Baru mengemas dua poin dari tiga pertandingan tentu bukan kabar baik bagi tim nasional sekelas Argentina di babak kualifikasi Piala Dunia 2018 zona CONMEBOL. Finalis perhelatan Piala Dunia 2014 serta finalis Copa America 2015 ini terdampar di posisi ke sembilan dari sepuluh negara peserta yang saling berjibaku untuk mendapatkan tempat di Rusia nanti.
Takluk dari Ekuador serta bermain imbang melawan Paraguay dan Brasil lantas menjadikan sang pelatih mereka saat ini, Gerardo Martino, dalam tekanan. Mantan pelatih Barcelona tersebut patut gelisah juga karena dari tiga pertandingan terakhir hanya mampu mencetak satu gol lewat Ezequiel Lavezzi saja.Hal ini tentu saja cukup mengherankan mengingat Argentina dihuni olehpemain-pemain yang berlaga di liga-liga top Eropa.
Penampilan terbaik skuat Argentina di bawah Martino sejauh ini terjadi saat membantai Paraguay dengan skor 6-1 di babak semifinal Copa America 2015 lalu. Setelah itu, praktis penampilan Argentina bisa dibilang melempem. Dari enam pertandingan, mereka hanya mampu menang sekali dari Bolivia yang notabene bukan kesebelasan kuat. Sisanya, dua kali kalah dan tiga kali imbang termasuk saat meladeni Brasil.
âPenampilan tadi (saat melawan Brasil) adalah hasil yang positif. Namun kita tidak mendapatkan poin penuh dan kita perlu memenangkan partai melawan Kolombia nanti,â ujar Martino pasca pertandingan seperti yang dinukil dari laman resmi tim nasional Argentina.
âKita mampu mengontrol pertandingan dan lawan akhirnya mampu bangkit  kemudian menyemakan kedudukan. Mereka mempunyai efektivitas dan sayangnya kami (Argentina) tidak memiliki hal tersebut,â sambung Martino.
Ketiadaan Lionel Messi, Sergio Aguero, Carlos Tevez, Javier Pastore, Ezequiel Garay, Pablo Zabaleta serta Roberto Pereyra karena menderita cedera mungkin bisa menjadi alasan terbaik mengapa performa Argentina saat ini begitu menurun bahkan terbilang sulit untuk mencetak gol. Efektifitas yang disebut-sebut oleh Martino tersebut tentulah merujuk pada kemapuan menciptakan sekecil peluang tersebut menjadi gol. Beberapa nama seperti Messi, Aguero serta Tevez, mempunyai kemampuan untuk hal tersebut.
Baca juga: (Bukan)Â Pledoi untuk Messi
Akan tetapi pengganti mereka pun tidak buruk-buruk amat. Angel di Maria, Gonzalo Higuan serta Lavezzi memiliki level kemampuan yang tak jauh berbeda. Setidaknya, mereka sudah malang melintang di tim nasional dan menjadi bagian ketika Argentina menembus dua partai final (Piala Dunia dan Copa America) secara berturut-turut.
"Dengan pertandingan yang telah kita mainkan, hasilnya mungkin sedikit tidak adil. Tapi kita harus terus menatap (pertandingan) ke depan," ujar Higuain pasca pertandingan.
Ini tentu menjadi pekerjuaan rumah bagi seluruh skuat serta pelatih mereka, Gerardo Martino. Kolombia, lawan yang akan mereka hadapi selanjutnya juga bukan Kolombia yang mudah dikalahkan. Kolombia pada pertandingan sebelumnya mampu menahan imbang sang juara Copa America, Cile, awalnya tertinggal 1-0 sebelum akhirnya James Rodriguez menceploskan gol penyeimbang kedudukan.
Tekanan juga datang dari beberapa media dalam negeri di Argentina yang menyatakan nasib Martino di kursi kepelatihan Argentina hanya akan mencapai partai versus Kolombia saja apapun hasil yang akan diraih nantinya baik imbang, kalah atau menang sekalipun. Desas desus pemecatan dirinya pun semakin kencang ketika Jorge Sampaoli, pelatih Cile saat ini sedang mengalami masalah dengan federasi sepakbola Chile.
Sampaoli, pelatih asal Argentina yang membawa Cile juara Copa America 2015 lalu, mungkin takkan menolak jika ia diberikan jabatan pelatih di negaranya sendiri apalagi ia sedang menuju puncak karir kepelatihannya. Singkat kata, pria plontos tersebut adalah ancaman bagi Martino saat ini dan ada baiknya, sebelum Martino dipecat atau mengundurkan diri, ia harus meninggalkan warisan tiga poin (saat melawan Kolombia) di babak kualifikasi kali ini daripada tidak sama sekali.
Sumber gambar: infobae
Komentar