Ketika undian fase grup Champions League 2015/16 selesai dilangsungkan, perhatian tertuju kepada Grup D. Grup neraka, katanya. Selain Juventus, finalis musim sebelumnya, Grup D juga berisi Manchester City yang memiliki pemain-pemain kelas satu dan juara bertahan Europa League, Sevilla. Selain ketiga kesebelasan tersebut, Grup D juga diisi Borussia Mönchengladbach, debutan Champions League yang tidak dapat dianggap remeh.
Tidak sedikit pihak yang berpendapat bahwa keberhasilan Borussia Mönchengladbach menduduki peringkat ketiga di Bundesliga musim lalu ada hubungannya dengan musim buruk yang dialami Borussia Dortmund selaku satu-satunya kesebelasan yang mampu mengganggu dominasi Bayern Munchen dalam enam musim terakhir. Terlemparnya Dortmund dari perburuan gelar juara membuat peta kekuatan Bundesliga berubah.
Peta kekuatan Bundesliga memang berubah, namun bukan berarti Mönchengladbach beruntung karenanya. Buktinya, Mönchengladbach mampu mengakhiri musim di peringkat yang lebih tinggi dari Bayer Leverkusen, kesebelasan spesialis runner-up. Sederhananya seperti ini: Mönchengladbach berada di papan atas karena kerja keras mereka sendiri. Mönchengladbach meraih keberhasilan lolos otomatis ke Champions League karena mereka memang pantas mendapatkannya.
Namun sementara sepanjang musim lalu Mönchengladbach berada di bagian atas roda kehidupan, musim ini mereka sedang berada di bawah; setidaknya selama lima pertandingan pertama Bundesliga dan pertandingan pertama mereka di Champions League. Dalam keenam pertandingan tersebut Mönchengladbach mengakhiri pertandingan dengan kedudukan yang berbeda-beda, namun dengan hasil yang selalu sama. Tidak menang, tidak pula Mönchengladbach meraih hasil imbang dalam keenam pertandingan tersebut. Mönchengladbach berada dalam kondisi yang sangat buruk.
Kondisi Mönchengladbach begitu buruk sehingga Ardy Nurhadi Shufi, salah satu penulis Pandit Football yang sempat mengkhawatirkan keselamatan Juventus di grup neraka, merasa sedikit lega. Tanpa Mönchengladbach, persaingan lolos dari Grup D hanya akan melibatkan Juventus, Sevilla, dan Manchester City. Dengan kondisi yang ada, Mönchengladbach hanya akan menjadi lumbung gol ketiga kesebelasan tersebut. Sevilla sudah merasakan kemudahan ketika mengalahkan Mönchengladbach tiga gol tanpa balas. Sial bagi Manchester City: mereka tidak akan mendapatkan kemudahan yang sama.
Setelah enam kekalahan dalam enam pertandingan pertama musim ini, Lucien Favre mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 September. Sebagi pengganti Favre, ditunjuklah André Schubert sebagai caretaker. Sejak ditangani Schubert, Mönchengladbach kembali ke jalur kemenangan. Dalam dua pertandingan pertamanya bersama Mönchengladbach, Schubert mengumpulkan enam angka
Kedatangan Schubert sebenarnya tidak membawa perubahan taktik berarti. Para pemain Mönchengladbach hanya terlihat lebih santai bersama Schubert ketimbang Favre. Granit Xhaka, yang selalu menjadi kapten kesebelasan sejak Schubert menduduki posisi pelatih kepala sementara, berkata: âBukannya kami lupa cara bermain sepakbola. Ia (Schubert) mengubah beberapa hal kecil, kebanyakan yang berhubungan dengan mental. Ia mengingatkan bahwa kami dapat membuat kesalahan dan dapat bermain dengan kepercayaan diri.â
Perubahan itu saja yang Schubert bawa ke Mönchengladbach. Karena sejauh ini semuanya terbukti berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin Schubert akan naik kelas menjadi pelatih kepala. Namun tampaknya itu belum akan terjadi dalam waktu dekat. Untuk saat ini, Mönchengladbach bersyukur untuk kembalinya rasa percaya diri. Dan dengan rasa percaya diri itu pula mereka akan menghadapi Manchester City.
Komentar