Sepakbola mengenal istilah banter sejak lama, kehadiran media sosial membuatnya lebih ramai diperbincangkan. Banter berasal dari Bahasa Inggris yang artinya olok-olok, kegiatan yang biasa dilakukan adalah saling mengejek di antara para pendukung kesebelasan.
Olok-olok ini bisa terjadi di mana saja mulai dari sekolah, tempat kerja, hingga warung kopi. Hal yang memang sulit dihindari, sesulit terhindar dari minat menonton pertandingan olahraga. Menonton sepakbola dan banter tidak mungkin dipisahkan, yang mungkin bisa dilakukan hanyalah mengatur batasnya.
Bisa jadi kita selama ini melakukan banter tanpa sengaja. Misalkan menyoraki lawan yang gagal menyelesaikan peluang terbuka dan memang tidak dilarang. Namun di lain kesempatan kita tak boleh menyoraki lawan ketika lagu kebangsaan sedang dikumandangkan. Di sinilah kemudian batas-batas banter tersebut mulai terlihat.
Penulis sepakbola Brian Phillips mengatakan salah satu alasan seseorang mengikuti pertandingan olahraga adalah karena mampu mensimulasikan pengalaman konflik. Kebanggaan, marah, hingga putus asa bisa terjadi saat kita menonton sebuah pertandingan. Sesuatu yang terkadang tidak ada di kehidupan nyata kita sebenarnnya.
Seseorang bisa merasa menjadi pemenang dan bangga walaupun sedang dilanda masalah di kehidupannya hanya karena tim jagoannya sedang menang. Mendukung sebuah kesebelasan juga membuat kita merasa haus dengan kemenangan. Bahkan disadari atau tidak, mendukung sebuah kesebelasan akan membuat kita selalu ingin lebih unggul dari yang lainnya.
Kegiatan saling ejek di antara pendukung sepakbola juga tak mengenal jarak. Maka jangan heran ketika beberapa waktu lalu ada berita tawuran antar pendukung dua klub Eropa di sebuah nonton bareng di Indonesia. Rasa emosinya bisa jadi sama dengan apa yang ada di stadion, menonton pertandingan yang sama, dan juga dihadiri oleh kedua suporter.
Atas alasan apapun, tawuran tetap tak bisa dibenarkan apalagi sampai jatuh korban. Karena melibatkan emosi, hal-hal seperti ini memang kerap bersinggungan dengan olok-olok antar suporter. Juga rawan dijadikan alat pemicu sebuah konflik, tujuan banter yang awalnya menjadi bagian menyenangkan menonton sepakbola menjadi berubah fungsi.
Di forum online Kaskus, ada sebuah thread berjudul "Spectre". Hanya di thread tersebut seseorang bisa bebas �"menyerang�" kesebelasan rival. Tujuannya menurut sang moderator adalah agar tidak ada orang yang sengaja masuk ke komunitas lain dan merusuh.
Meski terlihat mengerikan karena seseorang dibebaskan mengolok bahkan cenderung menghina klub lain, aturannya sangat ketat. Seperti dilarang menyerang secara personal atau ke kelompok, menyinggung SARA, bahkan double agent. Double agent adalah istilah untuk orang yang membela beberapa klub sekaligus dalam satu liga. Hal ini untuk menghindari orang-orang yang sengaja datang hanya untuk memaki-maki tanpa tujuan jelas.
"Spectre" ini sudah ada sejak tahun 2005, di sini juga istilah-istilah yang selama ini kita baca di media sosial sebagian besar berasal. Contohnya kalimat `masuk gua (untuk bersembunyi)` yang ditujukan untuk para penggemar yang timnya baru saja kalah secara memalukan. Juga penggantian nama klub yang dibubuhi angka berdasarkan skor. Che1s3a misalnya yang baru saja kalah dengan skor 1-3 dari Liverpool.
Pada praktiknya memang tidak semua orang sepakat dengan adanya banter di sepakbola. Beberapa beranggapan agar lebih baik fokus mendukung tim pujaannya ketimbang menghabiskan energi mengolok sang rival. Walaupun saya tidak yakin mereka yang berbicara seperti itu tidak merasa senang jika rivalnya sedang kalah atau mengalami kegagalan.
Sepakbola sendiri tidak selamanya mendukung adanya permusuhan meski dilakukan dengan batas-batas tertentu. Beberapa orang bisa jadi tertawa ketika kejadian Gerrard terpeleset saat menghadapi Chelsea beberapa musim lalu. Namun mereka tentu tak bisa tertawa bahkan akan memberi hormat ketika melihat Gerrard memimpin timnya melakukan comeback luar biasa di Istanbul pada 2005.
Setujukah kalian dgn "banter" / olok-olokan antar fans di sepakbola? https://twitter.com/hashtag/poll?src=hash"
>#pollÃâ PanditFootball.com (@panditfootball) https://twitter.com/panditfootball/status/661165683045109760">November 2, 2015
Juga pendukung Real Madrid yang jelas merupakan rival dari Barcelona memuji dan menghormati seorang sosok bernama Ronaldinho. Banter yang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari sepakbola seharusnya bisa jadi sesuatu yang menyenangkan, menjadi humor hingga menertawakan diri sendiri.
Kita tidak perlu tahu atau mengungkit suporter lawan berasal dari mana, beragama apa, bahkan lulusan mana jika ingin melakukan banter. Jika sampai terjadi kita patut bertanya tujuannya melakukan banter, atas alasan sepakbola atau memang ada masalah pribadi. Banter juga sebenarnya tidak bisa dilakukan dengan asal benci semua kesebelasan, karena biasanya ini membuat guyonan menjadi "garing".
Paling mengerikan adalah jika kebebasan berpendapat yang sudah ditawarkan oleh sepakbola selama ini berubah menjadi hate speech. Ujaran kebencian terhadap golongan tertentu menggunakan jalur bernama sepakbola. Hate speech ini memang sedang ramai diperbincangkan menyusul Surat Edaran (SE) No. SE/6/X/2015 dari Kapolri.
Dikutip dari Rappler: Ujaran kebencian adalah tindak pidana yang berbentuk, penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, perbuatan tidak menyenangkan, memprovokasi, menghasut, penyebaran berita bohong, dan semua tindakan di atas memiliki tujuan atau bisa berdampak pada tindak diskriminasi, kekerasan, penghilangan nyawa, dan atau konflik sosial.
Aspeknya meliputi suku, agama, aliran keagamaan, keyakinan dan kepercayaan, ras, antar golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel, dan orientasi seksual.
Karena ujaran kebencian terhadap golongan tertentu beratas namakan kritik di media sosial semakin lama semakin sering kita lihat di negeri ini. Bukan tidak mungkin di kemudian hari ujaran kebencian memanfaatkan kebebasan banter tersebut terjadi di sepakbola dan menimbulkan korban jiwa.
Komentar