Tanpa Neymar, Timnas Brasil bisa apa?
Ungkapan itu tampaknya akan semakin nyaring didengungkan setelah kekalahan Brasil atas Cile pada laga pertama babak kualifikasi Piala Dunia 2018 dengan skor 2-0. Pada laga tersebut, Brasil bermain tanpa sang kapten, Neymar da Silva Santos Junior, yang absen karena hukuman empat pertandingan setelah insiden menghadapi Kolombia di Copa America 2015.
Kekalahan atas Cile itu melengkapi hasil negatif Brasil tanpa Neymar di Copa America. Meski sempat menjungkalkan Venezuela, kesebelasan berjuluk Selecao ini tersisih setelah kalah dari Paraguay pada babak perempat final lewat adu penalti.
Jika ditarik lebih jauh lagi, kegagalan Brasil di Piala Dunia 2014 pun bisa jadi karena mereka harus bermain tanpa Neymar yang kala itu mengalami cedera saat menghadapi Kolombia di perempat final. Setelah mendapati Neymar cedera, Brasil digasak Jerman dengan skor telak 1-7 oleh Jerman pada semi-final dan ditumbangkan dengan skor 0-3 oleh Belanda pada perebutan tempat ketiga.
Di tempat lain, pelatih timnas Brasil saat ini, Carlos Dunga, tak memungkiri bahwa skuatnya memang membutuhkan Neymar. Pelatih yang juga merupakan legenda Brasil yang berposisi gelandang itu menganggap Neymar merupakan pemain terpenting dalam skuat.
âKami ingin selalu memiliki Neymar, tapi itu tidak mungkin,â ujar Dunga seperti yang diungkapkannya saat mengumumkan pemain-pemain Brasil untuk dua laga internasional pada Oktober ini, âKami harus fokus pada pemain yang ada bersama kami saat ini.â
Betapa pentingnya Neymar dalam skuat Brasil semakin terihat dari sepanjang kiprahnya sejak menjalani debut timnas pada 10 Agustus 2010 menghadapi Amerika Serikat. Hingga saat ini, penyerang andalan Barcelona tersebut telah mencatatkan 67 laga dengan 46 gol.
Dari ke-67 laga tersebut, sebanyak 16 pertandingannya merupakan pertandingan penting seperti Piala Konfederasi, Piala Dunia, dan Copa America. Dalam 16 pertandingan itu, 11 gol dicatatkan oleh eks penyerang Santos ini.
Neymar pun memang mencetak gol-gol penting bagi Brasil. Beberapa di antaranya adalah seperti dua golnya saat mengalahkan Ekuador 4-2 di Copa America 2011, empat golnya di Piala Konfederasi 2013 yang mengantarkan Brasil menjadi juara, serta dua golnya saat menumbangkan Kroasia dengan skor 3-1 pada laga pembuka Piala Dunia 2014.
Sementara itu, setelah Piala Dunia berakhir, 12 kemenangan diraih Brasil dari 12 laga. Pada ke-12 laga tersebut, Neymar hanya sekali absen, saat menghadapi Meksiko. Sisanya, atau pada 11 uji tanding sebelum menjalani kualifikasi Piala Dunia 2018, Neymar selalu bermain bahkan mencetak 10 gol.
Lawan-lawannya pun bukan kesebelasan sembarangan. Terdapat Prancis (3-1) dan Argentina (2-0) yang berhasil ditumbangkan Brasil bersama Neymar pada uji tanding tersebut. Cile yang juga menjadi lawan uji tanding pada Maret lalu, berhasil dikalahkan dengan skor 1-0.
Anehnya, Dunga seolah memang tidak mempersiapkan Brasil tanpa Neymar. Selain hanya memarkir penyerang kelahiran 5 Februari 1992 tersebut saat melawan Meksiko, itupun karena pertandingannya digelar sehari setelah final Liga Champions di mana Neymar turut bermain bersama Barcelona, Neymar hanya masuk sebagai pengganti sebanyak dua kali dari 11 laga uji tanding. Bahkan setelah Neymar bersama Barca mengalahkan Juventus laga final tersebut, Neymar langsung terbang ke Brasil untuk bermain satu babak saat menghadapi Honduras lima hari kemudian.
Kebergantungan terhadap Neymar ini terjadi mungkin karena inkonsistensi penyerang-penyerang Brasil lainnya. Setelah gagal memaksimalkan Fred pada Piala Dunia 2014, penyerang-penyerang seperti Robinho, Luiz Adriano, Robinho, Hulk, Leandro Damiao dan Diego Tardelli tak begitu produktif.
baca juga: Kebergantungan Sepakbola Brasil Pada Neymar Seorang
Bahkan pada babak kualifikasi Piala Dunia ini, Dunga mencoba kembali Ricardo Olivieira, penyerang Santos yang juga pernah  membela AC Milan. Meski Oliviera cukup produktif di Liga Brasil saat ini dengan mencetak 17 gol dari 27 pertandingan, tapi dengan usianya yang telah mencapai 35 tahun, hal ini bisa menjadi indikasi bahwa regenerasi lini depan Brasil tak berjalan dengan baik.
Penyerang-penyerang Brasil saat ini memang kurang mendapatkan tempat di kesebelasan Eropa. Selain Neymar (Barcelona) dan Luiz Adriano yang musim ini baru bergabung dengan AC Milan, tak ada penyerang Brasil yang bermain di kesebelasan top Eropa. Adapun Roberto Firminho yang juga kerap dipasang sebagai penyerang, posisi naturalnya merupakan gelandang serang.
Hulk kini membela kesebelasan asal Rusia, Zenith St. Petersburg. Robinho dan Tardelli, memperkuat kesebelasan Tiongkok, Guangzhou Evergrande dan Shandong Luneng. Sedangkan Damiao, merupakan pemain Santos yang dipinjamkan ke Cruzeiro. Penyerang Brasil yang mungkin akan dipanggil dalam waktu dekat karena performanya mungkin  Jonas Goncalves, yang mencetak 27 gol dari 33 penampilannya bersama Benfica.
Jika berkaca pada 10 tahun yang lalu, di mana saat itu Cile ditumbangkan oleh Brasil dengan skor 5-0 pada babak kualifikasi Piala Dunia 2006, Brasil memiliki penyerang-penyerang yang bermain di kesebelasan top Eropa. Saat itu, Brasil menurunkan Adriano Leite yang masih bermain di Internazionale Milan, Ronaldo da Lima dan Robinho (ralat) yang merupakan bomber andalan Real Madrid, di mana Adriano mencetak tiga gol dan Robinho menyumbang satu gol.
Tapi secara keseluruhan, kualitas Brasil saat ini dan Brasil 10 tahun lalu memang cukup timpang. Jika saat ini penjaga gawang dihuni oleh kiper Botafogo, Jefferson, 10 tahun lalu masih terdapat Nelson Dida, penjaga gawang AC Milan. Di lini tengah jika saat itu masih diisi oleh Ricardo Kaka, Emerson dan Ze Roberto (tanpa Ronaldinho kala itu), saat ini dihuni oleh Oscar, Luiz Gustavo dan Elias.
Mungkin hanya lini pertahanan yang kualitasnya tetap terjaga. Backfour yang 10 tahun lalu diisi Roberto Carlos, Lucio, Juan, dan Marcos Cafu, diwarisi oleh Daniel Alves, Marcelo, David Luiz dan Miranda (menggantikan Thiago Silva yang tak dipanggil karena dianggap sebagai biang kegagalan Brasil di Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015) pada laga kali ini.
Tapi meskipun begitu, kualitas Brasil secara menyuluruh memang bisa dibilang menurun jika dibandingkan 10 tahun yang lalu. Di lini depan, praktis hanya Neymar (di samping segala tindak-tanduknya) yang layak disandingkan dengan Ronaldo, Adriano, dan Robinho muda. Hal inilah yang mungkin menjadi alasan mengapa Brasil saat ini begitu menaruh harapan besar pada seorang Neymar.
foto: fourfourtwo.com
Komentar