Hampir di setiap provinsi dan bahkan kota di Indonesia, pasti memiliki nama Soekarno-Hatta yang dipakai untuk memberi nama jalan, bangunan, atau yang lainnya. Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta memang sudah sangat terkenal sebagai presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia. Mereka juga lah yang memproklamirkan kemerdekaan negara kita ini. Itu lah kenapa mereka sudah dianggap sebagai pahlawan negara.
Nama para pahlawan ini tak jarang menjadi inspirasi, menjadi pengingat, bahwa mereka dahulu berjuang untuk apa-apa yang kita nikmati sekarang ini. Tanpa mereka, mungkin kita tidak bisa hidup seperti sekarang.
Maka, tidak heran jika nama mereka dipakai untuk nama jalan (Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Sudriman, dll), nama bandara (Bandara Soekarno-Hatta, bandara Adi Sucipto, dll), nama stadion, nama rumah sakit, dan masih banyak lagi, sampai-sampai sebuah turnamen sepakbola juga sempat dinamai Piala Jenderal Sudirman.
Hari Pahlawan bukan hanya diperingati setiap 10 November, karena hari ini, kami akan membahas mengenai pahlawan dari sisi lain. Ahmad Tontowi dan Liliana Natsir, atau yang kita kenal dengan Owi dan Butet, pulang dari Olimpiade 2016 di Rio. Mereka juga pahlawan negara.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Ini lah kenapa semua orang sebenarnya bisa memiliki "gelar" pahlawan, termasuk guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan daerah, pahlawan desa, sampai sosok ayah yang menjadi pahlawan keluarga.
Khusus untuk pahlawan negara atau pahlawan nasional, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2009, gelar ini adalah gelar penghargaan tingkat tertinggi di Indonesia.
Gelar anumerta ini diberikan oleh Pemerintahan Indonesia atas tindakan yang dianggap heroik, yang didefinisikan oleh prosedur dari Sekretariat Negara Indonesia sebagai "perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya" atau "berjasa sangat luar biasa bagi kepentingan bangsa dan negara"
Kementerian Sosial Indonesia memberikan tujuh kriteria yang harus dimiliki oleh seorang individu untuk dianggap sebagai pahlawan negara, beberapa di antaranya adalah "telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia."
Melihat salah satu kriteria di atas, kita pasti berpikir kalau kita sebenarnya memiliki sosok pahlawan yang tidak perlu terlalu jauh bagi kita untuk mencarinya, karena kita bisa menemukannya dalam diri atlet-atlet nasional yang membela negara kita.
Kenapa atlet juga bisa disebut sebagai pahlawan?
Sebelum kita membahas perihal atlet, kita harus terlebih dahulu memahami arti penting olahraga bagi sebuah negara. Olahraga adalah sesuatu yang penting untuk sebuah negara. Kenapa? Karena melalui olahraga, sebuah negara bisa mendapatkan pengakuan dunia.
Hal ini lah yang membuat atlet masuk ke dalam kriteria pahlawan negara di atas, yaitu karena mereka meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Bagaimana seorang atlet bisa meningkatkan harkat dan martabat bangsa? Jawabannya pasti dengan prestasi.
Sebagai contoh, Tiongkok sudah identik dengan bulu tangkis, tenis meja, dan senam, karena prestasi mereka di bidang olahraga tersebut. Lain halnya Selandia Baru yang baru-baru ini menjadi juara dunia rugbi, sehingga membuat para atletnya pulang dan disambut seperti pahlawan di negaranya. Tidak heran juga olahraga rugbi sudah identik dengan negara Selandia Baru. Dari sepakbola, kita bisa melihat kesebelasan negara Jerman yang menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil yang para pemainnya tentunya adalah pahlawan negara mereka.
Bagaimana dengan Indonesia?
Jika prestasi ini ukurannya adalah gelar juara, sementara hal umum untuk menilai gelar juara adalah dari medali yang diraih di acara Olimpiade, maka sesungguhnya Susi Susanti adalah pahlawan. Dan khusus tahun ini, ada Owi, Butet (peraih medali emas badminton ganda campuran), Sri Wahyuni Agustiani, dan Eko Yuli Irawan (keduanya meraih medali perak pada angkat beban) yang merupakan pahlawan negara Indonesia.
Olahraga yang bisa membuat Indonesia bangga
Ya, bukan dari sepakbola, tapi dari bulu tangkis (badminton) dan angkat bebanlah di mana Indonesia mendapatkan pengakuan internasional sehingga para atletnya bisa dikategorikan sebagai pahlawan negara.
Dengan gelar terbaru di Rio, bulu tangkis sudah menghasilkan 19 medali sepanjang sejarah di Olimpiade bagi Indonesia. Sementara selain bulu tangkis, ada angkat beban yang sudah menghasilkan 10 medali dan juga memanah 1 medali.
Kita bisa melihat para pahlawan Indonesia dari bidang olahraga adalah Susi Susanti (satu medali emas dan satu medali perunggu), Alan Budikusuma, Rexy Ronald Mainaky, Ricky Achmad Subagja, Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Candra Wijaya, Markis Kido, Hendra Setiawan, Mia Audina, Raema Lisa Rumbewas (angkat beban), Triyatno (angkat beban), Eko Yuli Irawan (angkat beban), Kusuma Wardhani (memanah), Lilies Handayani (memanah), dan masih banyak lagi.
Dari pembahasan di atas, kita pasti sudah paham jika bulu tangkis merupakan olahraga yang paling sukses di Indonesia. Sementara dari cabang olahraga lain, kita bisa melihat basket sebagai olahraga yang bisa membuat Indonesia bangga.
Sekarang ini, Indonesia dan Filipina adalah dua kekuatan besar pada cabang olahraga basket di Asia Tenggara. Sukses besar tim nasional basket Indonesia diperoleh ketika meraih emas pada Kejuaraan Basket Asia Tenggara 1996.
Olahraga tinju juga tidak kalah membanggakan bagi Indonesia, atlet seperti Ellyas Pical, Nico Thomas, Muhammad Rachman, sampai Chris John adalah mereka-mereka yang sebenarnya masuk ke dalam kategori pahlawan negara.
Jika kita mau menilai prestasi dari sudut pandang selain perolehan gelar juara, kita bisa saja melihat beberapa "prestasi" berikut ini sebagai sesuatu yang bisa membanggakan negara, antara lain dengan menjadi tuan rumah acara besar olahraga serta level "prestasi" yang paling rendah yaitu angka partisipasi yang aktif di acara besar olahraga.
Beberapa olahraga lain memang sepertinya belum melahirkan sosok pahlawan bagi Indonesia, tapi kalau soal kebanggaan negara, cara meraih prestasi seperti di atas bisa menjadi pendekatan yang menarik.
Misalnya saja Indonesia yang sudah terkenal dengan kejuaraan bersepedanya seperti Tour d`Indonesia, Tour de Singkarak, dan Tour de East Java. Kita memang tidak melahirkan atlet bersepeda terbaik yang bertaraf internasional, tapi setidaknya kita bisa bangga karena telah menjadi tuan rumah untuk acara yang bertaraf internasional seperti di atas.
Untuk acara terdekat, Indonesia akan menjadi tuan rumah TAFISA (The Association For International Sport for All) World Sport for All Games 2016 dan juga Asian Games 2018.
Bagaimana dengan sepakbola?
Sepakbola sejatinya adalah olahraga yang paling populer di Indonesia. Namun sayang sekali, sepanjang sejarah sepakbola di Indonesia, olahraga ini bukan merupakan olahraga yang bisa menghasilkan prestasi, menjadi kebanggaan negara, dan juga melahirkan atlet-atlet berstatus pahlawan nasional.
Apalagi dengan kondisi seperti sekarang ini, di mana Indonesia (atau tepatnya PSSI) sempat dijatuhi sanksi oleh FIFA, sepakbola Indonesia pun semakin terkenal dan bisa saja mendapatkan pengakuan internasional, tapi dari sesuatu yang buruk seperti negara yang terkenal mafia sepakbolanya, negara yang terkenal sepakbola gajahnya, dan lain sebagainya.
Melihat ke masa lalu, kita sebenarnya tidak bisa menyebut banyak nama orang yang terlibat di sepakbola yang dapat digolongkan menjadi pahlawan negara. Mungkin hanya Soeratin Sosrosoegondo, Maulwi Saelan, dan Maladi yang bisa kita masukkan ke kategori para pahlawan bangsa.
Namun hal ini tetap saja jangan sampai membuat kita menutup mata. Karena, toh, atlet-atlet olahraga juga adalah mereka yang berjuang demi nama bangsa dan negara. Maka, mereka juga adalah pahlawan kita.
Olahraga memang seperti dirancang untuk memprioritaskan, mempersonalisasikan, dan membuat karakter menjadi sensasional dalam upaya untuk menangkap perhatian penonton. Tidak seperti para pejuang kemerdekaan, pahlawan olahraga telah dianggap sebagai pemangku cita-cita sosial dan kebajikan yang bisa mewujudkan nilai-nilai permainan yang mudah ditangkap ke dalam kehidupan sehari-hari.
Sudah sepatutnya para atlet dipandang sebagai panutan bagi anak muda. Kita juga sebaiknya tidak hanya mengenang para pahlawan yang berperang, tetapi para pahlawan lainnya yang juga sama-sama berjuang untuk Indonesia. Jangan lupakan mereka, karena atlet juga adalah pahlawan. Selamat datang, Owi dan Butet. Kalian adalah pahlawan bangsa.
https://twitter.com/panditfootball/status/768011893957136384
Komentar