Sepuluh November enam tahun yang lalu, tepat di Hari Selasa, tempat latihan Hannover 96 terlihat agak lengang. Hari itu, para pemain diliburkan dari kegiaran rutin yang biasa mereka lakukan karena akan menyambut jeda internasional.
Begitupun dengan Robert Enke yang saat itu tidak dipanggil oleh kesebelasan negara Jerman. Ia meliburkan diri dan menyempatkan menyetir mobil Mercedes 4X4 nya untuk sekadar berkeliling kota.
Namun entah apa yang terbesit dalam pikiran Enke ketika berhenti di persimpangan jalan antara rel kereta api ekspress dan jalan raya di dekat rumahnya di kawasan Neustadt am Rubenberge. Mobil yang ia kendarai itu ia berhentikan di tengah rel dan seakan menunggu kereta lewat dari arah Hamburg menuju Bremen untuk menghantamnya. Benar saja, ketika kereta tersebut lewat, ia memasrahkan diri.
Ketika mobilnya terseret cukup jauh, jasad Enke terlempar tak jauh dari posisi mobilnya. Diduga, mobil yang ia kendarai tersebut sengaja tak dikunci bahkan dompet miliknya tergeletak di atas jok mobil. Laporan polisi menyebutkan bahwa pengakuan dari masinis kereta tersebut bahwa ia awalnya hanya melihat ada orang beserta mobil di lintasan kereta. Namun, upaya pengereman yang masinis coba untuk menghentikan laju kereta menjadi sia-sia karena kereta melaju dengan kecepatan 100 mh dan tak mungkin berhenti tepat pada waktunya.
Hannover gempar. Kabar bunuh diri dari salah satu pemain di skuatnya tersebut menjadi topik utama di hari itu. Apalagi setelah dikabarkan bahwa Enke meninggalkan surat bunuh diri yang ditujukan kepada keluarga, rekan setim, dan stafnya di Hannover. Ia meminta maaf kepada semua orang yang telah mencoba membuat dirinya lebih baik.
âHal ini perlu dilakukan untuk melaksanakan rencana bunuh diri,â ujar Enke dalam tulisan mautnya tersebut seperti yang dikutip dari laman Daily Mail.
Enke yang diduga memiliki penyakit depresi pasca kematian buah hatinya pada 2006 ini semakin diperparah dengan tekanan yang datang sepanjang ia melakukan tugasnya sebagai penjaga gawang.
Baca juga:
Ronald Reng, sahabat dekat dari Enke tak ragu menyebutkan bahwa karir Enke saat berseragam FC Barcelona pada 2002 lalu adalah salah satu awal mula penyebab mengapa Enke begitu depresi. Sebagai kiper asing dari Jerman yang didatangkan dari kesebelasan Benfica, Enke merasa terkucilkan karena mayoritas skuat Barcelona saat itu didominasi oleh orang Belanda termasuk sang pelatih, Louis van Gaal.
Saat pertama kali berkomunikasi, Enke yang akan hengkang dari Benfica mencoba meminta jaminan bermain di Barcelona, namun Van Gaal yang menjabat sebagai pelatih saat itu langsung balik menyerangnya dan bilang; âBahkan aku tidak mengenalmu!â
Gaya bermain Barcelona di bawah Van Gaal yang mengandalkan empat bek sejajar dan menerapkan garis pertahan tinggi memang terasa asing untuk Enke. Ruang lebar yang tercipta antara posisi dirinya dan empat bek tersebut membuatnya tak nyaman baik saat latihan ataupun pertandingan. Puncaknya, pada saat ia debut, ia menjadi kambing hitam atas dua dari tiga gol yang bersarang di gawang Barca saat itu. Lebih mengenaskannya lagi, Barca kalah dari kesebelasan Novelda, penghuni divisi tiga pada saat pertandingan Copa del Rey.
Jorg Neblung, agen dari mantan pemain Borussia Moenchengladbach itu bersama sang Istri, Teresa, sebetulnya mencoba sekuat tenaga agar Enke keluar dari tekanan yang menderanya. Bahkan Enke sendiri dibujuk untuk mendatangai seorang psikoterapis yang menyatakan bahwa Enke telah terjangkit kelainan yang menyebabkan dirinya selalu melankolis yang mendalam akibat berkabung, dipecat dari pekerjaan atau setelah di-bully oleh orang sekitarnya.
Setelah mengalami masa-masa yang sulit di Barcelona, seperti yang kita tahu, Enke ditinggal oleh buah hatinya yang bernama Lara saat umurnya masih dua tahun akibat kelainan organ hati. Itu yang membuatnya semakin terpukul.
Angka satu kecil di bagain depan kostum Hannover 96 menjadi salah satu penghormatan klub untuk Enke. (sumber: getty images)
âAku telah mencoba  untuk selalu ada untuknya (Enke) dan aku telah bilang bahwa sepakbola bukanlah segalanya. Masih banyak hal-hal yang indah dan menyenangkan dalam hidup ini,â ujar Teresa Enke seperti yang dikutip dari laman Daily Mail.
âKita sempat mempunyai Lara (anak pertama mereka) dan kini kami memiliki Leila (anak hasil adopsi). Aku selalu ingin membantu Enke untuk melewati ini semua. Dia tidak ingin keluar karena takut. Ia sangat takut akan kehilangan Leilaâ sambung istri dari Enke tersebut.
Depresi berkepanjangan yang diderita oleh oleh Enke ini memang mengejutkan beberapa pihak apalagi ia sendiri merupakan kandidat utama penjaga gawang Jerman yang akan berlaga di Piala Dunia 2010. Pasca kematiannya, kesebelasan Hannover 96 yang merupakan klub terakhir yang dibela Enke melakukan tribut khusus dengan mencantumkan angka satu (nomor punggung Enke) dengan warna hitam di bagian depan kostum mereka hingga akhir musim 2009-10 usai. Ini merupakan salah satu upaya penghormatan terakhir dari Steve Cherundolo, rekan setim Enke di Hannover 96.
Sumber gambar: DailyMail/Reuters
Komentar