun lebih kepada perannya yang lebih dominan menyerang atau bertahan. "Penyerang" (baik tengah atau sayap) adalah posisi, tapi target-man adalah "peran". Inilah yang kami maksudkan dengan "peran".
Sedang "arketipe", dalam rumusan kami, merujuk karakter atau watak (atau bisa juga: gaya) bermain seorang pemain. Rumusan "arketipe" ini sebenarnya agak tricky, kadang beririsan dengan rumusan "peran". Namun ada banyak istilah mutakhir dalam sepakbola tidak bisa dimasukkan dalam rumusan "posisi" atau "peran". Misalnya: poacher, fantastista, gelandang pengangkut air (water carrier midfielder). Sebab kita semua tahu, tidak semua target-man bisa disebut poacher, tidak semua gelandang bertahan bisa disebut bertipikal water carrier midfielder dan tidak semua gelandang serang atau trequartista (secara harfiah berarti: sepertiga akhir lapangan) bisa disebut fantastista. Dalam rumusan kami, poacher, fantastista hingga water carrier midfielder adalah contoh dari apa yang kami maksudkan sebagai "arketipe".
Untuk lebih memahami perbedaan antara posisi, peran dan arketipe, juga irisan di antara ketiganya, silakan membaca esai taktik yang ditulis managing editor kami, Zen RS, di sini: "Tiga Menguak Taktik: Antara Posisi, Peran dan Arketipe"
Kembali kepada nomor punggung yang (sempat) identik dengan posisi seorang pemain, secara umum kita bisa melihat posisi-posisi di atas lapangan dengan beberapa nomor punggung dari satu sampai sebelas seperti di bawah ini:
Kebanyakan dari kita mungkin akan sepakat jika nomor 1 selalu identik dengan penjaga gawang. Di lini belakang, bek kanan biasa identik dengan nomor 2, dan bek kiri memiliki identitas nomor 3. Sedangkan nomor 4 dan 5 biasanya berposisi sebagai bek tengah.
Selain penyerang yang bernomor 9 dan dua winger yang biasa bernomor 7 dan 11, posisi yang paling banyak menimbulkan perdebatan adalah di tengah atau gelandang pada nomor 6 dan 8, karena sejatinya gelandang nomor 10 biasanya ditempati pemain yang berperan sebagai gelandang serang.
Lalu, bagaimana dengan gelandang nomor 6 dan 8? Apa perbedaan spesifiknya?
Menurut banyak sumber, holding midfielder atau defensive midfielder sering disebut dengan gelandang bernomor 6, gelandang yang sering bertugas untuk bertahan. Sementara nomor 8 adalah nomor yang identik dengan gelandang juga. Namun, biasanya gelandang bernomor 8 adalah gelandang yang bisa diartikan ia bukan gelandang bertahan maupun menyerang, namun sebagian juga ada yang mampu mengemban tugas menyerang dan bertahan dengan sama baiknya (box to box midfielder).
Jika gelandang nomor 6, 8, dan 10 bisa kita bagi lagi, maka kita akan menemukan persepsi umum seperti pada gambar di bawah ini;
Istilah-istilah deep-lying midielder, regista, atau bahkan false nine yang sempat populer dalam beberapa tahun terakhir dan sering kali ditemukan pada game sepakbola seperti Football Manager membuat kami mencoba untuk memetakan posisi pemain tersebut seperti apa yang ada dalam grafis di atas.
Posisi yang awalnya identik dengan nomor punggung 6, 8, 10 bahkan nomor 9 sekalipun, sekarang bisa diturunkan bahkan ada gabungan-gabungan tersendiri dari beberapa posisi dasar. Sebagai contoh, jika kita merujuk gambar di atas, maka kita akan menumukan posisi second striker adalah turunan dari posisi playmaker no.10 yang digabungkan dengan posisi seorang penyerang no.9. Bahkan, turunan dari second striker tersebut kita mengenal istilah dari deep-lying forward, misalnya.
Atau, pada kasus yang lain (di luar posisi pada grafis di atas) kita sering mendengar istilah baru yang menyangkut-pautkan kata "false" seiring ramainya istilah false nine tersebut. Setelah itu, muncul false winger, ada juga false six dan bukan tak mungkin ada istilah false-false lainnya dalam dunia sepakbola.
Pada akhirnya, anda mungkin bisa menemukan lebih banyak jenis daripada yang akan disebutkan sebelumnya, namun secara umum grafik di atas sudah mewakili berbagai pembagian jenis gelandang, entah dari posisi, peran, kemampuan, maupun arketipe. Toh, lagipula, permainan sepakbola yang terus berkembang dari masa ke masa akan memaksa banyak istilah-istilah baru .
Kini, sekali lagi dengan melihat contoh Lord Bendter di atas, tidak bisa lagi pembagian posisi dilakukan secara saklek berdasarkan berdasarkan nomor (punggung). Tetapi memang, patut diakui, bahwa hal tersebut sudah melekat dalam cara wicara para penulis sepakbola, kadang juga para penggemar sepakbola saat berdiskusi dan omong-omong tentang sepakbola.
Tulisan tentang membedah posisi pemain tengah terutama gelandang bertahan sebetulnya sudah kami sajikan secara lebih mendalam pada kolom #AboutTheGame Detik Sport dengan judul; "Membelah Posisi Midfielder (Bagian 1); Gelandang Bertahan"
Komentar