Setelah dunia tersentak dengan Celta Vigo yang mengalahkan Barcelona dan Tottenham Hotspur yang menaklukkan Manchester City dengan skor sama-sama 4-1, Serie A Italia giornata ke-6 pun memberikan kejutan yang tak jauh berbeda. Berkunjung ke Stadion Giuseppe Meazza, Fiorentina menjungkalkan tuan rumah Internazionale Milan dengan skor serupa, 1-4.
Inter sejatinya cukup diunggulkan pada laga ini. Bukan hanya karena berstatus sebagai tuan rumah, tapi sebelum menghadapi kesebelasan berjuluk Viola ini, Inter sukses menyapu bersih lima laganya dengan kemenangan sehingga nangkring di puncak klasemen sementara Serie A.
Namun ternyata hal tersebut tak membuat skuat Fiorentina gentar. Skuat asuhan Paulo Sousa ini bahkan unggul cepat pada menit ke-3 lewat eksekusi penalti Josip Ilicic. Kemudian tiga gol Fiorentina lain diborong oleh penyerang asal Kroasia, Nikola Kalinic. Satu-satunya gol balasan Inter dicetak oleh top skorer Serie A musim 2014/2015, Mauro Icardi.
Hasil tersebut langsung melesatkan Fiorentina ke peringkat pertama Serie A menggeser Inter dengan poin sama. Selain unggul head-to-head, Fiorentina pun lebih produktif dibanding Inter (7-5) karena mencetak 11 gol dan hanya kebobolan empat gol.
Bertenggernya Fiorentina di peringkat pertama kali ini merupakan pencapaian yang cukup prestisus bagi Paulo Sousa. Karena berdasarkan data yang dikumpulkan kolunis SBNation, Nolan KB, terakhir kali kesebelasan yang berdiri pada 29 Agustus 1926 ini menempati peringkat pertama adalah pada musim 1998/1999.
Pada musim tersebut, Fiorentina memang memiliki  sejumlah pemain papan atas Serie A. Dimulai dari Francesco Toldo, Tomas Repka, Aldo Firicano, dan Moreno Torricelli, hingga Rui Costa serta bomber produktif asal Argentina, Gabriel Omar Batistuta atau sering dijuluki Batigol.
Batistuta (kanan) dan Rui Costa (tengah) saat bersama-sama membela Fiorentina
Hanya saja penampilan Fiorentina yang saat itu diasuh oleh Giovanni Trapattoni tampil tak konsisten, khususnya setelah Batistuta mengalami cedera. Sempat menjadi juara paruh musim, penampilan Fiorentina pada paruh musim kedua begitu mengecewakan. Hasil imbang dengan skor 0-0 pada pekan ke-22 melawan AS Roma membuat singgasana Serie A harus rela diserahkan pada Lazio yang menang 1-0 atas Inter Milan.
Pekan ke-22 pada musim 1998/1999 itulah menjadi pekan terakhir kalinya Fiorentina menempati puncak klasemen. Bahkan Fiorentina saat itu sempat memimpin selama 18 pekan walau pada akhirnya harus puas menempati peringkat ketiga, dengan AC Milan yang keluar sebagai juara, menyalip Lazio di dua pekan terakhir.
Meski pada musim berikutnya mendatangkan pemain macam Enrico Chiesa dan Predrag Mijatovic, Mr. Trap nyatanya gagal membuat Fiorentina kembali menjadi kandidat juara. Bahkan lebih dari itu, Fiorentina hanya berkutat di papan tengah hampir sepanjang musim. Peringkat ke-12 sebagai peringkat terendah, Fiorentina mengakhir musim menempati posisi ke-7.
Sejak saat itu Fiorentina memang tak pernah lagi bersaing di papan atas. Hengkangnya Batistuta, Abel Balbo, Jorge Heinrich, Aldo Firicano, dan Paul Okon secara bersamaan menjadi awal Fiorentina mulai sering berkutat di papan tengah setiap musimnya.
Jauh lebih buruk, Fiorentina dua kali nyaris terdegradasi. Pada musim 2001/2002, Fiorentina menempati peringkat ke-17, satu trip di atas zona degradasi. Posisi yang sama kembali ditempati Fiorentina pada akhir musim 2004/2005 meski ditangani pelatih legendaris Italia, Dino Zoff.
Cesare Prandelli pernah selama lima musim menangani Fiorentina sebelum ditunjuk melatih timnas Italia, yang kemudian digantikan Antonio Conte. Namun Vincenzo Montella-lah yang berhasil mempertahankan konsistensi Fiorentina dengan selama tiga musim selalu menempati posisi peringkat empat pada akhir musim.
Namun Fiorentina seharusnya bisa menempati peringkat yang lebih baik pada musim 2014/2015, dengan duo Milan yang tercecer di papan tengah. Hanya saja 10 kali hasil imbang dan 10 kekalahan menjadi catatan bahwa kemampuan Montella memang belum bisa mengangkat Fiorentina ke puncak klasemen, apalagi dengan konsistennya ketangguhan Juventus.
Hal itulah yang mungkin menjadi pertimbangan sang presiden klub, Diego Della Valle, untuk memberhentikannya dan menunjuk Paulo Sousa yang mengantarkan FC Basel menjuarai Liga Super Swiss musim 2014/2015. Sousa sendiri memiliki prestasi yang cukup bagus dalam lima tahun terakhr. Selain membawa juara Basel, juara liga pun pernah ia persembahkan untuk Videoton (kesebelasan Hungaria) pada 2011 dan Maccabi Tel Aviv (kesebelasan Israel) pada musim 2013-2014.
Well done, lads!
Lantas apakah Sousa bisa menambah trofi Serie A bagi Fiorentina yang sejauh ini baru didapatkan sebanyak dua kali? Bisa atau tidak, bertenggernya Fiorentina di peringkat pertama saat ini dengan catatan telah mengalahkan AC Milan dan Internazionale Milan menjadi pertanda bahwa Fiorentina di bawah asuhan Sousa bukanlah kesebelasan sembarangan.
foto: rtp.pt, pulledoffthehalftime.com, 101greatgoals.com
Komentar