Manchester United menetapkan Jesse Lingard sebagai man of the match dua kali berturut-turut dalam seminggu terakhir. Meski pemilihannya berdasarkan voting dari para penggemar di Twitter namun ia memang layak mendapatkannya.
Kedua penghargaan tersebut didapat Lingard dari pertandingan melawan CSKA Moscow tengah pekan lalu dan West Bromwich Albion pada Sabtu malam (7/11) pekan lalu. Pada laga terakhirnya tersebut ia juga mampu mencetak gol pembuka sekaligus pertamanya bagi Setan Merah. Memang apa istimewanya dia hingga mendapat gelar tersebut berturut-turut?
Jesse Lingard sebenarnya bukan âorang baruâ di Man United. Pemain yang bulan depan tepat berusia 23 tahun tersebut sudah menjadi bagian dari Setan Merah sejak lama. Ia bergabung di akademi saat masih belia dan tanda tangan kontrak profesional sejak 2011.
Namun karirnya di Setan Merah tidak berjalan mulus, ia mesti berjuang keras agar bisa main di tim utama. Persaingan ketat di sektor sayap manjadi penyebabnya, untuk itu Lingard harus rela dipinjamkan ke beberapa kesebelasan.
Raihan âprestasiâ terbaiknya saat itu adalah dua kali menjadi pemain cadangan namun tidak pernah diturunkan. Tepatnya pada 2011 saat Man United masih di bawah kendali Alex Ferguson. Setelahnya ia mesti tergusur dan berpetualang ke Leicester, Birmingham, hingga Brighton & Hove Albion.
Di tengah petualangannya tersebut ia sebenarnya sempat mencuri perhatian di ajang pra-musim 2013. Mencetak empat gol di seluruh rangkaian tur Asia dan menjadi pencetak gol terbanyak. Namun tetap saja David Moyes yang menjadi arsitek Setan Merah saat itu belum juga meliriknya ke skuat utama. Lingard masih harus keluar masuk Carrington, markas United, untuk dipinjamkan.
Baca jugaTendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal
Baru pada era Van Gaal, Lingard mulai mendapatkan tempat. Ia mendapat keuntungan karena pada pertandingan awal Liga Primer 2014/2015, United sedang dilanda badai cedera. Sehingga sang manajer memainkannya sejak menit pertama, menjalani debut kompetitif bersama tim utama melawan Swansea. Namun hari itu rejeki sepertinya belum hinggap kepadanya, baru bermain selama 24 menit, ia terpaksa ditarik keluar karena cedera.
Cedera yang dialami Lingard ternyata cukup serius, butuh waktu hingga empat bulan untuk melakukan pemulihan. Pasca pulih dari cedera, winger bertinggi badan 175 cm tersebut kembali dipinjamkan untuk mendapatkan menit bermain yang cukup baginya. Lingard akhirnya bergabung bersama Derby County hingga akhir musim.
Lebih Baik dari Memphis Depay
Musim ini Lingard tak kemana-kemana lagi. Walaupun pada awal musim statusnya masih sebagai seorang pelapis. Lingard jelas kalah pamor dari bintang baru, Memphis Depay. Membandingkan pemain akademi yang perjalanan karirnya lebih banyak dipinjamkan dengan topskorer Eredivise, jelas bak bumi dan langit.
Memphis juga langsung mendapatkan nomor punggung 7, nomor yang keramat di Old Trafford. Â Ekspektasi besar ada di pundaknya, menjadi pilihan utama tim. Tetapi impian dan harapan terkadang memang tak sesuai kenyataan.
Pemain timnas Belanda tersebut ternyata sejauh ini justru mengikuti jejak pendahulunya, Angel Di Maria. Pemain bintang yang performanya meredup saat pindah ke Man United. Pada tujuh pertandingan terakhir Setan Merah, Lingard selalu diturunkan oleh Van Gaal meski beberapa tidak bermain penuh. Sementara itu Memphis justru baru tiga kali main dan tak semuanya genap 90 menit.
Lingard sedang belajar bersama Cristiano Ronaldo
Padahal secara kemampuan individu, Memphis yang usianya lebih muda setahun tersebut jelas tidak kalah dari Lingard. Bahkan boleh dibilang kelebihan seorang Lingard justru ada sejauh ini karena ia punya beberapa kekurangan soal kemampuan bermain.
Jika merujuk statistik di Liga Primer Inggris, Memphis secara rata-rata bisa melewati lawan hampir dua kali lipat jumlahnya dari Lingard. Begitu juga soal akurasi tembakan, Opta mencatat Memphis lebih unggul dengan akurasi 44% tiap laga sedangkan Lingard hanya 25%.
Angka di atas juga dipengaruhi oleh permainan Man United jika Memphis bermain, yang terkadang justru menjadi sumber masalah. Menempatkannya sebagai pusat permainan utama, serangan MU akan berlangsung lebih banyak di sisi kiri, tempat biasa Memphis dimainkan. Lawan dengan mudah akan melakukan antisipasi karena situasi tersebut menjadi mudah ditebak.
Sementara itu jika Van Gaal memilih Lingard, kecenderungan menyerang dari kiri memang masih ada. Hal ini karena peran Juan Mata sebagai sayap kanan lebih sering menusuk ke dalam. Namun pola serangan menjadi lebih bervariasi, Lingard juga tidak memaksakan diri untuk melewati lawan atau melakukan tembakan jika situasinya tak tepat.
Satu hal lainnya yang membuat Lingard menjadi terlihat lebih baik adalah soal pengambilan keputusan. Statusnya yang bukan seorang bintang bisa jadi memberi pengaruh tentang hal satu ini. Ia menjadi (terpaksa) bisa berpikir matang sebelum melakukan tindakan. Walaupun soal ini masih bisa diperdebatkan karena sulit mengukur dengan pasti.
Berpikir matang dan tepat dalam mengambil keputusan menjadi krusial di taktik yang dijalankan Van Gaal. Gegabah dalam berpikir justru akan membuat tim lebih mudah kehilangan bola. Lebih baik untuk mencari akal dan celah menunggu lawan melakukan kesalahan. Bahkan seorang Lionel Messi pun tidak pernah sembarangan dalam melewati lawan-lawannya.
Hanya saja tempat utama yang telah diberikan Van Gaal beberapa pertandingan terakhir, gol pertamanya, dan dua gelar man of the match bisa menjadi bahaya. Lingard yang terlalu percaya diri dan menganggap dirinya adalah seorang bintang hanya akan mendekatkannya pada nasib Di Maria dan Memphis.
Komentar