Ketika anda menghabiskan waktu untuk berbincang dengan seorang Gooner, obrolan kalian tidak akan pernah melewatkan kisah, dongeng dan cacian tentang Arsene Wenger. Dengan apa yang telah ia raih selama karir kepelatihannya bersama Arsenal, bukan berarti Wenger jauh-jauh dari kritik yang dialamatkan padanya.
Wenger jelas bukan dewa. Wenger memang dikagumi karena kalau tidak, sebutan Profesor tidak disematkan sebagai julukannya. Namun, Wenger pun dibenci dan dicaci, bahkan hingga kadar kesabaran pendukung Arsenal berkali-kali harus mentok karena berhadapan dengan teguhnya prinsip Wenger.
Wenger knows. Teorema pakem tentang kepercayaan para pendukung Arsenal terhadap Wenger. Namun berkali-kali anda mempercayai teorema tersebut, berkali-kali pula anda harus puas bahwa Arsenal memang tidak selalu tampil baik.
Sudah dua kali seingat saya dalam pra-musim ini Arsene Wenger menekankan pentingnya kohesi untuk membangun dan meningkatkan kualitas tim serta menemukan mentalitas yang dicari selama ini. Mentalitas untuk juara yang konon katanya tersuntikkan dengan datangnya Petr Cech. Kata-kata terkait kohesi yang diinginkan Wenger seingat saya muncul di persiapan menjelang Emirates Cup melawan Lyon dan Wolfsburg.
Tapi nyatanya, Arsenal hanya meraih tujuh poin dari empat pertandingan, dengan maksimal dua belas poin yang bisa diraih.Ditambah lagi dengan catatan dua hasil kandang yang hanya sanggup meraih satu poin dari maksimal enam poin, walau bisa ditebus dengan dua kemenangan tandang yang sangat penting.
Tapi sudah puaskah? Tunggu dulu. Dua kemenangan tandang yang diraih masing-masing atas Crystal Palace dan Newcastle bukan indikator yang bagus mengingat dalam dua partai tandang tersebut Arsenal sangat terbantu dengan dua gol bunuh diri lawan yang semuanya membuahkan tiga poin untuk dibawa pulang.
Maka secara umum, Arsenal sebenarnya hanya mencetak tiga gol saja dalam empat pertandingan yang sudah dijalani hingga saat ini. Dan fakta menariknya, untuk sebuah kesebelasan dengan tradisi menyerang yang baik, tiga gol yang bisa Arsenal cetak dalam empat pertandingan jelas bukan indikator yang baik untuk bekal dalam impian menuju juara.
Sebagai perbandingan, saya akan membandingkan Arsenal dengan Manchester City. Sebagai sesama kesebelasan yang bersaing untuk gelar juara, catatan gol Arsenal (tiga gol) jelas kalah dengan City (10 gol). Begitu pula dengan catatan kebobolan dan tentu saja poinnya. Di antara kesebelasan-kesebelasan lain penguasa rutin lima besar, Manchester City adalah kesebelasan yang paling mentereng catatan awal musimnya.
Dengan segelintir fakta di atas, kemudian bisa kita mulai pertanyakan rumusan masalah dalam studi kasus Arsenal ini dengan pertanyaan yang berangkat dari judul, yakni, âKohesi apakah yang Arsene Wenger cari sampai harus disebutkan berulang-ulang kata kohesi di konferensi pers selama persiapan pra-musim?â
Kohesi dalam kamus KBBI menjelaskan mengenai dua hal, yang pertama adalah gaya tarik-menarik antar molekul dalam senyawa kimia. Dan yang kedua adalah perpaduan kokoh. Jika berangkat dari pengertian kedua, kohesi yang dicari Wenger untuk skuat Arsenal mungkin adalah kolektivitas tim yang sedang ingin dibangun untuk soliditas tim guna mengarungi musim yang sedang berjalan.
Namun persoalan tak sampai di situ. Karena kolektivitas yang seperti apa yg sedang dicari Wenger masih terlalu bias. Hampir tidak ada perbedaan mencolok dalam skuat Arsenal saat ini dengan musim lalu, hanya mendatangkan Cech pada posisi kipper.
Dengan segala kemampuan adaptasi Cech, pemain asal Republik Ceko tersebut mampu dengan cepat membaur bersama tim. Mungkin tak aneh jika melihat Cech yang hanya pindah dari London Barat ke London Utara. Jadi untuk soal kohesi, saya rasa datangnya Cech tidak menimbulkan efek negative.
Sosok seperti Aaron Ramsey dan Jack Wilshere sudah lima tahun lebih berada di Arsenal. Santi Cazorla dan Mesut Ozil pun sudah dua tahun lebih. Alexis Sanchez memang baru memasuki musim kedua, namun rasa-rasanya untuk pemain yang musim lalu mencetak 16 gol di liga, sulit untuk bilang Alexis belum menyatu dengan gaya main Arsenal. Kendala Alexis mungkin hanya perihal kebugaran selepas Copa America. Selebihnya? Hampir tidak ada masalah berarti yang bisa mengancam terbentuknya team cohesion yang didengungkan oleh Wenger.
Lalu, kenapa dalam empat pertandingan Liga yang sudah dijalani Arsenal masih belum mendapatkan hasil maksimal baik secara poin maupun permainan? Dan, masih haruskah Arsenal membeli gelandang atau penyerang baru?
Untuk saat ini, saya rasa datangnya pemain baru yang bahkan rumornya akan merapat di hari terakhir bursa transfer adalah paradoks dari ucapan Wenger terkait kohesi tadi. Bukankah agak mengherankan mendatangkan pemain di penghujung bursa transfer padahal jelas-jelas keinginan pelatih untuk mengkohesikan timnya? Apa iya seorang pemain bisa langsung cair dan menyatu dengan pemain lama hanya dengan satu dua kali latihan?
Wenger knows, tahu dan memang akan selalu tahu. Toh, dia pelatih hebat dengan catatan Invicibles yang belum bisa diduplikat tim manapun hingga detik ini di Premier League. Namun era itu sudah lama berlalu, lama sekali.
Karenanya, yang perlu mendapatkan perhatian lebih saat ini oleh Wenger sebenarnya bukan angan tentang kohesi skuat asuhannya, melainkan fakta bahwa sejak 2003/2004 Arsenal belum lagi juara liga. Wenger knows, isnât?
 Penulis adalah pengggemar masak-memasak, bisa dihubungi di @isidorusrio_
Komentar