Berita duka datang dari dunia sepakbola nasional. Ali Khaddafi, gelandang asing yang malang melintang di sejumlah kesebelasan divisi teratas Indonesia, meninggal dunia karena gangguan paru-paru pada Senin, 19 Oktober lalu, di kampung halamannya, Lome (Togo).
Berita duka ini cepat menyebar di media sosial setelah satu per satu pemain di Indonesia yang pernah menjadi rekan setimnya mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya pemain berusia 31 tahun tersebut.
âKami di PSM mengucapkan turut berduka cita atas meninggalnya Ali Khaddafi,â ucap Syamsul Chaeruddin, seperti yang dilansir Kompas Makassar. âKami doakan semoga amal ibadahnya diterima di sisi-Nya.â
PSM Makassar sendiri menjadi kesebelasan di mana Ali Khaddafi memulai kariernya di Indonesia. Bergabung pada 2007, Khaddafi kemudian membela kesebelasan berjuluk Juku Eja tersebut selama dua musim dengan mencatatkan 58 penampilan dan delapan gol.
Ali Khaddafi meski tak begitu familiar di Indonesia seperti gelandang asing lainnya macam Gustavo Lopez, Miljan Radovic, Lorenzo Cabanas, atau Zah Rahan, kepiawaiannya dalam mengawal lini tengah dibutuhkan banyak kesebelasan Indonesia. Setelah membela PSM, tercatat pemain yang memiliki 28 caps timnas Togo ini pernah merumput bersama PKT Bontang, PSPS Pekanbaru, Sriwijaya FC, Persepam Madura, hingga terakhir Perseru Serui.
Sebelum memutuskan pulang ke Togo karena kompetisi di Indonesia terhenti, sebenarnya Ali Khaddafi sempat ditawari bergabung dengan Pusamania Borneo FC Â untuk Piala Presiden oleh sang presiden klub, Nabil Husein. Namun karena perihal administrasi, Ali Khaddafi tak bisa bergabung dengan PBFC.
âAwalnya saya sempat mengajak dia bergabung dengan PBFC untuk mengikuti Piala Presiden,â tutur Nabil seperti yang dilansir Goal. âTapi tidak bisa karena ketentan turnamen yang tidak bisa dipenuhi.â
Nabil pun menambahkan, pada pertemuannya dengan Ali Khaddafi saat itu pun sang pemain mengatakan dalam kondisi tak baik. âMemang 1,5 bulan lalu dia sempat cerita ke saya, saat itu kondisinya kurang sehat.â
Kabar tutup usianya Ali Khaddafi memang cukup mengejutkan dan membuat banyak pihak merasa kehilangan atas kepergiannya. Hal ini dikarenakan sosok Ali Khaddafi yang merupakan muslim ini tak banyak tingkah baik di dalam maupun di luar lapangan.
Sebagai pemain box-to-box midfielder, Ali Khaddafi memang kerap terlibat kontak fisik dengan pemain-pemain lawan. Namun ia tak pernah terpancing emosi bahkan selalu bersikap fair play. Menurut data yang dikumpulkan soccerway, hanya sekali Ali Khaddafi mendapatkan kartu merah.
Pada 2012, pemain yang pernah menjadi rekan setim Emmanuel Adebayor di OC Agaza (Togo) pada 1998-1999 ini berhasil mengantarkan Sriwijaya FC menjuarai Inter Island Cup. Dan dengan wafatnya Ali Khaddafi, trofi itu menjadi satu-satunya trofi yang bisa ia torehkan selama berkarier di Indonesia.
foto: instagram/ali.khaddafi
Komentar