Jika saat bertandang ke markas PSV Eindhoven Manchester United menjadi korban come back lawan, laga pekan ke-6 MU di EPL memiliki jalan cerita sebaliknya. Bertamu ke St. Maryâs Stadium kandang Southampton, MU berhasil menang meski sempat tertinggal lebih dahulu.
Graziano Pelle membuka kran gol pada laga ini di menit ke-13. Namun kemudian MU mampu mencetak tiga gol balasan lewat gol Juan Mata yang melengkapi sepasang gol dari Anthony Martial. Gol kedua Pelle pada menit ke-86 menjadi gol terakhir pada laga ini yang membuat pertandingan berkesudahan dengan skor 2-3.
Sebenarnya Southampton tampil sangat baik pada awal laga dengan mampu terus menekan MU dan memiliki sejumlah peluang, namun hanya satu yang menjadi gol. Sementara setelah MU mencetak gol balasan, intensitas tekanan Southampton yang semakin berkurang berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh MU.
Susunan pemain Soton vs MU
Soton Menaklukkan Sisi Kiri MU
Jika melihat duel antara Southampton dan MU pada awal-awal pertandingan, kesebelasan tuan rumah tampak lebih dominan. Bukan soal penguasaan bola karena pada kenyataannya MU lebih banyak menguasai bola, melainkan jumlah percobaan tendangan ke gawang Soton lebih banyak dibanding MU.
Pada 30 menit pertama, Soton berhasil melepaskan delapan tembakan dengan tiga on target dan satu membentur mistar gawang. Sementara MU, kala itu baru melepaskan dua tembakan saja, yang mana keduanya jauh dari sasaran.
MU lebih sering menguasai bola karena seperti kebingungan untuk mengalirkan serangan, hanya mengoper-oper pendek di tengah ataupun di belakang. Soton sepertinya mengetahui bahwa MU akan selalu menyerang melalui sisi sebelah kiri.
Hal tersebut memang terbukti di atas lapangan. Penempatan Daley Blind sebagai bek tengah karena ia memiliki visi yang baik untuk memulai serangan. Bersama Marcos Rojo yang mengisi pos bek kiri karena cederanya Luke Shaw, keduanya ingin sesegera mungkin mengalirkan bola pada Memphis Depay, winger kiri.
Soton sendiri seolah sudah siap menghadapi skema seperti ini. Maya Yoshida yang ditempatkan pada pos bek sayap kanan, tak terlalu rajin membantu lini penyerangan. Sementara Victor Wanyama menjadi penetralisir serangan MU dengan stabil menjaga area depan kotak penalti. Kebiasaan Depay yang kerap melakukan cutting inside pun terbaca oleh Yoshida dan Wanyama.
Intersep (kiri) dan tekel Soton pada babak pertama
Pada gambar di atas terlihat bahwa sisi kanan Soton hampir selalu berhasil meredam serangan sisi kiri MU. Hanya dua kali gagal dihentikan. Satu berbuah pelanggaran Wanyama pada Depay, satu lagi keberhasilan Martial (bukan Depay) melewati Wanyama.
Aliran serangan MU memang seperti itu pada laga ini. Jika pun bola digulirkan pada Chris Smalling dari David de Gea, bola pada akhirnya akan dioperkan pada Blind dan Rojo. Menurut data yang dikumpulkan statszone saja kombinasi operan terbanyak adalah Smalling pada Blind dengan 18 kali dan Blind pada Rojo dengan 15 kali.
Namun dengan terlalu mengandalkan Blind dan Rojo menjadi boomerang tersendiri bagi MU. Saat bola dioperkan pada Blind, maka Rojo yang berada di sisi lapangan akan naik mencari ruang untuk menerima bola. Naiknya Rojo yang sering mendekati Depay membuat sisi kiri lebih sering memiliki celah yang bisa dimanfaatkan Soton.
Soton pun akhirnya memilih untuk menyerang lewat sisi tersebut. Bahkan Graziano Pelle yang bermain sebagai target men tampak diinstruksikan untuk lebih melebar dalam bermain. Jika di tengah menjadi tembok, di sayap ia pun diharuskan mengirimkan umpan silang.
Heatmap pergerakan dan posisi Pelle pada babak pertama yang juga sering berada di sisi kiri MU saat menguasai Bola
Pergerakan Pelle dan Sadio Mane( yang bermain gelandang) hampir serupa. Keduanya tak hanya konstan bergerak pada posnya masing-masing. Inilah yang terjadi pada gol pertama Pelle di mana saat itu, ia berada di belakang Mane meski secara posisi Pelle harusnya berada di depan Mane.
Proses sebelum terjadinya gol pertama Pelle
Meskipun begitu, Soton kurang bisa memanfaatkan momentum pada awal-awal laga ini. Setelah gol Pelle tercipta, serangan demi serangan Soton kerap buntu. Memang, De Gea tampil bagus (sepanjang pertandigan) dan Pelle nyaris menggandakan keunggulan andai tendangannya tak membentur mistar gawang. Tapi kesalahannya adalah, setelah MU menyamakan keunggulan lewat kaki Martial (yang memanfaatkan blunder Yoshida), pressing Soton mulai dikendurkan. Inilah yang dimanfaatkan MU pada babak kedua.
Cara Van Gaal Mengakali Buntunya Serangan MU
Meski berhasil menyamakan kedudukan setelah tertinggal dari gol Pelle, secara keseluruhan permainan MU tak terlalu lebih baik dari Soton. Gol penyama kedudukan pun sebenarnya terbilang beruntung karena bukan dari skema serangan yang dibangun MU ditambah posisi Juan Mata saat menerima bola dari Morgan Schneiderlin sebenarnya off side.
Namun Mata memang menjadi tokoh protagonis MU pada laga ini. Tak hanya pada gol tersebut, yang membuat panik lini pertahanan Soton, tapi sepanjang babak kedua laga seolah menjadi miliknya.
Adalah sang manajer, Louis van Gaal yang berhasil melakukan perubahan pada babak kedua. Masuknya Antonia Valencia yang menggantikan Mattia Darmian selepas turun minum merupakan salah satu faktor bagaimana Mata bermain superior pada babak kedua.
Untuk menggambarkan kehebatan Mata pada laga ini, atau pada babak dua khususnya, lebih dari kontribusinya yang berhasil mencetak gol atau berkontribusi pada gol pertama MU, melainkan bagaimana pemain yang dibeli dari Valencia (ralat: bekas pemain Valencia, dibeli Man United dari Chelsea) tersebut mampu memainkan peran sebagai wide playmaker dengan baik ketika Wayne Rooney (yang diplot sebagai gelandang serang) kurang berkontribusi. Pada babak dua, Mata mencatatkan 100% akurasi operan. Jika digabungkan dengan babak kedua, hanya dua dari 48 kali operan Mata yang gagal menemui sasaran.
Pada babak kedua, Mata tak berperan sebagai penyelesai akhir serangan dengan mengirimkan umpan silang ke kotak penalti pada Martial atau Depay seperti pada babak pertama. Kali ini, ia lebih sering mengalirkan bola pada Rooney, Schneiderlin, atau Carrick (Kemudian digantikan Schweinsteiger).
Adapun jika mengoper pada Depay di sisi berlainan, operan tersebut bukan operan yang harus disambut dengan tembakan ke gawang (assist yang berkemungkinan menjadi gol). Melainkan hanya mengalihkan aliran serangan dari kanan ke kiri.
Grafis operan Mata pada babak kedua
Maka pada dasarnya serangan MU tetap berpusat ke sisi sebelah kiri. Hanya saja aliran serangan tak berjalan satu jalur, dari sisi kiri (Blind-Rojo) ke Depay, melainkan dari Smalling-Valencia-Mata (di kanan), walaupun pada akhirnya tetap dikirimkan pada Depay.
Kombinasi operan Valencia pada Mata sendiri mencapai 15 kali. Jumlah ini merupakan terbanyak kedua, dan dilakukan hanya dalam tempo 45 menit saja. Darmian sendiri pada babak pertama lebih sering mengoper pada Smalling ataupun dua jangkar MU, Carrick-Schneiderlin (atau Schweinsteiger-Schneiderlin).
Pada gol ketiga MU yang diciptakan Mata, tercatat MU melakukan 44 operan sebelum terjadinya gol tersebut. Dan pada proses gol ini, terlihat beberapa kali kombinasi antara Valencia dan Mata. Sebelum mengirim bola ke sisi kiri, di mana Depay melakukan tembakan yang membentur mistar gawang, bola berada di kaki Valencia dan kemudian diberikan pada Mata.
Proses terjadinya gol ketiga MU, yang melibatkan Valencia dan Mata sebelum tendangan Depay
Kesimpulan
Sebelumnya disebutkan bahwa MU lemah dalam antisipasi umpan silang. Hal ini kembali terjadi menjelang akhir babak kedua usai di mana gol kedua Pelle kembali berawal dari umpan silang yang berasal dari sisi kiri pertahanan MU.
Van Gaal memang seolah bertaruh dengan memasang Blind sebagai bek tengah. Meski antisipasi umpan silang buruk, Blind menjadi bagian penting MU dalam membangun serangan. Blind sendiri mencatatkan 66 operan berhasil dari total 68 kali operan.
Van Gaal sebenarnya terbantu oleh penampilan gemilang De Gea. Kiper asal Spanyol tersebut tercatat melakukan delapan aksi penyelematan. Dan enam di antaranya merupakan peluang dari tembakan Soton yang berasal dari sundulan.
Ya, meski menang, Soton sebenarnya tampil bagus dan kerapkali mengancam gawang MU. Namun De Gea tampil lebih baik di mana ia menggagalkan serangan demi serangan Soton. Kegemilangan De Gea tersebut dilengkapi oleh skema serangan MU yang berhasil memanfaatkan Mata dengan baik sehingga mengantarkan kesebelasan berjuluk Setan Merah tersebut mencuri tiga poin di kandang Soton.
infografis: Squawka.com
sumber foto: theguardian.com
Komentar