Akhir pekan kemarin, tiga derby di Liga Primer Inggris menghadirkan daya bising yang begitu besar di stadion. Salah satunya adalah Derby Tyne-Wear antara Sunderland menghadapi Newcastle United di Stadium of Light.
Derby Tyne-Wear merupakan salah satu derby yang memiliki tensi panas terutama antar pendukung dua kesebelasan. Kemenangan 3-0 Sunderland atas Newcastle pada Minggu (25/10) petang kemarin, memberikan dampak yang besar bagi tim. Suporter bersorak gembira karena kemenangan tersebut membawa Sunderland berada di atas Newcastle United dari peringkat sementara Liga Inggris. Padahal, kemenangan tersebut tetap tak membawa Sunderland lepas dari jurang degradasi.
Jalannya Pertandingan
Newcastle mengawali pertandingan dengan melakukan inisiatif serangan. Hingga 45 menit, Newcastle melepaskan 12 tembakan, berbanding dua tembakan yang dilakukan Sunderland. Babak pertama sepertinya akan berakhir imbang 0-0 hingga Fabricio Coloccini melanggar Steven Fletcher di dalam kotak penalti. Pelanggaran ini berakibat negatif bagi Newcastle karena selain tendangan penalti, Coloccini pun diusir wasit.
Adam Johnson menyelesaikan tugasnya dan mencetak gol pembuka Sunderland. Pada menit ke-65, Sunderland mendapatkan tendangan sudut. Yann MâVila melepaskan tendangan voli yang disambar Billy Jones di depan gawang. Sunderland pun unggul 2-0.
Usai gol tersebut, Newacastle tak melepaskan tekanan. Dalam interval 20 menit, dari menit ke-70 hingga pertandingan berakhir, The Magpies melepaskan tujuh tendangan berbanding dua tendangan yang dilepaskan Sunderland.
Pada menit ke-86, The Black Cats kembali menambah keunggulan. Lewat serangan balik, Younes Kaboul mengirimkan umpan menyilang, yang dikonversi lewat tendangan voli oleh Fletcher. Sunderland pun menutup pertandingan dengan kemenangan 3-0.
Memberi Kepercayaan diri Sam Allardyce
Kemenangan atas Newcastle United memberi kepercayaan diri yang besar buat The Black Cats. Serangkaian hasil buruk pada awal musim membuat Dick Advocaat memutuskan untuk mundur sebagai manajer. Hal tersebut membuat Sunderland sempat kelimpungan mencari pengganti.
Lalu hadirlah Sam Allardyce yang memberi angin segar buat Sunderland. Dengan segala pengalaman kepelatihannya, Allardyce dianggap mumpuni untuk melatih kesebelasan yang didirikan pada 1879 ini.
âIni merupakan sebuah pencapaian mengingat terpuruknya kami saat ini, menghadapi rival dengan tekanan ekstra karena mencatatkan lima kemenangan dari lima derbies,â tutur Allardyce dikutip BBC, âSemua orang telah melakukan tugasnya dengan baik. Para pemain di lapangan dan saya yang memberi mereka arahan secara taktik. Kami memiliki keberuntungan untuk gol pertama dan kami memanfaatkannya.â
Sepanjang membesut Sunderland, Allardyce telah melakoni dua pertandingan. Pada pertandingan pertama, 17 Oktober silam, Steven Fletcher dan kolega kalah 0-1 saat tandang ke West Bromwich Albion. Hasil atas Newcastle menjadikannya sebagai kemenangan pertama Allardyce.
âIni adalah kemenangan besar dan kami berharap hal yang sama pada pekan depan. Kami harap ini adalah awal dari kami untuk keluar dari masalah,â tutur Allardyce.
Salah satu hal yang mesti diubah oleh Allardyce adalah skema serangan. Saat ini, pencetak gol terbanyak Sunderland adalah Steven Fletcher yang mencetak tiga gol dari empat pertandingan sebagai pemain inti, dan lima pertandingan saat ia memulainya dari bangku cadangan.
Pertandingan menghadapi Newcastle menjadi bukti kalau Sunderland memiliki potensi untuk melancarkan serangan balik. Konversi peluang dan gol Sunderland pun cukup baik: dari sembilan tendangan, mereka mencetak tiga gol atau rasionya 1:3.
Pun di lini belakang. Pertahanan Sunderland tidak bisa dibilang baik. Mereka kebobolan 19 gol atau yang terbanyak setelah Newcastle (22 gol), Bornemouth (22 gol), dan Norwich (21 gol). Keberhasilan Sunderlan menjaga gawangnya tak kebobolan dari pertandingan semalam menjadi catatan tersendiri. Ini bukan karena pertahanan mereka yang rapat, tetapi karena penampilan gemilang kiper Costel Pantilimon. Situs Whoscored pun memberikan nilai 8,6 dan menjadikannya sebagai yang terbaik dalam pertandingan tersebut.
Menghukum Dia yang Berkhianat
Sepanjang gelaran Derby Tyne-Wear, terdapat 61 pemain yang pindah kostum baik dari Sunderland ke Newcastle, maupun sebaliknya. Musim ini yang terlibat di dalamnya adalah Jack Colback. Pemain kelahiran 24 Oktober 1989 tersebut dibesarkan oleh Sunderland dan mengawali kariernya di tim junior Sunderland. Colback pun sempat dilabeli sebagai gelandang masa depan Inggris.
Musim lalu, Colback tak berkutik karena tak bisa membantu Newcastle menang atas Sunderland, baik di St James Park maupun di Stadium of Light. Musim ini pun demikian. Colback bahkan harus ditarik pada menit ke-49 serta dihadiahi kartu kuning oleh wasit.
Colback sempat membuat sakit hati manajemen Sunderland. Pada musim 2013/2014, Manajer Sunderland kala itu, Paolo Di Canio memintanya untuk mempertimbangkan masa depannya dengan memperpanjang kontrak karena kontraknya akan habis pada akhir musim. Pembicaraan kontrak sempat dilakukan beberapa kali; pada November, Februari, dan April. Pada bulan terakhir itu pula lah Colback dikabarkan menolak kontraknya dengan klub yang membuatnya berstatus bebas transfer.
Bagi klub, sebuah kehilangan besar kehilangan gelandang yang telah menghabiskan lebih dari separuh hidupnya di Sunderland. Apabila menghitung kerugian secara material, Sunderland jelas rugi karena Colback pergi tanpa uang kompensasi.
Penggemar Sunderland kesal; pun dengan sang kapten, John O'Shea yang musim lalu menolak berjabat tangan dengan Colback. Wajar kalau penggemar Sunderland di Stadium of Light begitu bergemuruh meluapkan rasa suka citanya atas kemenangan tersebut. Balas dendam itu menyenangkan, bukan?
foto: sportinglife.com
Komentar