Manajer MK Dons, Karl Robinson, tak bisa menahan air matanya yang menggumpal saat menatap mata Dele Alli. Matanya berkaca-kaca. Terdapat rasa takut yang luar biasa besar akan kehilangan Alli. Robinson dan Alli telah bekerja sama selama empat tahun di kesebelasan berjuluk The Dons tersebut.
Kepindahan Alli ke Tottenhom Hotspur dengan nilai 4,6 juta poundsterling hanyalah klimaks dari sejumlah kekhawatrian Robinson pada setiap pembukaan bursa transfer. Akhirnya, Spurs beruntung mendatangkan Alli yang pembayarannya telah dilakukan sejak 2 Februari 2015 silam.
Alli masih berusia 18 tahun pada musim terakhirnya bersama MK Dons dan Robinson menganggapnya sebagai pemain masa depan Inggris yang akan bersinar serta memiliki pribadi yang penuh semangat. Maka dari itu manajer kelahiran 13 September 1980 ini tidak terlalu terkejut akan kesuksesan Alli walau transisi dari League One ke Liga Primer Inggris cukup jauh.
Pada musim ini pemain kelahiran Milton Keynes, Inggris, tersebut memang tampil menjanjikan sejauh ini bersama The Lily Whites, julukan Tottenham. Tidak kalah melejit dengan pemain baru The Lily Whites lainnya seperti Son Heung-Min.
Keputusan Alli pindah ke Tottenham cukup tepat karena ia tahu jika Mauricio Pochettino, Manajer Tottenham, selalu memberikan kesempatan kepada pemain muda dengan adil. Apalagi saat ini tenaga Alli dibutuhkan untuk menggantikan Nabil Bentaleb dan Ryan Mason yang masih berkutat dengan cedera.
Robinson yang menyaksikan aksinya ketika mengalahkan Manchester City pada Liga Primer Inggris 2015/2016 pekan ketujuh lalu itu menganggap jika permainan Alli lebih berkembang dalam dua tahun terakhir ini.
Dele Alli bersama Karl Robinson di MK Dons
Pada laga tersebut pemain kelahiran 11 April 1996 itu mampu mengimbangi permainan Yaya Toure, gelandang City. Duetnya dengan Eric Dier, gelandang bertahan, pada formasi 4-2-3-1 cukup kompak ketika membantu aksi defensif. Dier melakukan pekerjaan kotor yang mengancam pertahanan Tottenham sementara Alli seolah membersihkan bola kedua dari rekannya itu untuk membangun serangan cepat ke sepertiga akhir lawan.
Alli merupakan pemain dengan fisik yang kuat mengingat ia juga bisa bermain melebar atau beroperasi di peran nomor 10 belakang striker. Dirinya juga mampu membangun serangan efektif dari lini tengah sabagai deep-lying playmaker.
Manajer Kesebelasan Negara Inggris, Roy Hodgson, menyaksikan penampilan pemain 19 tahun tersebut dalam beberapa pertandingan terakhir Liga Primer Inggris. Bak gayung bersambut pada sisa dua pertandingan kualifikasi Euro 2016 The Three Lions, julukan Inggris, sudah dipastikan lolos sehingga Hodgson mengisyaratkan siap memberikan kesempatan untuk pemain muda menghadapi Estonia (10/10) dan Lithuania (13/10).
Tapi isyarat Hodgson rupanya ditepis Pochettino. Menurutnya Alli masih belum siap dan terlalu mudah untuk memperkuat kesebelasan senior negaranya, "Hati-hati dengan pemain mudah yang datang ke Liga Primer dan tampil bagus. Ini bukan hal mudah. Ia (Alli) akan matang. Ia punya karakter dan kepribadian yang baik. Tapi terlalu terburu-buru membicarakan dia untuk hal yang lebih besar," ujar Pochettino.
Dirinya mengkhawatirkan perilaku tempramental anak asuhnya itu bisa menghambat bakat untuk menuju puncak. Alli memang tergolong orang yang menyenangkan namun pada permainnya ia tidak kenal takut dan agresif. Lima kartu kuning sudah diterimanya dari berbagai ajang yang diikuti The Lily Whites.
Panggilan Delle Alli di Kala Kemerdekaan Nigeria
Alli mengatakan ia menanggapi panggilan skuat senior Inggris pertamanya membuat tidak mampu berkata apa-apa, "Aku terdiam. Ini merupakan awal yang sangat baik bagi saya di awal musim. Pada awal musim saya menetapkan target sendiri untuk mencoba menjadi andalan di U-21 (Inggris) dan mencoba untuk mendapatkan beberapa pengalaman di Liga Primer," akunya.
Tapi sementara itu Kesebelasan Negara Nigeria mesti gigit jari. Antara negara tersebut dengan Inggris memiliki cerita panjang dan bersejarah karena merupakan bagian wilayah dari penjajahan Imperium Britania sampai Nigeria mendapat kemerdekaannya pada 1 Okotber 1960.
Baca juga :Â Menilai Ryan Bertrand sebagai Bek Sayap Pilihan Inggris
Pada tanggal itulah seluruh rakyat Nigeria memperingati kemerdekaan, tapi pada 1 Oktober 2015 kemarin mereka juga kehilangan Alli sebagai pemain berdarah Afrika tersebut karena resmi memenuhi panggilan Inggris senior. Kendati pemain kelahiran 11 April 1996 itu sudah disarankan John Fashanu, mantan pemain Inggris berdarah Nigeria, untuk memperkuat kesebelasan berjuluk Super Eagles itu namun Alli terus memperkuat Inggris junior dan pada akhirnya memenuhi skuat senior era Hodgson.
Rupanya Hodgson pun benar-benar memberi kesempatan kepada Alli ketika melawan Estonia ia diturunkan pada menit ke-88 mengganti Ross Barkley sebagai double pivot mendampingi James Milner pada formasi 4-2-3-1. Tentunya tampil selama dua menit masih belum membuktikan kapasitas dari Alli sendiri, namun masih ada kesempatan baginya ketika menghadapi Lithuania pada laga berikutnya.
Kekhawatiran yang Akan Menguntungkan Pochettino Sendiri
Pochettino terus dibayangi ketakutan akan pemanggilan Alli karena terlalu terburu-buru bagi pemain seusianya. Dirinya berharap kepada Hodgson mampu melindungi aset masa depan Tottenham tersebut. Tapi rasa-rasanya manajer asal Argentina itu tidak perlu khawatir karena sebetulnya pemanggilan kepada pemain bernomor punggung 20 itu bisa menambah pengalamanya sendiri.
Bahkan Theo Walcott, pemain dari kesebelasan rival, pun bersedia membimbing Alli walau dalam ranah Liga Primer Inggris berseberangan. Begitu juga Joe Hart bisa menularkan ketenangan tampil di kancah Internasional.
Alli mendapatkan segudang pengalaman dari pemain berkualitas lain dalam usianya yang baru 19 tahun, walau alasan lain pemanggilannya adalah karena cederanya Jack Wilshere, gelandang Arsenal.
Di sisi lain apakah pemanggilan Alli merupakan risiko tersendiri bagi permainan Hodgson? Tentu saja tidak. Pasalnya The Three Lions sudah dipastikan lolos ke Euro 2016 sehingga tidak ada salahnya bagi mantan Manajer Fulham tersebut menguji para wajah baru dengan usia yang masih segar. Sehingga kekhawatiran Pochettino bisa berbalas dengan lebih bermanfaat bagi Tottenham.
Kendati pemanggilan dirinya terlalu terburu-buru namun sebaiknya Pochettino tidak perlu khawatir berlebihan mengingat jam terbangnya sendiri toh akan lebih bermanfaat bagi Tottenham, apalagi mengingat jika karirnya sebagai pesepakbola masih sangatlah panjang.
Jamie Carragher, pengamat sepakbola Inggris, juga memiliki harapan lebih bagi Alli. Menurutnya opsi yang dilakukan Hodgson kepada Inggris mampu meningkatkan spirit para pemain muda The Three Lions, "Tidak pernah mudah untuk mendapatkan panggilan Inggris. Jika ada yang meragukan itu, skuat terbaru Roy Hodgson terbukti seberapa cepa membuat pemain muda meningkat," ujarnya.
Terkadang Hodgson melakukan keisengan tersendiri bagi skuat Inggris besutannya. Seperti gelagatnya memanggil Luke Shaw, full-back Manchester United, ketika Piala Dunia 2014 dalam usia 18 tahun. Mungkin itu yang dikhawatirkan Pochettino jika Alli diberikan beban mental begitu berat dalam kancah internasional. Tapi lagi-lagi mesti dikatakan bahwa manfaat bagi mantan Manajer Southampton kepada anak asuhnya itu bukan hanya pengalaman, namun nilai jual mahal bagi pemain Inggris yang sudah pastinya berstatus home-grown.
Komentar