Senyum Mohsen

Cerita

by redaksi 30709

Senyum Mohsen

Ditulis oleh Dadan Resmana

Satu minggu terakhir media-media di dunia dihebohkan dengan ulah seorang juru kamera menendang kaki salah satu anak perempuan pengungsi Suriah yang mencoba memasuki kawasan Hunggaria. Di rekaman video lainnya, bahkan sang jurnalis dengan sengaja menjulurkan kaki kepada seorang pria bersama sang anak yang tengah berlari ke arah dirinya dan menyebabkan pria beserta bocah yang digendongnya tersebut tersungkur jatuh ke tanah.

Setelah diselidiki lebih lanjut, diketahuilah bahwa juru kamera tersebut bernama Petra Laszlo dari stasiun televisi Hungaria, N1TV. Dunia mengecam keras tindakannya. Kemudian melalui surat terbukanya kepada harian Magyar Nezmet, Laszlo meminta maaf dan sangat menyesal atas tindakannya tersebut, dia beralasan para imigran terlihat seperti akan menyerangnya setelah menerobos penjagaan polisi.

"Saya sangat menyesal atas kejadian tersebut. Dan sebagai seorang ibu, saya meminta maaf. Faktanya saya mendorong anak tersebut ketika menuju ke arah saya. Saya tidak mengerti apa yang terjadi pada saya saat itu. Saya mulai panik dan ketika saya menonton ulang video tersebut, saya seperti tidak melihat diri saya yang sebenarnya;�" tulis Petra Laszlo dalam surat terbukanya yang dilansir oleh CNN.

Meski sudah meminta maaf atas kejadian tersebut, tetap saja, NiTV tempat Petra Laszlo bernaung di dunia jurnalistik memecatnya sebagai bentuk pertanggungjawaban atas apa yang telah dilakukannya terhadap salah satu imigran Suriah.

Dunia sebelumnya tidak mengetahui siapa sejatinya imigran tua yang tersungkur di tanah sambil menggendong anaknya tersebut. Hingga pada akhirnya, teridentifikasilah bahwa pria tersebut bernama Osama Abdul Mohsen. Ia adalah seorang pelatih sepakbola profesional yang berasal dari provinsi sebelah timur Deir al-Zour, salah satu tempat terjadinya perang sipil di Suriah. Untuk diketahui, Mohsen sempat melatih klub divisi 1 Suriah bernama Al-Foutwa.

Tersentuh oleh apa yang disaksikannya di acara televisi serta mengetahui asal usul Osama Abdul Mohsen, presiden Cenafe, Miguel Angel Galan, berniat memaksimalkan jasanya sebagai staf pelatih di Cenafe. Bahkan Galan meminta Martin Mucha, seorang jurnalis harian Spanyol El Mundo, untuk mencari mereka.

Sampai pada akhirnya atas bantuan dari pesepakbola yang bermain untuk Vilaverde di Spanyol Mohamed Labrouzi, Mucha menemukan Osama Abdul Mohsen sedang berada di Munchen bersama ribuan pengungsi lainnya.

Pada awalnya Mohsen tidak percaya pada siapun yang menolongnya. Akan tetapi Labrouzi berkata bahwa orang yang bernama Miguel tersentuh oleh kisahnya. �"Dia adalah teman dan dapat dipercaya�" ujar Labrouzi pada Mohsen. Hingga pada akhirnya Mohsen bersama kedua putranya, Zaid yang berumur 7 tahun serta Mohammad 18 tahun, bersedia untuk pergi ke Madrid dan tiba pada Rabu malam (16-9-2015) waktu setempat.

�"Sebuah mimpi berada di sini. Terima kasih Madrid, terima kasih Spanyol;�" ucap Mohsen kepada para wartawan begitu tiba di stasiun Madrid. Dia berharap istri dan dua anak perempuannya bisa bergabung besamanya.

Kebahagiaan Osama Abdul Mohsen bersama kedua anaknya, Zaid dan Mohammad Mohsen, tak berhenti sampai di sana. Pihak Real Madrid pun mengundang Mohsen dan kedua anaknya secara khusus untuk datang ke kantor Los Blancos. Tak tanggung-tanggung, El Presidente, Florentino Perez, sendiri lah yang menyambut langsung kedatangan keluarga Mohsen. Di markas Real Madrid, Mohsen bersama kedua anaknya diajak berkeliling oleh sang Presiden dan diperlihatkan koleksi trofi-trofi yang dimiliki oleh Real Madrid.

Kejutan yang diberikan oleh pihak Madrid tak berhenti sampai di sana. Keluarga Mohsen pun secara khusus mendapatkan undangan menyaksikan pertandingan antara Los Galacticos melawan Granada pada Sabtu Siang waktu Madrid. Bahkan untuk menutupi rangkaian kebahagian keluarga Mohsen, Zaid Mohsen, dijadikan Cristiano Ronaldo sebagai maskotnya pada pertandingan tersebut.

Sebelum Real Madrid melakukan aksi terpujinya pada keluarga Mohsen, di awal September lalu, sejumlah klub Jerman juga melakukan tindakan serupa kepada para pengungsi. Munchen tercatat memberikan bantuan sebesar 1 juta euro untuk para pengungsi. Tergerak mengikuti langkah sang rival, Borussia Dormund pun membantu mereka dengan cara mengundang sebanyak 220 orang pengungsi untuk menyaksikan partai Dortmund melawan Kurban Krasnodar di ajang Europa League.

Baca juga: Dari Tenda Pengungsian Menuju Manchester United

Sepakbola, Pengungsi dan Tanggung Jawab Sosial

Osama Abdul Mohsen adalah salah satu dari ratusan ribu pengungsi Suriah yang beruntung bisa mendapatkan �"pengakuan�" dari salah satu negara Eropa, dalam hal ini Spanyol. Masih banyak di antara para pengungsi Suriah yang jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa, yang mencoba peruntungannya untuk masuk ke Eropa, namun nasibnya tidak seberuntung keluarga Mohsen.

Kita tentu masih ingat sebuah foto yang memperlihatkan seorang balita tergeletak di salah satu pantai di Turki, tepatnya di kota pelabuhan Bodrum. Balita yang ada di dalam foto tersebut bernama Alan Kurdi dan berusia tiga tahun. Dia tenggelam di Laut Mediterania bersama dengan saudaranya Galip yang berusia lima tahun, serta ibunya Rihan. Sedangkan sang ayah, Abdullah, dinyatakan selamat.

Atas dasar kemanusiaan yang sama, beberapa negara di Eropa sendiri kabarnya juga telah menyetujui untuk menerima sebagian para pengungsi dan mengabaikan �"aturan Dublin�". Beberapa negara di Eropa yang menerima pencari suaka tersebut adalah, Spanyol sebanyak 17.000, Jerman 98.700, Swedia 64.700, Denmark 11.300 dan Turki yang menerima 1,9 juta pencari suaka.

Mohsen, salah satu pengungsi Suriah yang beruntung tentu saja akan menghadapi banyak tantangan ketika hidup di Spanyol. Akan tetapi dengan pengetahuan akan sepakbola yang rasa-rasanya mumpuni, Mohsen juga tak perlu khawatir-khawatir amat. Toh, alasan utama Miguel Angel Galan menjadikannya sebagai salah satu staf akademi adalah, karena pengetahuan sepakbolanya yang tak bisa dianggap remeh. Lagipula, mengutip omongan seorang penulis, hidup ini seperti anggapan kita. Bila kita anggap sulit, sulitlah hidup ini. Bila kita anggap menyenangkan, senanglah hidup ini.

Jadi, atas segala hal buruk yang mulai mengubah rupanya menjadi hal baik, rasanya Mohsen pantas tersenyum. Bukan senyum takabur, bukan pula senyum mengejek. Senyum yang wajar saja, yang enak buat dipandang.

Komentar