Selalu ada dua kesebelasan dalam transfer satu pemain: kesebelasan yang dituju sang pemain dan kesebelasan yang ditinggalkannya. Perhatian selalu menjadi milik kesebelasan yang dituju. Dalam transfer Anthony Martial, contohnya, Manchester United mendapat banyak sorotan. Nama AS Monaco, kesebelasan yang ditinggalkan Martial, hanya sekilas disertakan sebagai pelengkap keterangan. Padahal dalam beberapa tahun kebelakang Monaco selalu menjadi perhatian.
Sejak Dmitry Rybolovlev datang dan menyulap Monaco menjadi kesebelasan kaya pada 2011, Monaco menjadi kesebelasan tujuan nama-nama besar seperti João Moutinho dan Dimitar Berbatov. Selalu saja Monaco menjadi perhatian dari bursa transfer ke bursa transfer. Kali ini mereka menjadi pihak yang ditinggalkan.
Dalam kategori transfer keluar, bagi Monaco bursa transfer kali ini terbagi menjadi dua periode. Geoffrey Kondogbia, Yannick Ferreira Carrasco, dan Lucas Ocampos pergi di periode pertama. Pada periode kedua, Monaco kehilangan Aymen Abdennour, Layvin Kurzawa, dan Anthony Martial.
Pemain-pemain yang pergi pada periode pertama meninggalkan Monaco karena beragam alasan. Geoffrey Kondogbia bergabung dengan Inter Milan demi tantangan baru. Begitu pula dengan Yannick Ferreira Carrasco yang memilih Atlético Madrid sebagai pelabuhan barunya. Lucas Ocampos, sementara itu, pindah ke Olympique de Marseille karena di sana ia mendapat lebih banyak kesempatan bermain dan dilatih oleh (saat itu) Marcelo Bielsa.
Pada periode kedua, para pemain pergi karena alasan yang sama: Europa League. Aymen Abdennour, Layvin Kurzawa, dan Anthony Martial meninggalkan Monaco setelah Monaco dipastikan tidak ambil bagian dalam Champions League musim ini. Kekalahan dari Valencia di pertandingan play-off membuat Monaco harus rela bermain di Europa League. Ketiga pemain tersebut keberatan jika harus bermain di kejuaraan kelas kedua.
Aymen Abdennour mencari Champions League-nya sendiri dengan pindah ke Valencia. Layvin Kurzawa bergabung dengan Paris Saint-Germain yang lolos otomatis ke fase grup Champions League sebagai juara Ligue 1. Anthony Martial bergabung dengan Manchester United dan dalam prosesnya menjadi remaja termahal sepanjang sejarah Red Devils.
Kepergian ketiganya mungkin terlihat seperti eksodus biasa. Namun jika diperhatikan lebih seksama, para pemain Monaco sepertinya sudah mulai sadar bahwa kesebelasan yang mereka bela bukanlah tempat yang tepat untuk berprestasi. Ada gaji besar di sana. Ada gaya hidup mewah dan keindahan Laut Mediterania di sepanjang batas negara Kesultanan Monako. Namun di sana tidak ada prestasi. Final Champions League hanyalah kenangan yang sulit terulang. Kesultanan Monako ternyata bukan latar yang tepat untuk sebuah dongeng sepakbola.
Dana besar dari Rybolovlev cukup kuat untuk menjadikan Les Rouges et Blancs kesebelasan paling tangguh di Ligue 2, namun tidak di divisi yang lebih tinggi. Monaco, juara Ligue 2 2013, selalu gagal dalam persaingan juara Ligue 1. Mereka kalah dari Paris Saint-Germain, juara Ligue 1 tiga tahun belakangan yang juga mengandalkan uang sebagai kekuatan utama. Monaco bahkan kalah saing dari Olympique de Lyonnais yang bertumpu kepada (penjualan) pemain-pemain akademi. Dan jika bukan karena kelelahan yang menimpa Olympique de Marseille menjelang akhir musim lalu, Monaco mungkin tidak akan menduduki peringkat terakhir di zona Champions League. Ditambah lagi, mereka bertahan di Champions League musim lalu dengan mengandalkan pertahanan saja. Jika pada akhirnya Monaco terdampar di Europa League musim ini, wajar saja.
Bersama para pemain kuncinya saja Monaco cukup kesulitan. Musim ini, tanpa mereka, Monaco pasti akan jauh lebih kerepotan. Walau demikian, selalu ada sisi baik dari kehilangan pemain. Monaco mendapat pemasukan sebesar 160,4 juta euro dari transfer keluar. Laba mereka cukup besar karena hanya 84,3 juta euro di antaranya saja yang digunakan untuk mendatangkan 14 pemain baru. Dua di antaranya adalah nama besar: Fábio Coentrão dan Stephan El Shaarawy. Walau kecil, ada kemungkinan Monaco akan baik-baik saja.
Komentar