Brasil merupakan tanah penghasil pesepakbola dunia. Kita tidak mungkin menyebut nama-nama terbaik di dunia sepak bola tanpa menyebut nama pemain asal Brasil. Dari generasi ke generasi, selalu ada muncul talenta luar biasa, mulai dari Pele, Romario, Rivaldo, Ronaldinho, Kaka, sampai Neymar yang digadang-gadang sebagai pemain terbaik Brasil dan juga di dunia saat ini.
Untuk Pele, Romario, dan mungkin juga Rivaldo, berlari menggocek bola di lapangan mungkin sudah tidak semudah dahulu lagi bagi mereka. Tapi bagi Ronaldinho, Kaka, dan apalagi Neymar, fisik mereka masih mumpuni untuk dapat bermain sepakbola.
Kaka, meskipun sudah tidak bermain di Eropa, tapi masih menjadi tumpuan bagi klub yang ia bela sekarang di Major League Soccer (MLS), Orlando City. Begitupun ketika ditanya soal Neymar, ia merupakan bagian dari trio latin lini depan Barcelona bersama Lionel Messi dan Luis Suarez.
Namun, ada satu nama yang hilang. Ia adalah Ronaldo de Assis Moreira alias Ronaldinho.
Usia 35 tahun memang sudah termasuk uzur bagi seorang pesepakbola. Tidak banyak pemain yang masih cakap dalam menjalankan tugasnya di lapangan pada umur tersebut. Ronaldinho-pun sekarang sudah mencapai umur itu. Tapi, bagi pemain yang pernah menjadi pemain terbaik dunia dua kali, rasa-rasanya di usia 35 kemampuannya dalam mengolah bola belumlah akan begitu pudar.
Ronaldinho diberi anugerah di kedua kakinya. Baik kaki kanan maupun kaki kiri sama-sama mautnya. Entah berapa lawan yang berhasil dikelabui melalui sihir kakinya tersebut. Namun, sepakbola bukan sekedar 90 menit di dalam lapangan.
Ronaldinho mungkin sama dengan kebanyakan pemain profesional Brasil lainnya, berasal dari keluarga kurang mampu. Tapi yakinlah, anugerah tidak melihat status sosial seseorang. Roberto de Assis Moreira, saudara Ronaldinho yang berusia lebih tua sepuluh tahun, lebih dahulu menjadi pemain seoakbola profesional di Brasil.
Pemain dengan panggilan Assis ini bermain untuk kesebelasan asal kota mereka, Gremio. Ayah mereka juga bekerja untuk tim asal Porto Alegre tesebut, yaitu sebagai penjaga pintu stadion. Bermain sebagai pemain sepak bola profesional membuat penghasilan Assis menjadi lebih tinggi daripada apa yang dihasilkan oleh ayahnya selama ini. Dengan begitu, Assis mampu membuat perubahan untuk keluarganya, utamanya dari sisi ekonomi.
Dari hasil keringatnya, ia mampu membuat keluarganya hijrah ke kehidupan yang lebih layak. Bahkan rumah baru mereka dilengkapi oleh kolam renang. Namun justru dari sanalah musibah bermula. Kolam renang tersebut menjadi tempat terakhir sang ayah menghembuskan nafas terakhirnya. Semenjak hari itu, sang kakak langsung bertindak sebagai ayah untuk Ronaldinho. Lantas, apakah kehidupan Ronaldinho terganggu setelah kepergian ayahnya?
Sewaktu ia menjadi âpemain imporâ di Paris Saint Germain (PSG), sikapnya sudah mulai tidak disiplin. Menurut kontributor BBC untuk sepakbola Amerika Selatan, Tim Vickery, sikap kurang disiplin itulah yang membuat gambar dirinya pada saat itu menjadi sampul majalah World Soccer. Bahkan Vickery juga mengutip tulisan dari Nick Bidwell yang berjudul 'The Two Ronnies: Player by day, playboy by night', yang menyebutkan bahwa pelatih PSG saat itu, Luiz Fernandez, juga telah berjuang untuk mengatasi gaya hidup pemain asal Brasil.
Mencapai sukses di Barcelona, ia didepak oleh Pep Guardiola pada tahun 2008. Semua orang tentu heran dengan keputusan Pep waktu itu, yang ternyata kemudian menang adalah keputusan yang sangat cemerlang. Ronaldinho dianggap sudah abis, dan ilmunya-pun dirasa oleh Pep sudah diturunkan ke penerusnya, Lionel Messi. Tahun 2008 Ronaldinho pindah ke AC Milan. Pada tahun tersebut performanya sudah jauh menurun, padahal usianya baru menginjak 28 tahun. Menurut The Guardian, nilai transfer Ronaldinho pada waktu itu adalah 16,7 juta Euro.
Tidak hanya di level klub, di tim nasional permainan Ronaldinho juga turun drastis. Permainan gemilang pada Piala Dunia 2002 tidak mampu ia tunjukkan kembali pada tahun 2006. Lebih sial lagi, pada Piala Dunia 2010 ia tidak dipanggil ke tim nasional.
Sempat bermain bagus setelah mudik ke Brasil tahun 2011, namanya dipanggil kembali ke tim nasional. Meskipun didukung oleh pelatih Brasil kala itu, Mano Menezes, namun Ronaldinho tetap gagal mengembalikan performanya.
Terakhir, Ronaldinho meneken kontrak bersama Fluminense pada bulan Juli 2015. Padahal belum lama sebelumnya, rival sekota Fluminense yaitu Vasco da Gama, telah mengklaim berhasil membuat kesepakatan dengan Ronaldinho. Kesepakatan tersebut bahkan sudah mencapai 90%, tutur sporting director klub tersebut.
Sepertinya Vasco da Gama tidak perlu menyesali kegagalan itu. Ronaldinho buktinya tidak berhasil memberi kontribusi berarti bagi Fluminense. Faktanya, baru berjalan 4 bulan, kontrak Ronaldinho sudah diputus oleh Fluminense.
Komentar